Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gonorhea
BAB
1
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Gonorhea merupakan penyakit yang mempunyai insiden yang tinggi diantara penyakit menular seksual yang
lain, penyakit ini tersebar di seluruh dunia secara endemik, termasuk di
Indonesia. Di Amerika Serikat dilaporkan setiap tahun terdapat 1 juta penduduk
terinfeksi gonore. Pada umumnya diderita oleh laki – laki muda usia 20 sampai
24 tahun dan wanita muda usia 15 – 19 tahun.
Gonorhoe adalah gonokok yang ditemukan oleh Neisser pada tahun 1879, dan
baru diumumkan tahun 1882, kuman tersebut termasuk dalam group Neissseria.
Gonokok terdiri dari empat tipe, yaitu tioe 1 dan 2 yang memiliki vili yang
bersifat virulen, serta 3 dan 4 yang tidak mempunyai vili yang bersifat
nonvirulen.
Gonorhoe tidak hanya mengenai alat – alat genital tetapi juga ekstra
genital. Salah satunya adalah konjungtiva yang akan menyebabkan konjungtivis,
penyakit ini dapat terjadi pada bayi yang baru lahir dari ibu yang menderita
servisitis gonorhoe atau pada orang dewasa, infeksi terjadi karena penularan
pada konjungtiva melalui tangan dan alat – alat.
B.
Tujuan
1.
Tujuan Umum
Mahasiswa
mampu memahami tentang gonorhoe dan asuhan keperawatan pada pasien gonorhoe
2. Tujuan
Khusus
a. Mahasiswa
mampu mendeskripsikan tentang pengertian
dari gonorhoe
b. Mahasiswa
mampu mendeskripsikan tentang etiologi
dari gonorhoe
c. Mahasiswa
mampu mendeskripsikan tentang manifestasi
klinis dari gonorhoe
d. Mahasiswa
mampu mendeskripsikan tentang Penyebaran
dari gonorhoe
e. Mahasiswa
mampu mendeskripsikan tentang cara – cara
penularan gonorhoe
f. Mahasiswa
mampu mendeskripsikan tentang patofisiologi dan patogenesis dari gonorhoe
g. Mahasiswa
mampu mendeskripsikan tentang pathway dari gonorhoe
h. Mahasiswa
mampu mendeskripsikan tentang komplikasi dari gonorhoe
i.
Mahasiswa mampu mendeskripsikan tentang prognosis dari gonorhoe
j.
Mahasiswa mampu menjelaskan tentang pemeriksaan
diagnostik dari gonorhoe
k. Mahasiswa
mampu mendeskripsikan tentang pencegahan dari gonorhoe
l.
Mahasiswa mampu mendeskripsikan tentang
pentalaksanaan dari gonorhoe
m. Mahasiswa
mampu menjelaskan tentang asuhan keperawatan dari gonorhoe
BAB
II
LANDASAN
TEORI
A.
Pengertian
Kencing nanah atau gonore ( bahasa Inggris : gonorrhoea )
adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae yang
menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim, rectum, tenggorokan, dan bagian
putih mata (konjungtiva). Gonore bisa menyebar melalui aliran darah ke bagian
tubuh lainnya, terutama kulit dan persendian. Pada wanita, gonore bisa menjalar
ke saluran kelamin dan menginfeksi selaput di dalam pinggul sehingga timbul
nyeri pinggul dan gangguan reproduksi (Wikipedia, 2009).
Gonorhea adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
Neisseria Gonorhea yang pada umumnya ditularkan melalui hubungan kelamin,
tetapi dapat juga secara langsunv dengan eksudat yang efektif (Dr. Soedarto,
Penyakit – penyakit Infeksi DI Indonesia, 1990, hal 74)
B.
Etiologi
Menurut mutaqqin (2011)
Organisme patogenik (Neisseria Gonorhea) biasanya memasuki tubuh melalui
vagina, menjalar melalui kanalis servikalis dan masuk kedalam uterus. Di bawah
berbagai kondisi, organisme dapat memasuki salah satu atau ke dua tuba faloppi
dan ovarium serta kedalam pelvis. Pada infeksi bakteri yang terjadi setelah
kelahiran atau aborsi, dan beberapa infeksi yang berhubungan dengan alat
intrauterin, patogen menyebar secara langsung melalui jaringan yang menyangga
uterus secara limfatic atau melalui pembuluh darah. Peningkatan kebutuhan
suplai darah yang dibutuhkan oleh plasenta memungkinkan infeksi memiliki lebih
banyak saluran untuk memasukinya. Infeksi pasca persalinan daan pasca aborsi
ini cenderung untuk terjadi secara unilateral.
Pada infeksi gonorhea,
gonokokus masuk melalui kanalis servikalis dan ke dalam uterus, dimana
lingkungan terutama sekali selama menstruasi, memungkinkan mereka untuk
memperbanyak diri dengan cepat dan menyebar ke tuba faloppi dan ke dalam
pelvis. Infeksi biasanya bilateral. Pada kasus yang terjadi, beberapa penyakit
(misal, Tuberculosis) mendapat akses ke organ reproduktif melalui aliran darah.
Salah satu penyebab
salpigitis yang paling umum ( inflamasi pada tuba faloppi) adalah klamidia,
kemugkinan disertai dengan gonorhea. Infeksi klamidia pertama – tama mengenai
serviks dan kemudian menjalar ke atas, menginfeksi tuba dan uterus. Diperkirakan
bahwa sekitar 4 jam infeksi klamidia terjadi setiap tahunnya dan gejaalanya
dapat minor atau tidak ada sama sekali. Prevalensinya tertinggi pada wanita
muda yang aktif secara seksual, mereka yang tertinggal didalam kota, dan mereka
yang mempunyai status ekonomi rendah. PID umumnya merupakan akibat dari infeksi
klamidia. Pria kadang dapat mengalami gejala uretritis tetapi jarang mempunyai
masalah serius, sebagai akibat hubungan dan pasangan terinfeksi. Penyuluhan,
kesadaran, kondom, praktek sex yang aman dan pengobatan yang cepat akan
menurunkan insidensi infeksi ini semua pasien yang menjadi korban penyerangan
sexual harus menjalani pemeriksaan kultur terhadap klamidia ketika mereka
pertama kali mencari bantuan medis dan diobati secara protilaktik. Pemeriksaan
kultur harus diulang selama 2 minggu.
C.
Manifestasi
Klinis
Menurut mutaqqin
(2011), Masa tunas gonorhea sangat singkat, pada pria umumnya bervariasi antara
2-5 hari, kadang – kadang lebih lama karena pengobatan diri sendiri tapi dengan
dosis yang tidak cukup atau gejala sangat samar sehingga tidak diperhatikan.
Pada wanita, masa tunas sulit ditentukan karena pada umumnya asimtomatik.
Tempat masuk kuman pada
pria di uretra menimbulkan uretritis. Yang paling sering adalah uretritis
anterior akuta dan dapat menjalar ke proksimal, dan mengakibatkan komplikasi
lokal, asendens serta diseminata keluhan subyektif berupa rasa gatal, panas
dibagian distal uretra disekitar orifisium uretra eksternum, kemudian disusul
disuria, polakisuria, keluar duh tubuh dari ujung uretra yang kadang – kadang disertai
nyeri pada waktu ereksi. Pada pemeriksaan tampak orifisium uretra eksternum
kemerahan, edema dan ektropion. Tampak pula duh tubuh yang muko-purulen pada
beberapa kasus dapat terjadi pembesaran kelenjar getah bening inguinal
unilateral atau bilateral.
Gambaran klinis dan
perjalanan penyakit pada wanita berbeda dengan pria. Hal ini disebabkan oleh
perbedaaan anatomi dan fisiologi alat kelamin
pria dan wanita. Pada wanita, baik penyakitnya akut maupun kronik,
jarang ada keluhan subyektif dan hampir tidak ada kelainan obyektif. Pada
umumnya wanita datang berobat kalau sudah ada komplikasi. Sebagian besat
penderita ditemukan pada pemeriksaan antenatal atau pemeriksaan keluarga
berencana.
Infeksi pada wanita, pada
mulanya hanya mengenai serviks uteri. Dapat asimtomatik, kadang – kadang
menimbulkan rasa nyeri pada panggul bawah. Pada pemeriksaan serviks tampak
merah dengan erosi dan sekret mukopurulen. Duh tubuh akan terlihat lebih
banyak, bila terjadi servisitas akut atau disertai vaginitas yang disebabkan
oleh trichomonas vaginalis.
Selain gejala
subyektif, juga terdapat gejala lain mencangkup demam malaise umum, anoreksia,
mual, sakit kepala dan kemungkinan muntah
1. Pada
Pria :
a. Gejala
awal gonore biasanya timbul dalam waktu 2-7 hari setelah terinfeksi
b. Gejala
berawal sebagai rasa tidak enak pada uretra kemudian di ikuti nyeri ketika
berkemih
c. Disuria
yang timbul mendadak, rasa buang air kecil disertai dengan keluar lendir mukoid
dari uretra
d. Retensi
urin akibat inflamasi prostat
e. Keluarnya
nanah dari penis
2. Pada
Wanita :
a. Gejala
aawal biasanya timbul dalam waktu 7-21 hari setelah terinfeksi
b. Penderita
seringkali tidak merasakan gejala selama beberapa minggu atau bulan
(asimtomatis)
c. Jika
timbul gejala, biasanya bersifat ringan. Namun, beberapa penderita menunjukkan
gejala yang berat seperti desakan untuk berkemih
d. Nyeri
ketika berkemih
e. Keluarnya
caran dar vagina
f. Demam
g. Infeksi
dapat menyerang leher rahim, rahim, indung telur, uretra, dan rektum serta
menyebabkan nyeri pinggul yang dalam ketika berhubungan seksual.
Wanita dan pria homoseksual yang melakukan
hubungan seks melalui anus, dapat menderita gonorhea directumnya. Penderita
akan merasa tidak nyaman disekitar anusnya dan dari recrumnya keluar cairan.
Daerah disekitar anus tampak merah dan kasar serta tinja terbungkus oleh lendir
dan nanah.
D.
Penyebaran
Gonorhea dapat menyebar
melalui aliran darah ke bagian tubuh lain terutama kulit dan persendian. Pada
wanita, gonorhea bisa menjalar ke saluran kelamin dan menginfeksi selaut di
dalam panggul sehingga menyebabkan nyeri panggul dan gangguan reproduksi.
E.
Cara
Penularan
Menurut Wahyuni (2009), Kuman gonorhea hanya dapat ditularkan
melalui hubungan seksual dengan seseorang yang sedang menderita gonore. Bayi
yang baru lahir dapat tertular gonore pada matanya dari ibu yang mengidap
gonore waktu dilahirkan. Penyakit ini pada biasanya tidak menimbulkan gejala
menyolok, bahkan tidak menimbulkan gejala apapun, sehingga banyak wanita tidak
menyadari bahwa dirinya mengidap gonore.
Menurut hasil penelitian oleh para ahli, telah dibuktikan
bahwa para pekerja seks banyak mengidap penyakit gonore dan PMS lainnya, baik
pada pekerja seks ditempat lokalisasi maupun pada pekerj seks terselubung
seperti di panti pijat, salon kecantikan, pemangkas rambut, hotel dan
sebagainya. Oleh karena itu, orang – orang pengguna jasa mereka atau orang yang
mempunyai banyak pasangan seksual, mempunyai resiko tinggi untuk tertular
gonore dan juga penyakit menular seksual lainnya.
Gonore atau penyakit kencing nanah tidak bisa ditularkan
melalui WC umum,atau duduk di tempat duduk yang kebetulanbaru saja di duduki
penderita gonore, oleh karena kuman gonokokus tidak tahan lama hidup di udara
bebas, termasuk kursi, WC umum atau air.
Seseorang yang terinfeksi kuman gonokokus, oleh karena
berhubungan seksual dengan seseorang yang mengidap gonore, biasanya dalam waktu
2-9 hari sejak kontak pertama dilakukan, akan timbul gejala penyakit. Kuman
gonokokus menyerang lapisan dinding saluran kemih dan alat reproduksi, sehingga
akan timbul gejala :
1. Rasa
sakit sewaktu buang air kecil
2. Pada
laki – laki akan terdapat cairan kental berwarna putih kuning (nanah) keluaar
dari lubang saluran kemih (oleh karena itu disebut kencing nanah)
3. Pada
wanita akan timbul keputihan yang berwarna kekuningan.
Gejala tersebut timbul sebagai akibat
terjadinya peradangan di lapisan saluran kemih dan saluran reproduksi yang
lain. Gejala penyakit gonore lebih terasa pada kaum pria daripada wanita.
Banyak wanita tidak menunjukkan gejala sama sekali pada mulanya, akan tetapi
setelah beberapa lamanya penyakit ini menjalar naik ke alat reproduksi bagian
dalam dan pada saat itu wanita baru merasakan gejala yang amat berat berupa
rasa nyeri di perut bagian dalam kumat – kumatan, semakin lama semakin nyeri dan
dapat menimbulkan kemandulan. Dalam keadaan seperti itu, pengobatan menjadi
sangat sulit, lama dan mahal, serta kemungkinan tetap mandul seumur hidupnya.
Penderita penyakit gonore sebagian besar juga mengidap penyakit kelamin
lainnya. Yang paling sering adalah penyakit klamidia.
4.
Kelenjar
batholin dan labium mayor pada sisi yang terkena membengkok, merah dan nyeri
tekan, terasa nyeri sekali bila pasien berjalan dan pasien sukar duduk. Abses
dapat timbul dan pecah melalui mukosa atau kulit. Bila tidak diobati dapat
rekurens atau menjadi kista.
5.
Salpingitis,
dapat bersifat akut, subakut atau cronis. Ada beberapa faktor presdisposisi
yaitu masa puerpurium setelah tindakan dilatasi dan kuratase dan pemakaian IUD.
Gejalanya terasa nyeri di daerah abdomen bawah, dan tubuh vagina, disuria dan
menstruasi yang tidak teratur atau normal. PRP yang sistomatik atau asistomatik
dapat menyebabkan jaringan parut pada tuba sehingga dapat mengakibatkan
infertilitas atau kehilangan di luar kandungan.
F.
Patofisiologi
dan patogenesis
Menurut mutaqqin (2011), Neisseria gonorrhea adalah bakteri
gram-negatif yang di tularkan melalui hampir semua kontak seksual. Bakteri
secara langsung menginfeksi uretra, endoserviks, saluran anus, konjungtiva dan
faring. Infeksi dapat meluas dan melibatkan prostat, Vas deferens, vesikula
seminalis, epididimis, serta testis pada pria;dan kelenjar skene, bartholini,
endometrium, tuba fallopi dan ovarium pada wanita. Komplikasi lebih lanjut
adalah dermatitis, atritis, endokarditis, mioperikarditis, dan hepatitis.
Pada pria akan timbul gejala-gejala dan tanda-tanda uretritis
dalam waktu 2-5 hari sampai 1 bulan setelah inokulasi. Tanda pertama adalah
sekret uretra purulen berwarna kuning atau kuning kehijauan. Pada pria yang
tidak disirkumsisi dapat terjadi balanopostitis
sehingga timbul sekret dari bawah prepusium. Komplikasi balanopostitis adalah
fimosis akibat peradangan dan edema pada glans. Kurang dari 5% pria dengan uretritis gonokok yang tidak
berkomplikasi menjadi asimtomatik. Jika tidak diobati, dalam waktu 10-14 hari,
infeksi akan naik dari uretra anterior ke uretra posterior. Disuria menjadi
bertambah berat dan menjadi malaise, sakit kepala, serta limfadenopati
regional. Infeksi yang terus berlanjut menyebabkan prostatitis, epididimitis
dan sistisis.
Masa inkubasi pada wanita berlangsung sedikitnya 2 minggu.
Tempat primer dari infeksi adalah endoserviks, dengan infeksi uretra pada
70-90% kasus. Uretritis primer tanpa melibatkan serfiks jarang terjadi pada
wanita, tetapi dapat terjadi pada mereka yang telah menjalani histerektomi
total. Lebih dari separuh wanita yang terinfeksi dengan gonorhoe tidak
mempunyai gejala kalaupun ada hanya gejala ringan yang sering kali di abaikan,
seperti sekret vagina, disuria, sering berkemih, sakit punggung belakang, serta
nyeri abdomen dan panggul. Pada pemeriksaan serviks tanpak rapuh dan bengkak,
sering disertai sekret purulen atau mukopurulen. Kelenjar batholini mungkin
terkena sehingga dapat terbentuk abses. Mukosa rektum dapat terinfeksi pada
pria dan wanita sebagai akibat otoinokulasi atau hubungan seksual melalui anus.
Infeksi pada faring adalah akibat kontak seksual orogenital. Konjungtivitis
gonokok terjadi melalui kontaminasi langsung pada mata melalui jari handuk.
Neonatus mendapat konjungtivitis gonokok pada persalinan sel melalui jalan
lahir yang terinfeksi.
G.
Pathway
(terlampir)
H.
Komplikasi Gonorhea
Menurut Kurniawan (1999) macam – macam komplikasi dibagi
atas:
1. Pada
pria
a.
Tysonitis, biasanya terjadi pada pasien dengan
preputium yang sangat panjang dan kebersihan kurang baik. Diagnosis dibuat
berdasarkan di temukannya butirfus atau pembengkakan pada daerah frenulum yang
nyeri tekan. Bila duktus tertutup akan menjadi abses dan merupakan sumber
infeksi laten.
b.
Parauretritis, sering pada orang dengan
orifisium uretra eksternum terbuka atau hipospadia infeksi pada duktus di
tandai dengan pus pada kedua muara pada uretra.
c.
Radang kelenjar littre (littritis), tidak
mempunyai gejala khusus, pada urien di temukan benang-benang atau butir-butir.
Bila salah satu saluran tersumbat dapat terjadi abses folikuler. Diagnosis
komplikasi ini ditegakkan dengan uretroskopi.
d.
Infeksi pada kelenjar Cowper (cowperitis), dapat
menyebabkan abses. Keluhan berupa nyeri dan adanya benjolan didaerah perineum
disertai rasa panas, nyeri pada waktu difeksi, dan disuria. Jika tak di obati,
abses akan pecah melalui kulit perineum, uretra atau rektum dan mengakibatkan
proktitis.
e.
Prostatitis akut, di tandai dengan perasaan
tidak enak di daerah perineum dan suprapubis, malise, demam, nyeri kencing
sampai hematurai, spasme otot uretra sehingga terjadi retensi urien, tenesmus
ani, sulit buang air besar obstipasi.
f.
Gejala prostatitis kronik ringan dan
intermiten,tetapi kadang-kadang menetap. Terasa tidak enak di perineum bagian
dalam dan rasa tidak enak bila duduk terlalu lama. Pada pemeriksaan prostat
terasa kenyal berbentuk nodus dan sedikit nyeri pada penekanan. Pemeriksaan
dengan pengurutan prostat biasanya sulit menemukan kuman gonokok.
g.
Vesikulitas ialah radang akut yang mengenai
vesikula seminalis dan duktus ejakulatorius, dapat timbul menyertai prostatitis
akut dan epididimitis akut. Gejala subyektif menyerupai gejala prostatitis
akut, yaitu demam, polakisuria, hematuriterminal, nyeri pada waktu ereksi atau
ejakulasi dan sperma mengandung darah.
h.
Pada vas deferentitis atau fulikulitis, gejala
berupa perasaan nyeri pada daerah abdomen bagin bawah pada sisi yang sama.
i.
Epididimitis akut biasanya unilateral dan setiap
epididimitis biasanya disertai vas deferentitis. Epididimitis dan tali
spermatika membengkak dan terasa panas, juga testis, sehingga menyerupai
hidrokel sekunder. Pada penekanan terasa nyeri sekali bila mengenai
epididimitis dan mengakibatkan sterilitas.
j.
Infeksi asendens dari uretra posterior dapat
mengenai trigonum vesika urinaria. Gejala berupa poliuria, disuria terminal dan
bematuria.
2. Pada
wanita
a.
Pada uretritis, kelenjar parauretra dapat
terkena, tetapi abses jarang terjadi.
I.
Prognosis
Rentan terhadap penyakit radang panggul, kemungkinan
kemandulan, infeksi mata pada bayi yang dilahirkan, bayi prematur, cacat pada
bayi, kematian pada bayi, memudahkan penularan HIV.
J. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Wahyuni (2009), pemeriksaan
diagnostik untuk penyakit gonorhoe sebagai berikut:
1. Sedian
langsung
Pada sedian langsung dengan pewarnaan gram
akan ditemukan diplokokus gram negatif, intraseluler dan ekstraseluler,
leukosit PMN. Bahkan dalam tubuh pada pria diambil dari daerah setelah
fosanavikularis sedangan pada wanita diambil dari serviks, uretra, maupun
kelenjar bartbolin dan rektum.
2. Kultur
Untuk indentifikasi perlu dilakukan
pembiakan (kultur) dan media yang dapat digunakan :
a. Media
transfor, misalnya stuart dan media transgrow (merupakan gabungan media
transfor dan pertumbuhan yang selektif untuk N, gionorrhoeae dan N.
Meningiditis).
b. Media
pertumbuhan, ,isalnya MC leod’s chocolate agar media thayer mertin (selektif
untuk mengisolasi gonokok) agar thayer martin yang dimodifikasi.
3. Tes
definitif
a. Tes
oksidasi, semua neisseria memberi reaksi positif
b. Tes
fermentasi, kuman gonokok hanya merugikan glukosa
c. Tes
β laktamase
Hasil tes positif ditunjukkan dengan
perubahan warna kuning menjadi merah apabila kuman mengandung enzim β
laktamase.
d. Tes
thomson
Dengan menampung urin pagi dalam dua
gelas, RS ini digunakan untuk mengetahui sampai dimana sudah berlangsung.
K.
Pencegahan
1. Memberikan pendidikan kapada
pasien dengan menjelaskan tentang :
a.
bahaya penyakit menular seksual dan komplikasinya
b.
pentingannya mematuhi pengobatan yang diberikan
c.
cara penularan penyakit menular seksual
d.
hindari hubungan seksual sebelum sembuh dan memakai kondom jika tidak dapat
dihindari
e.
caracara menghindari infeksi PMS di masa datang
2.
Pengobatan
pada pasien seksual tetapnya
L.
Penatalaksaan
1.
Pengobatan
Menurut
Vietha (2009), Pada pengobatan gonorea yang perlu diperhatikan adalah
efektivitas. Harga dan sesedikit mungkin efek taksiknya, pemilihan resimen
pengobatan sebaiknya mempertimbangkan pula tempat infeksi, resistensi galur N.
Gonorhoeae terhadap animicrobial dan kemungkinan infeksi chlamydia trachomatic
yang terjadi bersamaan. Secara epidemiologi pengobatan yang dianjurkan adalah
obat dengan dosis tunggal.
Macam
macam obat yang dapat dipakai antara lain :
a. Pilihan utama dan kedua
adalah siprofloksasin 500 mg dan ofloksasin 400 mg. Berbagi resimen yang dapat
diberikan adalah :
1)
Siprofloksasin* 500 mg per oral atau
2)
ofloksasin* 400 mg per oral, atau
3)
seftriakson* 250 mg injeksi intramuskuler atau
4)
spektinomisin 2 mg injeksi intramuskuler
Dikombinasikan
dengan
1) Doksisiklin
2 x 500 mg, selama 7 hari atau
2) Tetrasiklin
4 x 500 mg, selama 7 hari atau
3) Eritromisisin
4 x 500 mg, selama 7 hari
b. Medikamentosa
1) walaupun semua gonokokus sebelumnya sangat sensitif
terhadap penicilin banyak “strain” yang sekarang relatif resisten. Tetapi
penicilin, amoksisilin dan tetrasiklin masih tetap merupakan pengobatan
pilihan.
2) untuk sebagian besar infeksi, penicilin G dalam aqua 4,8
unit ditambah 1 gr probonesid per oral sebelum penyuntikan penicilin
merupaka pengobatan yang memadai.
3)
pengobatan jangka panjang diperlukan untuk endokarditis man meningitis
gonokokus.
c. Non-medikasmentosa
Memberikan pendidikan kapada klien
dengan menjelaskan tentang :
1) Bahaya
penyakit menular seksual
2) Pentingnya
memtahu pengobatan yang diberikan
3) Cara
penularan PMS dan perlunya pengobatan untuk pasangan seks tetapnya
4) Hindrai
hubungan seksual sebelum sembuh dan memakai kondom jika tidak dapat
dihindari
5) Cara-cara
menghindari infeksi PMS di masa yang akan datang.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A.
Pengkajian
1. Identitas
Nama, Umur, Jenis kelamin, agama, suku,
bangsa, pekerjaan, pendidikan, status perkawinan, alamat, tanggal masuk Rumah
Sakit.
2. Keluhan
utama
Biasnaya nyeri saat kencing
3. Riwayat
penyakit sekarang
Tanyakan penyebab terjadinya infeksi,
bagaimana gambaran rasa nyeri, daerah mana yang sakit, apakah menjalar atau
tidak, ukur skala nyeri, dan kapan keluhan dirasakan
4. Riwayat
penyakit dulu
Tanyakan apakah pasien pernah menderita
penyakit parah sebelumnya
5. Riwayat
kesehatan keluarga
Tanyakan apakah keluarga klien ada yang
menderita penyaki yang sama dengan klien.
6. Pengkajian
11 pola fungsional gordon
a. Pola
persepsi dan manajemen kesehatan
Biasnaya pasien tidak menyadari bahwa ia
telah menderita penyakit gonorhea. Dia akan menyadari setelah penyakit tersebut
telah parah.
b. Pola
nutrisi dan metabolik
Biasanya kebutuhan nutrisi tidak
terganggu, namun apabila infeksi terjadi pada tenggorokan maka pasien akan
merasakan nyeri pada tenggorokannya sehingga ia akan sulit makan.
c. Pola
eliminasi
Penderita akan mengalami gejala seperti
desakan untuk berkemih, nyeri ketika berkemih dan keluar cairan pada alat kelamin.
Kaji frekuensi, warna dan bau urin.
d. Pola
latihan atau aktivitas
Tanyakan bagaimana pola aktivitas klien,
biasanya aktivitas klien tidak begitu terganggu.
e. Pola
istirahat tidur
Tanyakan bagaimana pola tidur klien,
apakah klien merasa tergenggu dengan nyeri yang dirasakannya.
f. pola
persepsi kognitif
biasanya pola ini tidak terganggu, namun
apabila terjadi infeksi pada mata pasien maka kita harus mengkaji peradangan
konjungtiva pasien
g. pola
persepsi diri
tanyakan kepada klien bagaimana ia
mamndang penyakit yang dideritanya. Apakah klien bisa menerima dengan baik
kondisi yang ia alami saat ini. Tanyaan apakah sering merasa marah, cemas,
takut, depresi karena terjadi peubahan pada diri pasien. Biasnya klien merasa
cema dan takut terhadap penyakit.
h. pola
koping dan toleansi stres
kaji bagaimana pola koping klien,
bagaimana tingkat stres klien, apabila stres yang dialami mengganggu pola lain
seperti pola tidur, pola makan, dan lain-lain. Tanyakan apa yang dilakukan
klien dalam menghadapi masalah dan apakah tindakan tersebut efektif untuk
mengatasi masalah tersebut atau tidak. Apakah ada orang lain tempat berbagi dan
apakah orang tersebut ada sampai sekarang. Apakah ada penggunaan obat
penghilang sres.
i.
Pola peran hubungan
Bagaimana peran klien dalam keluarga dan
masyarakat. Apakah hubungan klien dengan keluarga dan masyarakat. Apakah klien
mampu bergaul dengan masyarakat dengan baik. Tanyakan tentang sistem pendukung
dalam kehidupan klien seperti: pasangan, teman, dll. Biasanya klien merasa
kesepian dan takut tidak diterima dalam lingkungan.
j.
pola reproduksi seksual
perawat perlu mengkaji bagaimana pola
reproduksi seksual klien. Berapa jumla anak klien, tanyakan masalah seksual
klien yang berhubungan degan penyakitnya.
k. pola
keyakinan
tanyakan apa kayakinan atau agama klien,
bagaimana aktivitas ibadah klien, apakah klien taa beribadah. Tanyakan apakah
ada pengaruh agama dalam kehidupan.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Kurang
pengetahuan tentang penyakit dan resiko penyebaran infeksi dan ineksi berulang
2. Resiko
tinggi komplikasi ke organ genetalia lain berhubungan dengan respon penyebaran
infeksi gonorhoe
3. Ketidakpatuhan
terhadap program terapi berhubungan dengan misinterpretasi pengetahuan
C. Intervensi
1. Kebutuhan
pemenuhan informasi b.d tidak adekuatnya sumber informasi, ketidaktahuan
progaram perawatan dan pengobatan
Tujuan : terpenuhinya pengetahuan pasien tentang
engetahuan penyakit.
Kriteria evaluasi :
a. Mengungkapkan
pngertian tentang proses infeksi, tindakan yang di butuhkan dengan kemungkinan
komplikasi.
b. Mengenal
perubahan gaya hidup/tingkah laku untuk mencegah terjadinya komplikasi.
Intervensi
|
Rasional
|
Beritahukan
pasien/orang terdekat mengenai dosis aturan dan efek pengobatan
|
Informasi
dibutuhkan untuk meningkatkan perawatan diri untuk menambah kejelasan
efektivitas pengobatan dan mencegah komplikasi.
|
Jelaskan
tentang pentingnya pengobatan anti bakteri
|
Pemberian
anti bakteri di rumah dibutuhkan untuk mengurangi invasi bakteri pada kulit.
|
Jelaskan
cara metode kontak seksual.
|
Menurunkan
respons penularan infeksi. Pasien harus menghindari hubungan seksual sampai
pengobatan selesai dan sampai pasangan mereka sepenuhnya di evaluasi dan di
obati.
Metode
yang digunakan unuk melakukan kontak seksual dengan pasangan perlu
didiskusikan. Pasien harus memahami bahwa meskipun pasangan telah di obati,
tetapi jika terpajan pada hubungan seksual yang terus-menerus pada individu
yang sama dapat mengakibatkan terkena infeksi PMS lagi. Pasien mungkin
membutuhkan bantuan dalam merencanakan diskusi dengan pasanganya. Jika pasien
tampak takut atau khawatir tentag hal ini, maka pasien dapat di rujuk ke
pekerja sosial atau ahli lain yang tepat.
|
2. Risiko
tinggi komplikasi ke organ genitalia lain b.d respon penyebara infeksi
gonorhoe.
Tujuan
: tidak terjadi komplikasi ke organ genitalia.
Kriteria
evaluasi :
a. Organ
genitalia tidak mengalami perubahan patologis.
b. Secara
subjektif menyatakan motivasi yang kuat untuk menurunkan risiko komplikasi.
Intervensi
|
Rasional
|
Beritahukan pasien/orang terdekat mengenai
dosis, aturan, efek pengobatan, pembatasan aktivitas seks yang dapat di
lakukan
|
Informasi dibutuhkan untuk meningkatkan
perawatan diri untuk menambah kejelasan efektivitas pengobatan dan mencegah
komplikasi.
|
Kolaboratif untuk pemberian antimikroba.
|
Pera kolaboratif di lakukan perawat untuk
menurunkan respon inflamasi genital. Pada gonorhoe tanpa komplikasi (serviks,
uretra, rektum) perlu mendapat antibiotik jenis : a) ciprofoxacin 500 mg oral
dosis tunggal; b) ofloxacine 400 mg oral dosis tunggal; c) cefixime 400 mg
dosis tunggal; d)ceftriaxone 125 mg im dosis tunggal.
|
Berikan dukungan
|
Dukungan positif
akan memberikan motivasi padaaa pasien untuk meningkatkan upaya dalam
menurunkan risiko serangan penyakit berulang.
|
3. Ketidak
patuhan terhadap program terapi b.d misinterpretasi pengetahuan.
Tujuan : terlaksananya program terapi.
Kriteria evaluasi :
a. Termotivasi
untuk melaksanakan program terapi secara komprehensif.
b. Terpenuhinya
pengetahuan tentang penyakit, prosedur pengobatan jadwal kontrol ke dokter ahli
kulit, pencegahan dan perawatan kulit.
c. Mengenal
perubahan gaya hidup/tingkah laku untuk pelaksanaaan program terapi.
Intervensi
|
Rasional
|
Kaji
tingkat pengetahuan pasien tentang gonorhoe.
|
Pengetahuan
tentang penyakit gonorhoe, pragram pengobatan yang rasional, jadwal kontrol,
upaya pencegahan dan perawatan yang komprehensif dapat membantu peningkatan
proses penyembuhan.
|
Jelaskan
pentingnya istirahat.
|
Pasien
dengan gonorhoe memerlukan istirahat fisik dan psikologis untuk meningaktkan
respos peneymbuhan. Kebutuhan
istirahat ini termasuk juga terhadap pemenuhan hubungan seks, dengan tujuan
untuk menurunkan risiko penularan dan menurunkan progresivitas gejala.
|
Tingkatkan
kepatuhan dan pemahaman akan terapi.
|
Dalam
lingkungan kesehatan eatau di fasilitas elompok (seperti dalam lingkungan
obstetrlk rawat jalan) atau di fasilitas kesehatan pribadi secara terbuka
tentang PMS memfasilitasi adanya pemahaman tentang penyakit ini. Rasa tidak
nyaman secara sosial dapat di turunkan ketika penyebab, konsekuensi,
penanganan, pencegahan dan tanggung jawab dapat di penuhi,. Oleh karena
masyarakat mempunyai sumber pencegahan PMS yang luas, rujukan pada tempat
yang tepat dapat menjadikan individu mendapat pendidikan yang meyakinkan
dimana pertanyaan atau ketidak tentuan dapat di jawab oleh ahlinya.
Paien
erinfeksi harus diberi tahu mengenai organisme apa yang menyebabkan dan harus menerima
penjelasan tentang penyebab terjadinya infeksi (meliputi interval potensial
menular pada orang lain) dan kemungkinan komplikasi. Perawat harus menekankan
pentinganya mengikuti terapi sesuai ketentuan dan perlunya melaporkan efek
samping terapeutik atau progresi gejala.
|
Menigkatkan
cara hidup sehat seperti intake makanan yang baik, keseimbangan antara
aktivitas dan istirahat, monitor status kesehatan dan adanya infeksi.
|
Menigkatkan
sistem imun dan pertahanan terhadap
infeksi.
|
Identifikasi
sumber-sumber pendukung yang memungkinkan untuk umah yang di mempertahankan
perawatan di rumah yang dibutuhkan.
|
keterbatasan
aktivitas dapat mengganggu kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari.
|
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Gonorhea
adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Neisseria Gonorhea yang pada
umumnya ditularkan melalui hubungan kelamin, tetapi dapat juga secara langsunv
dengan eksudat yang efektif (Dr. Soedarto, Penyakit – penyakit Infeksi DI
Indonesia, 1990, hal 74). Menurut mutaqqin (2011) Organisme patogenik
(Neisseria Gonorhea) biasanya memasuki tubuh melalui vagina, menjalar melalui
kanalis servikalis dan masuk kedalam uterus. Masa tunas gonorhea sangat
singkat, pada pria umumnya bervariasi antara 2-5 hari, kadang – kadang lebih
lama karena pengobatan diri sendiri tapi dengan dosis yang tidak cukup atau
gejala sangat samar sehingga tidak diperhatikan. Pada wanita, masa tunas sulit
ditentukan karena pada umumnya asimtomatik.
Gonorhea dapat menyebar melalui aliran darah
ke bagian tubuh lain terutama kulit dan persendian. Pada wanita, gonorhea bisa
menjalar ke saluran kelamin dan menginfeksi selaut di dalam panggul sehingga
menyebabkan nyeri panggul dan gangguan reproduksi. Gonore atau penyakit kencing
nanah tidak bisa ditularkan melalui WC umum,atau duduk di tempat duduk yang
kebetulanbaru saja di duduki penderita gonore, oleh karena kuman gonokokus
tidak tahan lama hidup di udara bebas, termasuk kursi, WC umum atau air. Memberikan pendidikan kapada
pasien dengan menjelaskan tentang : bahaya penyakit menular seksual dan
komplikasinya, pentingannya mematuhi
pengobatan yang diberikan, cara penularan penyakit menular seksual dll.
B.
Saran
Kami berharap setiap mahasiswa mampu
memahami dan mengetahui tentang penyakit Gonorrhoe. Walaupun dalam makalah ini
masih banyak kekurangan yang jauh dari kesempurnaan.
DAFTAR
PUSTAKA
Kurniawan, A. 1999. Dasar Patologi
Penyakit. Jakarta : EGC
Muttaqin, A. 2011. Asuhan
Keperawatan Gangguan Sistem Integumen. Jakarta : Salemba Medika
Vietha. 2009. Asuhan Keperawatan
Klien dengan Gonorhoe. http://viethanurse.wordpress.com/asuhan – keperawatan –
klien – dengan – Gonorhoe.html diakses
tanggal 27 september 2013
Comments
Post a Comment