Skip to main content

Askep Tinea Pedis

Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Tinea Pedis

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
System integument adalah suatu sistem yang vital bagi kehidupan seluruh manusia, yang terletak pada organ tubuh terluar, melindungi bagian dalam tubuh,  luas 1,5-2 m2, berat 15 % BB, yang merupakan cermin kehidupan, dapat dilihat, diraba, dan hidup, sebagai penampilan & kepribadian. Tapi bagaimana, apabila kulit kita mengalami gangguan, tentu saja ini akan mempengaruhi dari sistem  kerja lapisan kulit lainnya dan membuat penampilan yang terkesan jelek. Dan salah satu dari penyakit yang menyerang sistem integumen yang disebabkan oleh infeksi mikotik.
Jamur merupakan salah satu mikroorganisme penyebab penyakit pada manusia.Penyakit yang disebabkan jamur pada manusia disebut mikosis, yaitu mikosis superficial dan mikosis systemic.Mikosis superficial merupakan mikosis yang menyerang kulit, kuku, dan rambut terutama disebabkan oleh 3 genera jamur, yaitu Trichophyton, Microsporum, dan Epidermophyton.Sedangkan mikosis sistemik merupakan mikosis yang menyerang alat-alat dalam, seperti jaringan sub-cutan, paru-paru, ginjal, jantung, mukosa mulut, usus, dan vagina.Contoh jamur yang sering menyerang manusia adalah dermatofit.Jamur ini dapat menyebabkan kelainan sistemik.
Tinea ada beberapa macam yaitu tinea pedis, tinea vesikolor, tinea kruris, tinea tinea korporis, tinea manum, tinea inguiun, tinea kapatis,dan tinea incognito.

B.     Tujuan
1.    Tujuan Umum
          Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan keperawatan tinea.
2.    Tujuan Khusus
a.       Mahasiswa mampu mendeskripsikan pengertiantinea
b.      Mahasiswa mampu mendiskripsikan macam-macam tinea
c.       Mahasiswa mampu mendeskripsikan etiologi
d.      Mahasiswa mampu mendeskripsikan patofisiologi
e.       Mahasiswa mampu menjelaskan pemeriksaan penunjang
f.       Mahasiswa mampu menjelaskan pemeriksaan Penatalaksanaan
g.       Mahasiswa mampu menjelaskan pemeriksaan pencegahan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.    Pengertian tinea
Tinea adalah salah satu penyakit kulit yang disebabkan oleh jamur.Jamur yang berperan dalam penyakit tinea adalah dermatofita.Dermatopita merupakan sekelompok jamur miselium yang menginfeksi keratin stratum korneum, rambut, dan kuku. (chadrasoma,2006).
Tinea adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk, misalnya lapisan teratas pada kulit pada epidermis, rambut, dan kuku, yang disebabkan golongan jamur dermatofita(jamur yang menyerang kulit), (Adhi Djuanda, 2000).
Tinea yang merupakan salah satu dermatositosis adalah Infeksi fungus superficial pada kulit yang disebabkan oleh spesies dermatofilia Micosporum, Epidermophyton, atau Trycophyton.
Dari ketiga defenisi diatas dapat disimpulkan bahwas, Tinea adalah penyakit yang disebabkan oleh dermatofit, yang menyerang pada lapisan teratas dari kulit (epidermis).

B.     Macam-macam tinea
Menurut Robin Graham-Brown (2005) macam-macam tinea terbagi dalam beberapa macam yaitu:
1.      Tinea vesikolor
Tinea vesikolor infeksi yang sering dijumpai ini disebabkan oleh pityrosporum orbicularis, yang hanya menginfeksi stratum korneum, rambut, dan kuku jarang terkena.Tinea vesikolor merupakan macula asimtomatik (daerah diskolorasi, hiperpigmentasi pada ras kulit terang dan hipopigmentasi pada ras kulit gelap).Sering dijumpai lesi multiple.

2.      Tinea pedis (athlete’s food)
Penyakit ini merupakan infeksi dermatofit yang tersering, biasanya terdapat rasa gatal pada daerah di sela-sela jari kaki yang berskuma, terutama diantara jari ketiga dengan keempat, dan keempat dengan kelima, atau pada telapak kaki.

3.      Tinea kruris
Penyakit ini lebih sering terjadi pada laki-laki dan jarang terjadi pada perempuan.Tepi eritematosa yang berskuama pelan-pelan menjalar kebawah paha bagian dalam dan meluas kearah belakang kedaerah prinium dan bokong.

4.      Tinea korposis
Tinea ini secara khas mempunyai  bagian tepi yang meradang, sedangkan bagian tengahnya bersih, tetapi penampakan seperti ini relative jarang.

5.      Tinea manum
Gambaran dari tinea ini biasanya pada telapak tangan terdapat lesi eritematoma dengan sedikit skuama, sedangkan pada punggung tangan gaambaran peradangan lebih jelas.

6.      Tinea unguium
Penyakit ini biasanya menyerang bagian tepi-tepi kuku biasanya dari bagian distal berupa guratan-guratan kekuningan pada lempengan kuku. Kemudian semakin lama seluruh kuku menjadi makin tebal, berubah warna, dan rapuh

7.      Tinea kapatis
Tinea kapatis biasanya menyerang pada anak-anak, jarang pada orang dewasa.Hal ini kemungkinan dikarenakan perubahan kandungan asam lemak dalam sebum pada saat menjelang pubertas.

C.     Etiologi
Penyebab tinea adalah jamur dermatofita yang merupakan kelompok jamur berfilamen, yang terbagi dalam tiga genus yaitu, Trychophyton, Mycrosporum, dan Epidermophyton.Jamur ini dapat menginfeksi jaringan kreatin manusia maupun binatang (Mansjoer Arief, 2000).

D.    Patofisiologi
Infeksi dimulai dari kolonisasi hifa, dimulai dengan kolonisasi hifa atau cabang-cabangnya dalam jaringan keratin yang mati.Hifa ini menghasilkan enzim keratolitik yang berdifusi kedalam jaringan epidermis, dan menimbulkan reaksi peradangan.Pertumbuhan jamur dengan pola radial didalam stratum korneum menyebabkan timbulnya lesi kulit, dengan batas yang jelas dan meninggi yang disebut ring wrom. (Mansjoer Arief, 2000).

E.     Pemeriksaan penunjang
Menurut Mansjoer Arief (2000), pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan pada penderita penyakit tinea, bahan pemeriksaan berupa kerokan kulit, rambut dan kuku. terlebih dahulu tempat kelainan dibersihkan dengan alkohol 70% kemudian dilakukan :
a.       Kulit berambut halus (glabrous skin ). Kelainan dikerok dengan pisau tumpul steril. Sisik kulit dikumpulkan pada gelas obyek.
b.       Kulit berambut. Spesimen yang harus diambil adalah skauma, tunggul rambut dan isi rambut folikel. Sampel rambut diambil dengan forsep dan skauma dikerok dengan skapel tumpul. Rambut yang diambil adalah rambut yang goyah (mudah dicabut) pada daerah lesi. Pemeriksaan dengan lampu Wood dilakukan sebelum pengumpulan bahan untuk melihat kemungkinan adanya flouresensi didaerah lesi pada kasus-kasus tinea kapitis tertentu.
c.       Kuku, bahan diambil dari permukaan kuku yang sakit, dipotong lalu dikerok sedalam dalamnya hingga mengenai seluruh tebal kuku. bahan dibawah kuku diambil juga.Sediaan basah dibuat dengan meletakkan bahan diatas gelas obyek, kemudian ditambah 1-2 tetes larutan KOH 20%.Tunggu 15-20 menit untuk melarutkan jaringan. Pemanasan diatas api kecil mempercepat proses pelarutan. Pada saat mulai keluar uap, pemanasan cukup. Bila terjadi penguapan, akan terbentuk kristal KOH sehingga mengganggu pembacaan.

F.      Penatalaksanaan
Penatalaksanaan tinea menurut Mansjoer Arief (2000).
a.       Penatalaksanaan medis
a.       Diagnosis yang tepat
b.      Penentuan obat dilakukan dengan mempertimbangkan efektivitas, keamanan, daerah yang terkena yakni lokasi dan luas lesi. Stadium penyakit (akut atau kronis), jamur penyebab, karena adanya perbedaan kepekaan terhadap obat, serta harga sehingga dapat ditentukan apakah akan diberikan obat oral, topikal, atau pun kombinasi.
c.       Mengefektifkan cara penggunaan obat :
Obat-obat sistemik dan topikal yang digunakan antara lain :
Sistemik :
a.       Griseofulvin
Bersifat pungistatik dan bekerja hanya terhadap dermatofit.Dosis 0,5 -1 gram untuk orang dewasa dan 0,25 -0,5 gram untuk anak-anak sehari atau 10-25 mg/ kg BB. Dosis tunggal atau terbagi dan absopsi meningkat bila diberikan bersama makanan berlemak. Sediaan mikrosize500 mg, setara dengan sediaan ultra mikrosize 333 mg. Lama pengobatan bergantung pada lokasi penyebab, dan keadaan komunitas.Obat diberikan sampai gejala klinis membaik. Biasanya lebih kurang 1 bulan. Efeksampingnya ringan,misalnya sakit kepala mual atau diare dan reakasi fotosensitifitas pada kulit.
b.      Golongan asol
Ketonasol efektif untuk dermatofitosis.Pada kasus-kasus  resisten terhadap griseofulfin, obat tersebut dapat diberikan 200mg /hari selama 3-4 minggu pada pagi hari setelah makan.Ketokonasal merupakan kontra indikasi untuk pasien kelainan hati. Itrakonazole merupakan derivat triazol yang berspekterum aktifitas invitro luas dan bersifat fungistatik.Dosis 100 mg perhari selama 2 minggu atau 200 mg per hari selama 1 minggu, memberi hasil baik pada tinea. Pada tinea ungulium dengan dosis 400 mg perhari selama seminggu tiap bulan dalam 2-3 bulan

b.      Penatalaksanaan keperawatan
a.       Menghilangkan atau mencegah fakto predisposisi. Fakttor tersebut antara lain adalah kelembabapan karena keringat atau lingkungan yang panas, iritasi oleh baju, orang sakit yang berbaring lama, friksi lipatan kulit pada orang gemuk, imunitas rendah.
b.      Manghilangkan sumber penularan baik dari manusia, hewan,tanah maupun benda disekeliling yang mengandung elemen jamur. Spora dermatofit  dapat bertahan hidup dalam waktu yang lama.
c.       Mengoptimalkan kepatuhan pasien dengan menerangkan perjalan penyakitnya, pemilihan obat yang tepat dapat diterima oleh pasien, dan bila dianggap perlu diterangkan juga tentang biaya pengobatan.

G.    Komplikasi
a.       Tinia pedis
Jamur mungkin menyebar secara lokal ke kaki-kaki, kuku-kuku jari kaki, tangan-tangan, kuku-kuku jari tangan, dan pada dasarnya area tubuh mana saja.
b.      Tinia kursis
Pada penderita Tinea kruris dapat terjadi komplikasi infeksi sekunder oleh organisme candida atau bakteri. Pemberian obat steroid topikal dapat mengakibatkan eksaserbasi jamur sehingga menyebabkan penyakit menyebar

H.    Pencegahan
Penyakit tinea ini sangat erat hubungannya dengan pola kebersihan, baik dari kebersihan diri, lingkungan maupun hewan ternak peliharaan, maka dari itu penyakit tinea sangat mudah sekali menyebar dan terjadi, namun penyakit ini juga dapat dicegah, cara pencegahannya antara lain :
c.       Menggunakan pakaian longgar dan sedapat mungkin terbuat dari bahan katun.
d.      Menggunakan kaos kaki dari bahan katun dan menghindari memakai kaos kaki yang lembab.
e.       Mengganti pakaian setiap hari dengan pakaian kering. (untuk yang kos-kosan hendaknya tidak membiasakan diri memakai pakian yang tergantung berhari-hari tanpa dicuci)
f.       Menggunakan sepatu yang tidak lembab (jangan lupa menjemur sepatu).
g.       Mengeringkan handuk setelah setiap kali digunakan.
h.      Menghindari memakai pakaian orang lain yang sedang menderita infeksi jamur kulit.
i.        Mandi dengan air bersih segera setelah mandi di tempat-tempat umum
j.        Jika perlu, menaburkan bedak atau bedak anti jamur terutama di sela-sela jari kaki dan pelipatan kulit.

ASUHAN KEPERAWATAN
A.    Pengkajian
Anemnesis dilakukan untuk mengklasifikasikan suatu pemahaman sehingga perlu ada kesepakatan antara pemeriksa dan pasien.Wawancara harus efektif dan harus memahami perasaan pasien sehingga pasien lebih terbuka.Dibawah ini adalah wawancara pada pasien gangguan sistem integumen, sebagai data fokus.
a)      Biodata
b)      Keluhan utama
c)      Riwayat penyakit sekarang
d)     Riwayat penyakit dahulu
e)      Riwayat penyakit keluarga
f)       Riwayat psikososial
g)      Kebiasaan sehari-hari
h)      Pemeriksaan fisik

B.     Diagnosa keperawatan
1.      Gangguan pola tidur / istirahat b.d gatal/pruritus
2.      Gangguan konsep diri (body image) b.d perubahan penampilan fisik
3.      Kerusakan integritas kulit b.d lesi akibat efek dari garuk

C.     Intervensi
1.      Gangguan pola tidur / istirahat b.d gatal/pruritus
Tujuan                : klien dapat menjelaskan dan mampu menerapkan tehnik untuk mempermudah tidur dalam waktu 1x24 jam
Kriteria hasil    : Klien dapat menjelaskan faktor-faktor penghambat tidur dan dapat mengidentifikasi tehnik untuk mempermudah tidur

Intervensi
Rasional
Identifikasi faktor-faktor penyebab tidak bisa tidur  dan penunjang keberhasilan tidur
Untuk mengetahui penyebab klien tidak bisa tidur.
Beri penjelasan pada klien dan keluarga penyebab gangguan pola tidur.
Agar klien mengerti dengan pola tidur klien
Anjurkan klien mandi air hangat sebelum tidur dan mengoleskan obat salep (sesuai terapi) pada daerah lesi
Agar perkembangan jamur terhenti

Kolaborasikan dengan tim medis dalam pemberian antihistamin/antigatal
Untuk membantu proses penyembuhan.

Atur prosedur tindakan medis atau keperawatan untuk memberi sedikit mungkin gangguan selama periode tidur
Agar klien mengerti tentang tindakan yang diberikan selama priode tidur.


2.      Gangguan konsep diri (body image) b.d perubahan penampilan fisik
Tujuan               : klien mampu menunjukkan peningkatan konsep diri dalam waktu 3x24 jam
Kriteria hasil    :
a.       Dapat menyatakan dan menunjukkan peningkatan konsep diri.
b.      Dapat menunjukkan adaptasi yang baik dan menguasai kemampuan diri.
Intervensi
Rasional
Dorong klien untuk menyatakan perasannya, terutama cara ia merasakan sesuatu, berpikir, atau memandang dirinya sendiri.
Agar klien dapat mengekspresikan perasaan yang dirasakan
Dorong klien untuk mengajukan pertanyaan mengenai masalah kesehatan, pengobatan, dan kemajuan pengobatan dan kemungkinan hasilnya
Untuk mengevaluasi atas tindakan yang telah diberikan.

Beri informasi yang dapat dipercaya dan menguatkan informasi yang telah diberikan
Agar klien yakin dan percaya atas keadaannya
Kaji kembali tanda dan gejala gangguan harga diri, gangguan citra tubuh, dan perubahan penampilan peran.
Untuk mengetahui kondisi atau perubahan yang terjadi pada klien
Beri penjelasan dan penyuluhan tentang konsep diri yang positif
Agar klien memahami tentang konsep diri klien


3.      Kerusakan integritas kulit b.d lesi akibat efek dari garuk
Tujuan              : kondisi klien menunjukkan kemajuan dalam perbaikan integritas kulit dalam waktu 7x24 jam
Kriteria hasil    : Area terbebas dari infeksi lanjut dan kulit bersih, kering, dan lembab

Intervensi
Rasional
Kaji keadaan kulit
Untuk mengetahui kondisi dan keadan umum klien.
Kaji perubahan warna kulit
Untuk mengetahui perubahan kulit yang dialami klien.
Pertahankan agar area luka tetap bersih dan kering
Untuk mencegah terjadinya infeksi
Anjurkan klien untuk memakai pakaian ( baju, celana, dalam, kaus kaki) yang mudah menyerap keringat
Untuk memodifikasi lingkungan untuk mempercepat proses penyembuhan klien
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi
Agar terapi dan pengobatan dapat memberi perubahan pada kondisi yang dialami klien.


BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Tinea adalah salah satu penyakit kulit yang disebabkan oleh jamur.Jamur yang berperan dalam penyakit tinea adalah dermatofita.Dermatopita merupakan sekelompok jamur miselium yang menginfeksi keratin stratum korneum, rambut, dan kuku. (chadrasoma,2006).
Macam-macam tinea
a.       Tinea vesikolor
b.      Tinea pedis (athlete’s food)
c.       Tinea kruris
d.      Tinea korposis
e.       Tinea manum
f.       Tinea unguium
g.      Tinea kapatis

B.     SARAN
a.       Klien sebaiknya lebih kooperatif dalam proses penyembuhan guna untuk mempercepat penyembuhan.
b.      Keluarga pasien sebaiknya lebih memperhatikan klien dan membantu klien dalam proses penyembuhan

c.       Klien harus memperhatikan masalah pola asupan gizi untuk mempercepet penyembuhan.

DAFTAR PUSTAKA

Graham-brown robin. 2005. Lecture Notes DermatologiEdisi 8. Jakarta :Erlangga
Chadrasoma, parakrama. 2006. RingkasanPatologiAnatomi.Jakarta :BukuKedokteranEGC
Djuanda A. 1993. IlmuPenyakitKulit Dan KelaminEdisi 2. Jakarta :FakultasKedokteranUI.S
Masjoer, Arief. 2000. KapitaSelektaKedokteran. Jakarta :Media Aesculapius
Nanda Internasional.(2009). Diagnosis Keperawatan NANDA 2009-2011.Jakarta :BukuKedokteran EGC.

Comments

Popular posts from this blog

Dialog dengan Pasien Isolasi Sosial (Menarik Diri)

Contoh dialog sesuai Satuan Pelaksana pada pasien gangguan jiwa dengan isolasi diri atau menarik diri : Menarik  D iri   (Isolasi Sosial) Prolog Disebuah ruang arjuna terdapat terdapat pasien gangguan jiwa bernama Ny. S. Pasien masuk rumah sakit jiwa karena pasien asyik dengan pikirannya sendiri, tidak memiliki teman dekat, tidak adanya kontak mata, tampak sedih, efek tumpul serta melakukan tindakan berulang yang tidak bermakna sama sekali. Pasien juga merasa ditolak oleh keluarganya sendiri sehingga membuatnya kesepian. Diagnosa keperawatan untuk pasien yaitu isolasi sosial. SP 1 : Pasien membina hubungan saling percaya,membantu pasien mengenal penyebab isolasi sosial, membantu pasien mengenal keuntungan hubungan dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain dan mengajarkan pasien berkenalan. Perawat           : “ Assallamualaikum wr,wb ” Pasien              : (pasien hanya diam) Perawat           : “ Saya H saya senang dipanggil ibu Her… Saya perawat diruang maw

Dialog dengan Pasien Gangguan Jiwa Susaide SP 1

STRATEGI PELAKSANAAN SUSAIDE SP 1 A.       Kondisi klien Data Subjektif: 1.       Mengungkapkan keinginan bunuh diri 2.       Mengungkapkan keinginan untuk mati 3.       Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan 4.       Ada riwayat berulang percobaan bunuh diri sebelumnya dari keluarga 5.       Berbicara tentang kematian, menanyakan tentang dosis obat yang mematikan 6.       Mengungkapkan adanya konflik interpersonal 7.       Mengungkapkan telah terjadi korban perilaku kekerasan saat kecil Data Objektif: 1.       Impulsif 2.       Menunjukkan perilaku yang mencurigakan ( biasanya menjadi sangat patuh) 3.       Ada riwayat penyakit mental (depresi, psikosis, dan penyalahgunaan alkohol) 4.       Ada riwayat penyakit fisik (penyakit kronis atau penyakit terminal) 5.       Pengangguran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau kegagalan dalam karier) 6.       Status perkawinan yang tidak harmonis B.        Diagnosa keperawatan Risiko bunuh diri

Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) A.   LATAR BELAKANG Terapi kelompok merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan sekelompok pasien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau diarahkan oleh seorang therapist atau petugas kesehatan jiwa yang telah terlatih (Pedoman Rehabilitasi Pasien Mental Rumah Sakit Jiwa di Indonesia dalam Yosep, 2007). Sedangkan jumlah minimum 4 dan maksimum 10. Kriteria anggota yang memenuhi syarat untuk mengikuti TAK adalah : sudah punya diagnosa yang jelas, tidak terlalu gelisah, tidak agresif, waham tidak terlalu berat (Yosep, 2007). Terapi aktivitas kelompok (TAK) dibagi empat, yaitu terapi aktivitas kelompok stimulasi kognitif/persepsi, terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori, terapi aktivitas orientasi realita , dan terapi aktivitas kelompok sosialisasi (Keliat, 2006). Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah terapi yang menggunakan aktivitas sebagai stimulus terkait dengan pengalaman dan atau kehidup