Skip to main content

Gangguan Jiwa PPDGJ II

Beberapa diagnosis gangguan jiwa yang sering atau kerap kali muncul di masyarakat sesuai dengan Buku PPDGJ II diantaranya yaitu :

A.             DEMENSIA
Demensia merupakan suatu sindromakibat penyakit/gangguan otak yang biasanya bersifat kronik-progresif, dimana terdapat gangguan fungsi luhur kortikal yang multiple ( multiple higher cortical function ), termasuk didalamnya: daya ingat daya pikir orientasi , daya tangkap (comprehension) ,berhitung kemampuan belajar , berbahasa, dan daya nilai (judgment).
Umumnya disertai, dan ada kalinya diawali, dengan kemerosotan (deteriorantion) dalam pengendalian emosi, perilaku social, atau motivasi hidup.
Pedoman Diagnostik
·   Adanya penurunan kemampuan daya ingat dan daya pikir, yang sampai mengganggu kegiatan harian seseorang  (personal activities of daily living) seperti : mandi, berpakaian , makanan, kebersihan diri, buang air besar dan kecil.
·   Tidak ada gangguan kesadaran
·   Gejala dan disabilitas sudah nyata untuk paling sedikit 6 bulan

B.           DEMENSIA PADA PENYAKIT ALZHEIMER
Pedoman Diagnostik
·         Terdapat gejala demensia
·         Onset bertahab dengan deteriontasi lambat
·         Tidak adanya bukti klinis, atau temuan dari pemeriksaan khusus, yang menyatakan bahwa kondisi mental itu dapat disebabkan oleh penyakit otak atau sistemik lain yang dapat menimbulkan demensia.
·         Tidak adanya serangan apoplektik mendadak, atau gejala neurologic kerusakan otak fokal seperti hemiparesis, hilangnya daya sensorik.

C.    DELIRIUM , BUKAN AKIBAT ALCOHOL DAN ZAT PSIKOAKTIF LAINNYA
Pedoman Diagnostik
·         Gangguan kesadaran dan perhatian
-dari taraf kesadaran berkabut sampai koma
·         Gangguan kognitif sacara umum
-distorsi persepsi, ilusi dan halusinasi
-hendaya daya pikir dan pengertian abstrak
·         Gangguan piskomotor
·         Gangguan siklus tidur bangun
·         Gangguan emosional
·         Onset biasanya cepat, perjalanan penyakitnya hilang-timbul sepanjang hari

D.    GANGGUAN MENTAL ORGANIC
·         Gangguan mental organic adalah gangguan mental yang berkaitan dengan penyakit atau gangguan sistemik atau otak yang dapat didiagnosis sendiri
·         Gambaran klinis
1.      gangguan fungsi kognitif (daya ingat, daya pikir, daya belajar
2.      gangguan sensorium
3.      sindrom dengan manifestasi yang menonjol dalam bidang
-persepsi
-isi pikiran
-suasana perasaan dan emosi

1. Pengertian sindrom ketergantungan.
            Sindrom ketergantungan adalah gejala-gejala yang timbul pada seseorang yang menggunkan suatu zat psikoaktif yang menyebbkan dirinya tidak bisa berhenti menggunakan zat tersebut. Tanda seseorang mengalami sindrom ketergantungan adalah : semakin sering menggunakan atau mengkonsumsi zat, terus menerus menggunakan zat dan menunjukan perilaku tertentu tersebut meskipun mengetahui dan mengalami efek sampingnya
2. Pengertian keadaan putus
            Putus zat atau adaan putus zat merupakan keadaan yang timbul akibat pengurangan atau penghentian penggunaan suatu zat. Gejala ini menyiksa baik fisik maupun psikologi seseorang yang mengalaminya. Gejala putus zat diantaranya : fisik akan menjadi tidak sehat seperti sakit, mata berair, lemas, diare, muntah-muntah dan lain-lain
3. Pengertian gangguan psikotik
            Gangguan psikotik adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidak mampuan individu menilai kenyataan yang terjadi, missal : terdapat halusinasi, waham atau perilaku kacau atau aneh
4. Pengertian sindrom amnesty
            Sindrom amnesty merupakan keadaan kehilangan kemampuan mengingat kejadian yang berlangsung beberapa menit yang silam.

Skizofrenia merupakan suatu diskripsi sindrom atau gangguan kejiwaan dan kondisi medis dengan variasi penyebab yang mempengaruhi fungsi otak manusia , mempengaruhi fungsi normal , kognitif, emosional ,dan tingkah laku , yang sering kali diikuti dengan delusi (keyakinan yang salah dan halusinasi )
Ciri-cirinya :
1. Penarikan diri
2. Penurunan kemampuan dalam peran
3. Kepercayaan yang aneh
4. Persepsi yang aneh terhadap diri sendiri
5. Gangguan kemampuan Untuk membuat kontak sosial , menurunya fungsi kognitif
Skizofrenia Hebefrenik merupakan jenis gangguan jiwa yang memiliki ciri-ciri premorbid , pemalu dan senang  menyendiri , inkoheren ( memiliki jalan pikiran yang kacau) tidak dapat di mengerti
Skizofrenia Paranoid merupakan gangguan jiwa dimana penderitanya mengalami bayangan dan khayalan serta halusinasi ( suara-suara yang mengajaknya untuk melakukan sesuatu ).
Skizofrenia Katatonik merupakan jenis gangguan jiwa yang ditandai dengan perilaku diam atau perilaku mempertahankan posisinya secara kontinyu atau menetap.
gangguan Waham Menetap merupakan serangkaian gangguan dengan waham – waham yang berlangsung lama , sebagai satu-satunya gejala klinis yang khas atau yang paling mencolok dan tidak dapat digolongkan sebaagai gangguan mental organik ,skizofrenik,atau gangguan afektif.

F30-F39
GANGGUAN SUASANA PERASAAN
(GANGGUAN AFEKTIF / “MOOD”)
F30 EPISODE MANIK

Kesamaan karakteristik dalam afek yang meningkat, disertai peningkatan dalam jumlah dan kecepatan aktivitas fisik dan mental, dalam berbagai derajat keparahan. Kategori ini hanya untuk satu episode manic tunggl ( yang pertama), termasuk gangguan efektif bipolar, episode manik tunggal. Jika ada episode afektif (depresif, manic, atau hipomanik ) sebelumnya atau sesudahnya, termasuk gangguan afektif bipolar.
F30.0 Hipomania
Pedoman diagnostik
·         Derajat gangguan yang lebih ringan dari mania (F30.1), afek yang meninggi atau berubah disertai peningkatan aktivitas, menetap selama sekurang-kurangnya beberapa hari berturut-turut, pada suatu derajat intensitas dan yang bertahan melebihi apa yang digambarkan bagi siklotima (F34.0), dan tidak disertai halusinasi atau waham.
·         Pengaruh nyata atas kelancaran pekerjaan dan aktivitas sosial memang sesuai dengan diagnosis hipomania, akan tetapi bila kekacauan itu berat atau menyeluruh, maka diagnosis mania harus ditegakkan. 

F32 EPISODE DEPRESIF
·         Gejala utama ( pada derajat ringan, sedang, dan berat) :
1.      Afek depresif
2.      Kehilangan minat dan kegembiraan
3.      Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah ( rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas. 
·         Gejala lainnya :
1.      Konsentrasi dan perhatian berkurang
2.      Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
3.      Gangguan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
4.      Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
5.      Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
6.      Tidur terganggu
7.      Nafsu makan berkurang

F32.0 Episode Depresif Ringan
Pedoman Diagnostik
·         Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti tersebut diatas
·         Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya : (1) sampai dengan (7)
·         Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya
·         Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya sekitar 2 minggu
·         Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa dilakukannya.

F32.1 Episode Depresif Sedang
Pedoman diagnostik
·         Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti pada episode depresi ringan
·         Ditambah sekurang-kurangnya 3 ( dan sebaiknya 4) dari gejala lainnya
·         Lamanya seluruh episode berlangsung minimum sekitar 2 minggu
·         Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan dan urusan rumah tangga.

F32.2 Episode Depresif Berat tanpa Gejala Psikotik
Pedoman diagnostik
·         Semua 3 gejala utama depresi harus ada.
·         Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya, dan beberapa diantaranya harus berintensitas berat.
·         Bila ada gejala penting ( misalnya agitasi atau retardasi psikomotor) yang mencolok, maka pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu untuk melaporkan banyak gejalanya secara rinci.
·         Episode depresif biasanya harus berlangsung sekuran-kurangnya 2 minggu , akan tetapi jika gejala amat berat dan beronset sangat cepat, maka masih dibenarkan untuk menegakkan diagnosis dalam kurun waktu kurang dari 2 minggu.
·         Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat terbatas.

F32.3 Episode Depresif Berat dengan Gejala Psikotik
Pedoman diagnostik
·         Depisode depresi berat yang memenuhi criteria menurut F32.2 tersebut diatas
·         Disertai waham, halusinasi atau stupor depresif.

F 40- F48
GANGGUAN NEUROTI, GANGGUAN SOMATOFORM, DAN GANGGUAN TERKAIT STRES

Gangguan neurotik, gangguan somatoform, dan gangguan terkait stres, dikelompokkan menjadi satu dengan alasan bahwa dalam sejarahnya ada hubungan dengan perkembangan konsep neurosis dan berbagai kemungkinan penyebab psikologis
F 40 Gangguan Anxietas Fobik
1.      Anxietas dicetuskan oleh adanya situasi atau objek yang jelas (dari luar individu itu sendiri), yang sebenarnya saat kejadian ini tidak membahayakan
Kondisi lain (dari diri individu itu sendiri) seperti perasaan takut akan adanya penyakit (nosofobia) dan ketakutan akan perubahan bentuk badan (dismorfofobia) yang tak realistik dimasukkan dalam klasifikasi F45.2 (gangguan hipokondrik)
2.      Sebagai akibatnya, objek atau situasi tersebut dihindari atau dihadapi dengan rasa terancam
3.      Secara subjektif, fisiologik dan tampilan perilaku, anxietas fobik tidak berbeda dari anxietas yang lain dan dapat dalam bentuk yang ringan sampai yang berat (serangan panik)
4.      Anxietas fobik sering kali berbarengan (coexist) dengan depresi. Suatu episode depresif sering kali memperburuk keadaan anxietas fobik sebelumnya yang sudah ada. Beberapa episode depresif dapat disertai anxietas fobik yang temporer, sebaliknya afek depresif sering kali menyertai berbagai fobia, khususnya agorafobia. Pembuatan diagnosis tergantung darimana yang jelas- jelas timbul lebih dahulu dan mana yang lebih dominan pada saat pemeriksaan.
F 41.0 Gangguan Panik (Anxietas Paroksismal Episodik)
Pedoman diagnostik
1.      Gangguan panik baru ditegakkan sebagai diagnosis utama bila tidak ditemukan adanya gangguan anxietas fobik (F40.-)
2.      Untuk diagnosis pasti, harus ditemukan adanya beberapa kali serangan anxietas berat (severe attacks of autonomic anxiety) dalam masa kira- kira satu bulan:
a.       Pada keadaan- keadaan dimana sebenarnya secara objektif tidak ada bahaya
b.      Tidak terbatas pada situasi yang telah diketahui atau yang dapat diduga sebelumnya (unpredictable situations)
c.       Dengan keadaan yang relatif bebas dari gejala- gejala anxietas pada periode diantara serangan- serangan panik (meskipun demikian, umumnya dapat terjadi juga “anxietas antisipatorik,” yaitu anxietas yang terjadi setelah membayangkan sesuatu yang mengkhawatirkan akan terjadi)
F 41.1 Gangguan Cemas Menyeluruh
1.      Penderita harus menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang berlangsung hampir setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang tidak terbatas atau hanya menonjol pada keadaan situasi khusus tertentu saja (sifatnya “free floating” atau “ mengambang”)
2.      Gejala- gejala tersebiut biasanya mencakup unsur- unsur berikut:
a.       Kecemasan (khawatir akan nasib buru, merasa seperti diujung tanduk, sulit konsentrasi, dsb)
b.      Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai)
c.       Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung berdebar- debar, sesak nafas, keluhan lambung, pusing kepala, mulut kering, dsb)
3.      Pada anak- anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan untuk ditenangkan (reassurance) serta keluhan- keluhan somatik berulang yang menonjol
4.      Adanya gejala- gejala lain yang sifatnya sementara (untuk beberapa hari), khususnya depresi, tidak membatalkan diagnosis utama  gangguan anxietas menyeluruh, selama hal tersebut tidak memenuhi kriteria lengkap dari episode depresif (F32.-), gangguan anxietas fobik (F40.-), gangguan panik (F41.-), atau gangguan obsesif- kompulsif (F42.-)
F 42 Ganguan obsesif –kompulsif
Gejala-gejala obsesif harus mencakuphal-hal berikut:
a.       Disadari sebagai pikiran atau impuls diri sendiri
b.      Sedikitnya ada satu pikiran atau tindakan yang tidak berhasil dilawan, meskipun ada lainya yang tidak lagi dilawan oleh penderita.
c.       Pikiran untuk melakukan tindakan tersebut bukan merupakan hal yang memberi kepuasan atau kesenangan.
d.      Gagasan,bayangan pikiran,atau impuls tersebut harus merupakan pengulangan yang tidak menyenangkan.
Ada kaitan erat antara gejala obsesif,terutama pikiran obsesif,dengan depresi. Penderita gangguan obsesif kompulsif sering kali juga menunjukkan gejala depresi, dan sebalinya penderita gangguan depresi berulang dapat menunjukkan pikiran-pikiran obsesif selama episode depresinya.
Diaknosa gangguan obsesif kompulsif ditegakkan hanya bila tidak ada gangguan depresif.

F45 GANGGUAN SOMATOFORM
Ciri utama gangguan ini adalah adanya keluhan-keluhan gejala fisik yang berulang disertai dengan permintaan pemeriksaan medik, meskipun sudah berkali-kali terbukti hasilnya negatif dan sudah dijelaskan oleh dokternya bahwa tidak ditemukan kelainan.
Penderita juga menyangkal dan menolak untuk membahas kemungkinan kaitan antara keluhan fisiknya dengan problem atau konflik dalam kehidupan yang dialaminya.
  
F 50- F 59
SINDROM PERILAKU YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN FISIOLOGIS dan FAKTOR FISIK
F50.0 Anoreksia Nervosa
Pedoman diagnostik
1.      Ciri khas gangguan adalah mengurangi berat badan dengan sengaja, dipacu dan atau dipertahankan oleh penderita
2.      Untuk suatu diagnosis yang pasti, dibutuhkan hal – hal seperti berikut:
a.       Berat badan tetap dipertahankan 15% dibawah yang seharusnya
b.      Berkurangnya berat badan  dilakukan sendiri dengan menghindarkan makanan yang mengandung lemak, denan cara:
i.            Merangsang muntah oleh sendiri
ii.          Menggunakan pencahar
iii.        Olahraga berlebihan
iv.        Memakai obat penekan nafsu makan
c.       Terdapat distorsi “body – image” dalam bentuk psikopatologi yang spesifik dimana ketakutan gemuk terus menerus menyerang penderita, penilaian yang berlebihan terhadap berat badan yang rendah
d.      Adanya gangguan endokrin yang meluas yang melibatkan “hypothalamic – pictuitary – gonadal axis “, dengan manifestasi pada wanita sebagai aminore dan pada pria sebagai kehilangan minat dan potensi seksual
e.       Jika onset terjadinya pada masapra – pubertas, perkembangan pubertas tertunda, atau dapat juga tertahan.
F50.2 Bulimia Nervosa
Pedoman diagnostik
1.      Untuk diagnostik pasti, dibutuhkan hal – hal seperti berikut:
a.       Terdapat preokupsi yang menetap untuk makan, dan ketagihan (craving) terhadap makanan yang tidak berdaya terhadap datangnya episode makan berlebih
b.      Pasien berusaha melawan efek kegemukan dengan cara:
i.            Merangsang muntah oleh sendiri
ii.          Menggunakan pencahar berlebihan
iii.        Puasa berkala
iv.        Memakai obat – obatan seperti penekan nafsu makan
c.       Gejala psikopatologi – nya terdiri dari ketakutan yang luas biasa akan kegemukan dan penderita mengatur sendiri batasan yang ketat dari ambang berat badannya
2.      Bulimia nervosa harus dibedakan dari gangguan depresif, walaupun penderita bulimia sering mengalami gejala – gejala depresi.
F.51.0 Insomnia Non – organik
Pedoman diagnostik
1.      Untuk diagnostik pasti, dibutuhkan hal – hal seperti berikut:
a.       Keluhan adanya kesulitan masuk tidur atau mempertahankan tidur, atau kualitas tidur yang buruk
b.      Gangguan terjadi  minimal 3 kali dalam seminggu selama minimal satu bulan
c.       Adanya preokupsi dengan tidak bisa tidur (sleeplessness) dan peduli yang berlebihan terhadap akibatnya pada malam hari dan sepanjang siang hari
d.      Ketidak – puasan terhadap kuantitas atau kualitas tidur menyebabkan penderitaan yang cukup berat dan mempengaruhi fungsi dalam sosial dan pekerjaan
2.      Adanya gejala gangguan jiwa lain seperti depresi, anxietas, atau obsesi
3.      Kriteria “lama tidur “ (kuantitas) tidak digunakan untuk menentukan adanya gangguan
F51.1 Hipersomnia Non-oganik
Pedoman diagnostik
1.      Untuk diagnostik pasti, dibutuhkan hal – hal seperti berikut:
a.       Rasa kantuk yang berlebih pada siang hari dan atau transisi yang memanjang dari saat mulai bangun tidur sampai sadar sepenuhnya.
b.      Gangguan tidur terjadi setiap hari selama lebih dari 1 bulan atau brulang dengan waktu yang lebih pendek, yag menyebabkan penderitaan yg berat dan mempengaruhi fungsi sosial dan pekerjaannya.
c.       Tidak ada gejala tambahan.
d.      Tidak ada kondisi neurologi atau medis yang menunjukan gejala rasa kantuk pada siang hari.
2.      Diagnosis hipersomnia psikogenik harus ditambahkan bila hipersomnia merupakan keluhan yang dominan dari penderita dengan gangguan jiwa.
F51.2 Gangguan Jadwal Tidu – jaga Non-organik
Pedoman diagnostik
1.      Untuk diagnostik pasti, dibutuhkan hal – hal seperti berikut:
a.       Pola tidur-jaga dari individu tidak seirama dengan pola tidur jaga yang normal bagi masyarakat setempat.
b.      Insomnia pada watu orang – orang tidur dan hipersomnia pada waktu kebanyakan orang jaga, yang dialami hampir setiap hari untuk sedikitnya  1 bulan atau berulang dengan kurun waktu yang lebih pendek.
c.       Ketidakpuasan dalam kuantitas,kualitas, dan waktu tidur menyebabkan penderita an yang cukup perat dan mempengaruhi fungsi dalam sosil dan pekerjaan.
2.      Adanya gejala gangguan jiwa yang lain seperti anxietas, depresi, hipomania, tidak menutup kemungkinan diagnosis gangguan jadwal tidur – jaga non – organik, yang penting adanya dominasi gambaran klinis gangguan ini pada penderita.
F51.3 Somnabulisme (sleepwalking)
Pedoman diagnostik
1.      Untuk diagnostik pasti, dibutuhkan hal – hal seperti berikut:
a.       Gejala yang utama adalah satu atau lebih episode bangun dari tempat tidur.
b.      Selama 1 episode, individu menunjukan wajah bengong, relatif tidak memberikan rspon terhadap upaya orang lain untuk mempengaruhi keadaan atau untuk beromunikasi dengan penderita, dan hanya dapat disadarkan dari tidurnya dengan susah payah.
c.       Pada waktu sadar, individu tidak ingat apa yang terjadi.
d.      Dalam kurun waktu bebearapa menit setelah bangun dari episode tersebut, tidak ada gangguan aktivitas mental, walaupun, dapat dimulai dengan sedikit bingung.
e.       Tidak ada bukti adanya gangguan mental organik.
2.      Somnabulisme harus dibedakan dari serangan epilepsi psikomotor dan fugue disosiatif.
F51.4 Teror Tidur (Night Terrors)
Pedoman diagnostik
1.      Untuk diagnostik pasti, dibutuhkan hal – hal seperti berikut:
a.       Gejala utama adalah salah satu atau lebih episode bangun dari tidur, mulai dengan berteriak karna panik, disertai anxietas yang hebat, seluruh tubuh bergetar, dan hiperaktivitas otonomik seperti jantung berdebar – debar nafas cepat.
b.      Setiap episodelamanya 1 – 10 menit. Dan biasanya terjadi pada sepertiga awal tidur malam.
c.       Secara telatif tidak bereaksi terhadap berbagai upaya orang lain untuk mempengaruhi keadaan teror tidurnya dalam beberapa menit setelah bangun biasanya terjadi disorientasi dan gerakan – gerakan berulang.
d.       Ingatan terhadap kejadian, kalaupun ada sangat minimal.
e.       Tidak adanya bukti gangguan mental organik.
2.      Teror tidur harus dibedakan dari mimpi buruk, yang biasanya terjadi setiap saat dalam tidur mudah dibangunkan dan teringa dengan jelas kejadianya.
3.      Teror tidur dan somnambulisme sangat berhubungan erat, keduanya mempunyai karakteristik klinis dan patofisisologi yang sama.
F51.5 Mimpi buruk (nightmares)
Pedoman diagnostik
1.      Untuk diagnostik pasti, dibutuhkan hal – hal seperti berikut:
a.       Terbangun dari tidur malam atau tidur siang berkaitan dengan mimpi yang menakutkan yang dapat diinga kembali dengan rinci dan jelas, yang khas terbangun pada paruh kedua masa tidur.
b.      Setelah terbangun dari mimpi yang menakutkan, individu segera sadar penuh dan mampu mengenali lingkungannya.
c.       Pengalaman mimpi itu dan akibat dari tidur yang terganggu menyebabkan penderitaan cukup berat bagi individu.
2.      Sangat penting untuk membedakan mimpi buruk dari teror tidur dengan memperhatikan gambaran klinis yang khas untuk masing – masing gangguan.
F52.5 Vaginismus Non – organik
1.      Terjadi spasme otot- otot vagina, menyebabkan tertutupnya pembukaan vagina. Masuknya penis menjadi tak mungkin atau nyeri
F52.6 Dispareunia Non – organik
1.      Dispareunia adalah keadaan nyeri pada waktu hubungan seksual, dapat terjadi pada wanita maupun pria
2.      Diagnosa dibuat hanya bila tidak ada kelainan seksual primer lainnya (seperti vaginismus atau keringnya vagina)

F60 - F69
GANGGUAN KEPRIBADIAN dan PERILAKU MASA DEWASA

F60 GANGGUAN KEPRIBADIAN KHAS
F60.0 Gangguan kepribadian paranoid
Gangguan kepribadian dengan ciri:
a)      Kepekaan berlebihan terhadap kegagalan dan penolakan
b)      Kecenderungan untuk menyimpan dendam
c)      Kecurigaan yang berulang tanpa dasar
d)     Perasaan bermusuhan dan ngotot tentang hak pribadi tanpa memperhatikan situasi yang ada

F60.1 Gangguan kepribadian skizoid
Gangguan kepribadian dengan ciri:
a)      Emosi dingin, afek mendatar atau tidak peduli (detachment)
b)      Kurang mampu untuk mengekspresikan kehangatan kelembutan atau kemarahan terhadap orang lain
c)      Selalu memilih aktifitas yang dilakukan sendiri yang akrab
d)     Sangat tidak sensitif terhadap norma

F60.5 Gangguan kepribadian anankastik
Gangguan kepribadian anankistik, yaitu ciri-cirinya:
a)      Perasaan ragu-ragu dan hati-hatI yang berlebihan pada kebiasaan sosial
b)      Kaku dan keras kepala
c)      Pemaksaan yang tak beralasan agar orang lain untuk mengikuti caranya

F63 GANGGUAN KEBIASAAN dan IMPULS
F63.2 Curi patologis (kleptomania)
Gambaran yang esensial dari gangguan ini:
a)      Adanya peningkatan rasa tegang sebelum dan rasa puas selama dan segera sesudahnya melakukan tindakan pencurian
b)      Individu mungkin tampak cemas, murung, dan rasa bersalah pada waktu diantara episode pencurian

F64 GANGGUAN IDENTITAS JENIS KELAMIN
F64.0 Transseksualisme
Identitas transseksual harus sudah menetap selama 2 tahun minimal dan harus bukan merupakan gejala dari gangguan jiwa lain. Gambaran identitas tersebut yaitu:
a)      Adanya hasrat untuk hidup dan diterima sebagai anggota dari kelompok lawan jenisnya.
b)      Adanya keinginan untuk mendapatkan terapi hormonal dan pembedahan untuk membuat tubuhnya semirip mungkin dengan jenis kelamin yang diinginkan

F64.1 Transvestisme peran ganda
Mengenakan pakain dari lawan jenisnya sebagai bagian dari eksistensi dirinya untuk menikmati sejenak pengalaman sebagai anggota lawan jenisnya. Tanpa adanya hasrat untuk merubah dirinya secara permanen. Tidak ada perangsangan seksual yang menyertai pemakaian pakaian dari lawan jenis tersebut.

F64.2 Gangguan identitas jenis kelamin masa kanak
Keinginan anak yang menetap untuk menjadi jenis kelamin lawan jenisnya disertai penolakan tentang dirinya. Manifestasi pertama timbul pada usia pra-sekolah. Gangguan harus sudah tampak sebelum pubertas. Anak dengan gangguan identitas jenis kelamin menyangkal bahwa dirinya terganggu.

F65 GANGGUAN PREFERENSI SEKSUAL
F65.0 Fetishisme
Mengandalkan pada beberapa benda mati sebagai ransangan untuk membangkitkan keinginan seksual dan memberikan kepuasan seksual. Fantasi fetishistik adalah lazim, tidak menjadi suatu gangguan kecuali apabila menjurus pada suatu ritual yang begitu memaksa dan tidak semestinya sampai mengganggu hubungan seksual serta menyebabkan penderitaan bagi individu.

F65.1 Transvestisme fetishistik
Mengenakan pakaian dari lawan jenis tujuannya untuk mencapai kepuasan seksual. Biasanya lebih dari satu jenis barang yang dipakai. Merupakan fase awal transseksualisme.

F65.2 Ekshibionisme
Kecenderungan yang berulang atau menetap untuk memamerkan alat kelamin pada orang lain ( biasanya lawan jenis ) ditempat umum. Terbatas pada laki-laki heteroseksual. Apabila yang menyaksikan itu terkejut atau takut atau terpesona maka gairah penderita meningkat.

F65.3 Voyeurisme
Kecenderungan yang berulang atau bahkan menetap untuk melihat orang sedang berhubungan seksual atau berperilaku intim yang menjurus pada rangsangan seksual atau masturbasi tanpa orang yang diintip sadar.

F65.4 Pedofilia
Preferensi seksual terhadap anak-anak sampai dewasa yang harus berulang dan menetap contoh:
Laki-laki dewasa yang mempunyai partner seksual dewasa tapi karena frustasi yang kronis maka partner seksual dewasa tersebut beralihnpada anak-anak.

F65.5 Sadomasokisme
Aktivitas seksual yang melibatkan pengikatan, menimbulkan rasa sakit atau penghinaan dan sering kali penderita mendapatkan rangsangan seksual dari aktivitas tersebut.

F 80- F89

F80.3 Afasia didapat dengan epilepsi (Sindrom Landau Kleffner)
Adalah ketidakmampuan untuk berbicara, menulis atau mengerti bahaasa lisan atau tertulis. Kondisi ini paling sering dihasilkan oleh stroke atau cedera kepala.
Pedoman Diagnostik
·         Gangguan perkembangan khas dimana anak mempunyai riwayat perkembangan bahasa yang normal, kehilangan kedua kemampuan ekspesif dan reseptif, tetapi tetap normal dalam inteligensia umum.
·         Onet gangguan diertai dengan kelainan paroksismal pada EEG (hamper selalu dari lobus temporalis, biasanya bilateral, namun sering dengan kelainan yang luas), dan dalam banyak kasus disertai kejang epileptic. Onset pada umumnya pada usia 3-7 tahun, tetapi dapat juga muncul lebih awal atau lebih lambat.
·         Hubungan waktu antara onset waktu dengan kehilangan berbahasa bervariasi, biasanya salah satu mendahului yang lain dalam beberapa bulan sampai 2 tahun. Yang sangat khas adalah berbahasa reseptif yang sangat berat, dengan kesulitan dengan penangkapan melalui pendengaran (auditory comprehension), yang sering menggunakan manifestasi pertam dari kondisi ini.
·         Gangguan emosi dan perilaku sering menyusul beberapa bulan setelah pertama kali mengalami gangguan berbahasa, tetapi hal itu cenderung membaik pada saat nak mendapatkan cara-cara berkomunikasi


F84.0 Autisme pada anak
Adalah gangguan perkembangan saraf yang kompleks dan ditandai dengan kesulitan dalam interaksi sosial, komunikasi dan perilaku terbatas, berulang-ulang dan karakter stereotik. Gejala autis muncul sebelum 3tahun pertama kelahiran sang anak.
Pedoman diagnostik
·         Gangguan perkembangan pervasif yang ditandai oleh adanya kelainan dan/atau perkembangan yang muncul sebelum usiaa 3 tahun, dan dengan cirri kelainan cirri dalam 3 bidang: interaksi sosial, komunikasi dan perilaku yang terbatas dan berulang.
·         Biasanya tidak jelas ada periode perkembangan yang normal sebelumnya, tetapi bila ada, kelainan perkembangan sudah menjadi jelas sebelu usia 3 tahun, sehingga diagnosis sudah dapat ditegakkan. Tetapi gejala-gejalanya (sindrom) dapat di diagnosis pada semua kelompok umur
·         Selalu ada kualitatif dalam interaksi sosial yang timbal balik (reciprocal social interaction). Ini berbentuk apresiasi yang tidak adekuat terhadap isyarat sosio-emosional, yang tampak sebagai kurangnya respons terhadap emosi orang lain dan/atau kurangnya modulasi terhadap perilaku dalam konteks sosial;buruk dalam menggunakan isyarat sosial dan integrasi yang lemah dalam perilaku sosial, emosional, dan komunikatif; dan khususnya, kurangnya respons timbale balik sosio-emosional.
·         Demikian juga terdapat kualitatif dalam ketramplan bahasa yang dimiliki didalam hubungan sosial; dalam permainan imaginative dan imitasi sosial; keserasian yang buruk dan kurangnya interaksi timbale balik dalam percakapan; buruknya keluwesan dalam bahasa ekspresif dan kreativitas dan fantasi dalam proses pikir yang relatif kurang; kurangnya respons emosional terhadap ungkapan verbal-non verbal orang lain; dalam menggunakan variasi irama atau penekanan sebagai modulasi komunikatif; dan kurangnya isyarat tubuh untuk menekankan atau memberi arti tambahan dalam komunikasi lisan.
·         Kondisi ini juga ditandai oleh pola perilaku, minat dan kegiatan yang terbatas, berulang dan stereotipik. Ini berbentuk kecenderungan untuk bersikap kaku dan rutin dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari; ini biasanya untuk kegiatan baru dan juga kebiasaan sehari-hari serta pola bermain. Terutama sekali dalam masa kanak yang dini, dapat terjadi kelekatan yang khas terhadap benda-benda yang aneh, khususnya benda yang tidak lunak. Anak dapat memaksaan suatu kegiatan rutin di dalam ritual yang sebenarnya tidak perlu; dapat terjadi preokupasi yang stereotipik terhadap suatu minat seperti tanggal,rute atau jadwal; sering terdapat stereotipi motorik; sering menunjukkan minat khusus terhadap segi-segi non fungsional dari benda-benda (misalnya bau atau rasanya); dan terdapat penolakan terhadap perubahan dari rutinitas atau dalam detil dari lingkungan hidup pribadi (seperti perpindahan mebel atau hiasan dalam rumah).
·         Semua tingkatan IQ dapat ditemukan dalam hubungannya dengan autisme, tetapi pada tiga perempat kasus secara signifikan terdapat retardasi mental.
·         Gangguan perkembangan pervasif yang berbeda dari autism dalam hal usia onset maupun tidak terpenuhinya ketiga kriteria diagnostik. Jadi kelainan dan atau perkembangan menjadi jelas untuk pertama kalinya pada usia setelah 3 tahun; tidak cukup menunjukkan kelainan dari satu atau dua dari tiga bidang patofisiologi yag dibutuhkan untuk diagnosis autism (interaksi sosial timbale balik, komunikasi, dan perilaku terbatas, stereotipik,dan berulang) meskipun terdapat kelainan yang khas dalam bidang lain.
·         Autism tak khas sering muncul pada individu dengan retardasi mental yang berat, yang sangat rendah kemampuannya, sehingga pasien tidak mampu menampakkan gejala yang cukup untuk menegakkan diagnosis autism; ini juga tampak pada individu dengan gangguan perkembangan yang khas dari bahasa reseptif yang berat.


F84.2 Sindrom Rett
Adalah gangguan neurologis dan perkembangan yang terjadi di sebagian besar perempuan. Bayi dengan sindrom rett tampaknya tumbuh dan berkembang secara normal pada awalnya, tetapi kemudian berhenti berkembang dan bahkan kehilangan ketrampilan dan kemampuannya. Misalnya mereka berhenti bicara meskipu mereka selalu mengatakan kata-kata tertentu, mereka kehilangan kemampuan untuk berjalan dengan benar, mereka berhenti menggunakan tangan mereka untuk melakukan hal-hal dan sering mengembangkan stereotik gerakan tangan seperti memeras,bertepuk tangan atau menepuk tangan mereka.
Pedoman diagnostik
·         Pada sebagian besar kasus onset gangguan terjadi pada usia 7-24 bulan. Pola perkembangan  awal yang tampak normal atau mendekati normal, diikuti dengan kehilangan sebagian atau seluruhnya ketrampilan tangan dan berbicara yang telah didapat, bersamaan dengan terdapatnya kemunduran/perlambatan pertumbuhan kepala. Perjalanan gangguan bersifat “progressive motor deterioration”.
·         Gejala khas yang menonjol adalah hilangnya kemampuan gerakan tangan yang bertujuan dan ketrampilan manipulatif dari motorik halus yang terlatih. Disertai kehilangan atau hambatan seluruh atau sebagian perkembangan berbahasa; gerakan seperti mencuci tangan yang stereotipik, dengan fleksi lengan didepan dada atau dagu; memasahi tangan secara stereotipik dengan ludah (saliva); hambatan dalam mengunyah makanan yang baik; sering terjadi episode hiperventilasi; hampir selalu gagal dalam pengaturan buang air besar dan buang air kecil. Sering terdapat penjuluran lidah dan air liur yang menetes dan kehilangan dalam ikatan sosial
·         Secara khas tampak anak tetap dapat “senyum sosial” (social smile), menatap seseorang dengan kosong tetapi tidak terjadi interaksi sosial dengan mereka pada awal masa kanak (walaupun interaksi sosial dapat berkembang kemudian)
·         Cara berdiri dan berjalan cenderung melebar otot hipotonik koordinasi gerak tubuh memburuk (ataksia) serta skoliosis atau kifoskoliosis yang berkembang kemudian. Atrofispinal dengan distabilitas motorik berat yang muncul pada saat remaja atau dewasa pada kurang lebih 50% kasus. Kemudian dapat timbul spastisitas dan rigiditas yang biasana lebih banyak terjadi pada ekstremitas bawah. Serangan epileptik yang mendadak biasanya dalam bentuk yang kecil-kecil dengan onset serangan umumnya sebelum usia 8 tahun. Berbeda sekali dengan autisme disini jarang sekali terjadi perilaku mencederai diri sendiri dengan sengaja dan preokupasi yang stereotipik kompleks atau yang   rutin.
·         Diagnosa ditegakkan berdasarkan suatu perkembangan normal yang jelas sampai minimal usia 2 tahun yang diikuti dengan kehilangan yang nyata dari ketrampilan yang sudah diperoleh sebelumnya
·         Dalam hal-hal tertentu sindrom ini mirip dengan demential pada orang dewasa tetapi berbeda dalam 3 hal. Biasanya tidak ada bukti penyakit atau kerusakan organic yang dapat ditemukan .kehilangan ketrampilan dapat diikuti dengan beberapa derajat perbaikan .





Comments

Popular posts from this blog

Dialog dengan Pasien Isolasi Sosial (Menarik Diri)

Contoh dialog sesuai Satuan Pelaksana pada pasien gangguan jiwa dengan isolasi diri atau menarik diri : Menarik  D iri   (Isolasi Sosial) Prolog Disebuah ruang arjuna terdapat terdapat pasien gangguan jiwa bernama Ny. S. Pasien masuk rumah sakit jiwa karena pasien asyik dengan pikirannya sendiri, tidak memiliki teman dekat, tidak adanya kontak mata, tampak sedih, efek tumpul serta melakukan tindakan berulang yang tidak bermakna sama sekali. Pasien juga merasa ditolak oleh keluarganya sendiri sehingga membuatnya kesepian. Diagnosa keperawatan untuk pasien yaitu isolasi sosial. SP 1 : Pasien membina hubungan saling percaya,membantu pasien mengenal penyebab isolasi sosial, membantu pasien mengenal keuntungan hubungan dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain dan mengajarkan pasien berkenalan. Perawat           : “ Assallamualaikum wr,wb ” Pasien              : (pasien hanya diam) Perawat           : “ Saya H saya senang dipanggil ibu Her… Saya perawat diruang maw

Dialog dengan Pasien Gangguan Jiwa Susaide SP 1

STRATEGI PELAKSANAAN SUSAIDE SP 1 A.       Kondisi klien Data Subjektif: 1.       Mengungkapkan keinginan bunuh diri 2.       Mengungkapkan keinginan untuk mati 3.       Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan 4.       Ada riwayat berulang percobaan bunuh diri sebelumnya dari keluarga 5.       Berbicara tentang kematian, menanyakan tentang dosis obat yang mematikan 6.       Mengungkapkan adanya konflik interpersonal 7.       Mengungkapkan telah terjadi korban perilaku kekerasan saat kecil Data Objektif: 1.       Impulsif 2.       Menunjukkan perilaku yang mencurigakan ( biasanya menjadi sangat patuh) 3.       Ada riwayat penyakit mental (depresi, psikosis, dan penyalahgunaan alkohol) 4.       Ada riwayat penyakit fisik (penyakit kronis atau penyakit terminal) 5.       Pengangguran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau kegagalan dalam karier) 6.       Status perkawinan yang tidak harmonis B.        Diagnosa keperawatan Risiko bunuh diri

Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) A.   LATAR BELAKANG Terapi kelompok merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan sekelompok pasien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau diarahkan oleh seorang therapist atau petugas kesehatan jiwa yang telah terlatih (Pedoman Rehabilitasi Pasien Mental Rumah Sakit Jiwa di Indonesia dalam Yosep, 2007). Sedangkan jumlah minimum 4 dan maksimum 10. Kriteria anggota yang memenuhi syarat untuk mengikuti TAK adalah : sudah punya diagnosa yang jelas, tidak terlalu gelisah, tidak agresif, waham tidak terlalu berat (Yosep, 2007). Terapi aktivitas kelompok (TAK) dibagi empat, yaitu terapi aktivitas kelompok stimulasi kognitif/persepsi, terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori, terapi aktivitas orientasi realita , dan terapi aktivitas kelompok sosialisasi (Keliat, 2006). Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah terapi yang menggunakan aktivitas sebagai stimulus terkait dengan pengalaman dan atau kehidup