Skip to main content

Laparoskopi Resiko Kecil Infeksi

Perkembangan teknologi saat ini sangat cepat, membawa perubahan yang begitu pesat di semua bidang kehidupan masyarakat di dunia. termasuk dalam dunia kedokteran misal pada teknik pembedahan, dulu dokter hanya menggunakan sistem konvensional yaitu dengan pisau bedah. Tapi sekarang cara tersebut mulai ditinggalkan, dan beralih dengan menggunakan alat dan teknik bedah yang disebut laparoskopi.
Laparoskopi merupakan teknik bedah invasif minimal, menggunakan alat berdiameter kecil untuk menggantikan tangan dokter melakukan prosedur bedah didalam rongga perut. Prosedur pertama setelah menentukan tempat yang akan dimasuki alat, kemudian dibuat lubang kecil, alat masuk ke dalam. Pertama memasukkan gas untuk membuat jarak pemisah antara rongga perut, sehingga dapat terlihat dengan jelas organ yang akan dilakukan tindakan laparoskopi. Dokter bedah kemudian melakukan pembedahan dengan bantuan layar monitor terlihat gambar organ yang dihasilkan dari proyeksi kamera mini yang dimasukkan ke rongga perut tersebut. Selanjutnya dokter mengoperasikan alat-alat tersebutndengan kedua tangannya.
Dr FX Ardian Cahyadi, Sp.B-KBD, ahli bedah Digestif SMC RS Telogorejo mengatakan, pada awalnya penggunaann Laparoskopi hanya untuk mengankat batu empedu dan usus buntu. Namun dalam perkembangannya, digunakan untuk penanganan penyakit hernia, usus, dan organ dalam lainnya yang terdapat di dalam tubuh, pula dapat dilakukan pada pasien obesitas.
Dalam prakteknya, sebelum memasukkan kamera ke dalam perut yang akan di laparoskopi, terlebih dahulu dimasukkan gas untuk mengembungkan perut. Setelah itu, maka akan terbentuk ruangan agar mudah memasukkan alat yang digunakan dalam pembedahan laparoskopi, serta mencegah cedera organ dalam lainnya, "Awal penggunaan laparoskopi di Indonesia sekitar tahun 1995, saat itu hanya rumah sakit Jakarta yang ada, namun sekarang semarang medical center (smc) RS Telogorejo pun memiliki" katanya.
Keuntungan yang didapat pada pembedahan dengan laparoskopi, antara lain, kerusakan jaringan minimal, nyeri pasca operasi ringan, hari perawatan lebih singkat, resiko infeksi lebih kecil, dari sisi kosmetik luka bekas operasi lebih baik, dan terjadinya pelengketan pada bekas sayatan operasi minimal, serta masa recovery yang lebih cepat. Untuk perbandingan biaya laparoskopi dan bedah konvensional relatif tak terpaut jauh.
"Biasanya sayatan untuk pembedahan konvensional mencapai 7 cm dan lama perawatan 6-7 hari, tetapi dengan menggunakan laparoskopi sayatan bisa hanya sekitar 10 mm, sekitar 3 hari," ungkapnya.
Secara ilmiah laparoskopi merupakan teknik bedah yang tanpa membuka kulit perut atau dada. Biasanya dokter hanya membuka dua-tiga lubang berdiameter 2-10 mm. Lubang-lubang yang begitu kecil hanya bisa dimasuki untuk kamera mini yang mengirimkan gambar di bagian dalam tubuh. Dan lubang yang lain bisa untuk memasukkan peralatan bedah

Sumber: Suara Merdeka Minggu, 2 Juni 2013

Comments

Popular posts from this blog

Dialog dengan Pasien Isolasi Sosial (Menarik Diri)

Contoh dialog sesuai Satuan Pelaksana pada pasien gangguan jiwa dengan isolasi diri atau menarik diri : Menarik  D iri   (Isolasi Sosial) Prolog Disebuah ruang arjuna terdapat terdapat pasien gangguan jiwa bernama Ny. S. Pasien masuk rumah sakit jiwa karena pasien asyik dengan pikirannya sendiri, tidak memiliki teman dekat, tidak adanya kontak mata, tampak sedih, efek tumpul serta melakukan tindakan berulang yang tidak bermakna sama sekali. Pasien juga merasa ditolak oleh keluarganya sendiri sehingga membuatnya kesepian. Diagnosa keperawatan untuk pasien yaitu isolasi sosial. SP 1 : Pasien membina hubungan saling percaya,membantu pasien mengenal penyebab isolasi sosial, membantu pasien mengenal keuntungan hubungan dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain dan mengajarkan pasien berkenalan. Perawat           : “ Assallamualaikum wr,wb ” Pasien              : (pasien hanya diam) Perawat           : “ Saya H saya senang dipanggil ibu Her… Saya perawat diruang maw

Dialog dengan Pasien Gangguan Jiwa Susaide SP 1

STRATEGI PELAKSANAAN SUSAIDE SP 1 A.       Kondisi klien Data Subjektif: 1.       Mengungkapkan keinginan bunuh diri 2.       Mengungkapkan keinginan untuk mati 3.       Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan 4.       Ada riwayat berulang percobaan bunuh diri sebelumnya dari keluarga 5.       Berbicara tentang kematian, menanyakan tentang dosis obat yang mematikan 6.       Mengungkapkan adanya konflik interpersonal 7.       Mengungkapkan telah terjadi korban perilaku kekerasan saat kecil Data Objektif: 1.       Impulsif 2.       Menunjukkan perilaku yang mencurigakan ( biasanya menjadi sangat patuh) 3.       Ada riwayat penyakit mental (depresi, psikosis, dan penyalahgunaan alkohol) 4.       Ada riwayat penyakit fisik (penyakit kronis atau penyakit terminal) 5.       Pengangguran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau kegagalan dalam karier) 6.       Status perkawinan yang tidak harmonis B.        Diagnosa keperawatan Risiko bunuh diri

Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) A.   LATAR BELAKANG Terapi kelompok merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan sekelompok pasien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau diarahkan oleh seorang therapist atau petugas kesehatan jiwa yang telah terlatih (Pedoman Rehabilitasi Pasien Mental Rumah Sakit Jiwa di Indonesia dalam Yosep, 2007). Sedangkan jumlah minimum 4 dan maksimum 10. Kriteria anggota yang memenuhi syarat untuk mengikuti TAK adalah : sudah punya diagnosa yang jelas, tidak terlalu gelisah, tidak agresif, waham tidak terlalu berat (Yosep, 2007). Terapi aktivitas kelompok (TAK) dibagi empat, yaitu terapi aktivitas kelompok stimulasi kognitif/persepsi, terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori, terapi aktivitas orientasi realita , dan terapi aktivitas kelompok sosialisasi (Keliat, 2006). Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah terapi yang menggunakan aktivitas sebagai stimulus terkait dengan pengalaman dan atau kehidup