Skip to main content

Luka Bakar

Makalah Luka Bakar

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi oleh dokter dan perawat.  Jenis yang berat memperlihatkan morbiditas dan derajad cacat yang relatif tinggi dibanding dengan cedera oleh sebab lain.  Biaya yang dibutuhkan dalam penangananpun tinggi. Penyebab luka bakar selain terbakar api langsung atau tak langsung, juga pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik, maupun bahan kimia.(Oswari, 1989).
Statistik menunjukkan bahwa 60% luka bakar terjadi karena kecelakaan rumah tangga, 20% karena kecelakaan kerja, dan 20% sisanya karena sebab-sebab lain, misalnya bus terbakar, ledakan bom, dan gunung meletus. (Moenajad, 2001)
Prognosis klien yang mengalami suatu luka bakar berhubungan langsung dengan lokasi dan ukuran luka bakar. Faktor lain seperti umur, status kesehatan sebelumnya dan inhalasi asap dapat mempengaruhi beratnya luka bakar dan pengaruh lain yang menyertai. Klien luka bakar sering mengalami kejadian bersamaan yang merugikan, seperti luka atau kematian anggota keluarga yang lain, kehilangan rumah dan lainnya. Klien luka bakar harus dirujuk untuk mendapatkan fasilitas perawatan yang lebih baik untuk menangani segera dan masalah jangka panjang yang menyertai pada luka bakar tertentu. (Oswari, 1989).
B.     Tujuan
1.      Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menjelaskan luka bakar dan asuhan keperawatan tentang luka bakar.
2.      Tujuan Khusus
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.  Mahasiswa mampu menjelaskan definisi luka bakar
2.  Mahasiswa mampu menjelaskan etiologi luka bakar
3.  Mahasiswa mampu menjelaskan patologi luka bakar
4.  Mahasiswa mampu menjelaskan fase luka bakar
5.  Mahasiswa mampu menjelaskan klasifikasi luka bakar
6.  Mahasiswa mampu menjelaskan perubahan fisiologis pada luka bakar
7.  Mahasiswa mampu menjelaskan indikasi rawat inap luka bakar
8.  Mahasiswa mampu menjelaskan penatalaksanaan luka bakar
9.  Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan keperawatan anak dengan luka bakar

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Pengertian
Luka bakar merupakan suatu bentuk kerusakan dan atau kehilangan jaringan disebabkan kontak dengan sumber yang memiliki suhu yang sangat tinggi misalnya listrik, zat kimia atau radiasi radioaktif (Munadjat, 2011). Panas, bila berasal dari api, air panas, minyak panas, logam panas, sinar matahari, sinar ultra violet, dan sebagainya. Zat kimia bisa berasal dari asam, basa, misalnya air aki atau air keras. Radio aktif misalnya dari kebocoran stasion nuklir, bom atom dan sebagainya (Oswari, 1989).

B.     Patofisiologi Luka Bakar
            Luaka bakar disebabkan oleh pengaihan Energi dari  suatu sumber panas kepada tubuh. Panas dapat dipindakan lewat hantaran atau radiasi elektromaknetik. Luka bakar dapat di kelompokkan menjadi luka bakar termal, radiasi atau kimia. Destruksi jaringan terjadi akibat koagulasi denaturasi protein atau ionisasi isi sel. Kulit dan mukosa saluran nafas atas merupakan lokasi destruksi jaringan jaringan yang dalam termasuk organ visera ,dapat mengalami  kerusakan karena luka bakar elektrik atau kontak yang lama dengan agens penyebab (burning agens) nekrosis dan kegagalan organ dapat terjadi (Suzanne, 2009).
            Dalamnya luka bakar bergantung pada suhu agen penyebab luka bakar dan lamanya kontak engan agen tersebut. Sebagai contoh, pada kasus luka bakar tersiram air panas pada orang dewasa, kontak selama satu detik denga air yang panas dari shower dengan suhu 68,9 c dapat menimbulkan luka bakar yang merusak epidermis serta dermis sehingga terjadi cidera derajat tiga (full thickness injury). Pajanan selama 15 menit dengan air panas yang suhunya sebesar 56,1 c mengakibatkan cedera full thickness yang serupa . suhu kurang dari 44 c dapat ditoleransi dalam periode waktu yang lama tanpa menyebabkan luka bakar (Suzanne, 2009).

C.     Etiologi
Menurut Munadjat (2011) yang berperan terhadap terjadinya Luk Bakar sebagai berikut :
1.      Faktor penderita.
2.      Faktor trauma.

D.    Klasifikasi luka bakar
a.         Dalamnya luka bakar.
Kedalaman
jaringan
Penyebab
Penampilan
Warna
Perasaan
Ketebalan partial superfisial /sebagian lapisan permukaan kulit
(tingkat I)
Epidermis, bagian dermis
Jilatan api, uap air sinar ultra violet (terbakar oleh matahari).
Kering tidak ada gelembung.
Oedem minimal atau tidak ada.
Pucat bila ditekan dengan ujung jari, berisi kembali bila tekanan dilepas.
Bertambah merah.
Nyeri, gatal, hiperestetik
Lebih dalam dari ketebalan partial/sebagian lapisan kulit lebih dalam
(tingkat II)
-    Superfisial
-    Dalam

Epidermis dan dermis
Kontak dengan bahan air atau bahan padat.yang panas
Jilatan api kepada pakaian.
Jilatan langsung kimiawi.
Sinar ultra violet.

Blister  besar dan lembab yang ukurannya bertambah besar.
Pucat bial ditekan dengan ujung jari, bilatekanan dilepas berisi kembali.
Berbintik-bintik yang kurang jelas, putih, coklat, pink, daerah merah coklat.
Sangat nyeri, hiperestetik
Ketebalan sepenuhnya/ seluruh lapisan kulit
Baik dermis bagian dalam
(tingkat III)
Epidermis, dan dermis, jaringan subkutan
Kontak dengan bahan cair atau padat.
Nyala api.
Kimia.
Kontak dengan arus listrik.
Kering disertai kulit mengelupas.
Pembuluh darah seperti arang terlihat dibawah kulit yang mengelupas.
Gelembung jarang, dindingnya sangat tipis, tidak membesar. Tidak pucat bila ditekan.
Putih, kering, hitam, coklat tua.
Hitam.
Merah.
Tidak sakit, sedikit sakit.
Rambut mudah lepas bila dicabut.
Derajat Iv
Semua lapisan kulit
Semua diatas ditambah dengan otot dan tulang
Listrik
hangus, hancur, edema, imobilisasi
Hitam
Sedikit nyeri

b.        Luas luka bakar
Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal dengan nama rule of nine atua rule of wallace yaitu:
1) Kepala dan leher                                               : 9%
2) Lengan masing-masing 9%                               : 18%
3) Badan depan 18%, badan belakang 18%         : 36%
4) Tungkai masing-masing 18%                            : 36%
5) Genetalia/perineum                                           : 1%
     Total                                                                 : 100%

                                                    9 %
                   9 %                       9 %                        

       Depan 18 %                              Punggung 18 %
               18 %                                  18%
Gambar.1 aturan sembilan  memperkirakan luasnya luka bakar.            
c.         Berat ringannya luka bakar
American college of surgeon membagi dalam:
1)      Parah – critical:
a) Tingkat II                : 30% atau lebih.
b) Tingkat III              : 10% atau lebih.
c) Tingkat III pada tangan, kaki dan wajah.
d) Dengan adanya komplikasi penafasan, jantung, fractura, soft tissue yang   luas.
2)      Sedang – moderate:
a) Tingkat II                : 15 – 30%
b) Tingkat III              : 1 – 10%
3)      Ringan – minor:
a) Tingkat II                : kurang 15%
luka bakar.jpgb) Tingkat III              : kurang 1%










E.     Fase Luka Bakar
Menurut Suzanne (2009) ada3 fase luka bakar yaitu fase darurat /resustansi , fase akut atau intermediet dan fase rehabilitasi. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya , patofisiologi dan penatalaksanaan luka dapat dibagi menjadi 3 fase. Meskipun terdapat prioritas bagi setiap fase, namun harus diingat bahwa semua fase ini saling overlap sehingga penilaian dan penatalaksanaan masalah serta komplikasi yang spesifik tidak terbatas pada masing-masing fase tetapi harus dilaksanakan di seluruh proses perawatan. Fase perawatan luka bakar terdiri dari 3 tahap yaitu ;
No
fase
Durasi
prioritas
1
Fase resusitasi yang darurat atau segera
Dari awitan cedera hingga selesainya resusitasi cairan
Pertolongan pertama, pencegahan syok, pencegahan gangguan pernafasan, deteksi dan penanganan cidera yang menyertai, penilaian luka dan perawatan pendahuluan
2
Fase akut
Dari dimulainya deuresis hingga hampir selesainya proses penutupan luka 
Perawatan dan penutupan luka , pencegahan atau penanganan komplikasi termasuk infeksi, dukungan nutrisi
3
Fase rehabilitasi
Dari penutupan luka yang besar hingga kembalinya kepada tingkat penyesuaian fisik dan psikososial yang optimal
Pencegahan parut dan kontraktur, rehabilitasi fisik , okupasional dan vokasional, rekontruksi fungsional dan kosmetik , konseling psikososial

F.      Perubahan Fisiologis Pada Luka Bakar
Peruba-
han
Tingkatan hipovolemik
( s/d 48-72 jam pertama)
Tingkatan diuretik
(12 jam – 18/24 jam pertama)
Mekanisme
Dampak dari...
Mekanisme
Dampak dari...
Pergeseran cairan ekstra
seluler.
Vaskuler ke insterstitial.
Hemokonsentrasi oedem pada lokasi luka bakar.
Interstitial ke vaskuler.
Hemodilusi.
Fungsi renal.
Aliran darah renal berkurang karena desakan darah turun dan CO berkurang.
Oliguri.
Peningkatan aliran darah renal karena desakan darah meningkat.
Diuresis.
Kadar sodium/
natrium.
Na+ direabsorbsi oleh ginjal, tapi kehilangan Na+ melalui eksudat dan tertahan dalam cairan oedem.
Defisit sodium.
Kehilangan Na+ melalui diuresis (normal kembali setelah 1 minggu).
Defisit sodium.
Kadar potas
sium.
K+ dilepas sebagai akibat cidera jarinagn sel-sel darah merah, K+ berkurang ekskresi karena fungsi renal berkurang.
Hiperkalemi
K+ bergerak kembali ke dalam sel, K+ terbuang melalui diuresis (mulai 4-5 hari setelah luka bakar).
Hipokalemi.
Kadar protein.
Kehilangan protein ke dalam jaringan akibat kenaikan permeabilitas.
Hipoproteinemia.
Kehilangan protein waktu berlangsung terus katabolisme.
Hipoproteine-
mia.
Keseim-
bangan nitrogen.
Katabolisme jaringan, kehilangan protein dalam jaringan, lebih banyak kehilangan dari masukan.
Keseimbangan nitrogen negatif.
Katabolisme jaringan, kehilangan protein, immobilitas.
Keseimbangan nitrogen negatif.
Keseim-
bnagan asam basa.
Metabolisme anaerob karena perfusi jarinagn berkurang peningkatan asam dari produk akhir, fungsi renal berkurang (menyebabkan retensi produk akhir tertahan), kehilangan bikarbonas serum.
Asidosis metabolik.
Kehilangan sodium bicarbonas melalui diuresis, hipermetabolisme disertai peningkatan produk akhir metabolisme.
Asidosis metabolik.
Respon stres.
Terjadi karena trauma, peningkatan produksi cortison.
Aliran darah renal berkurang.
Terjadi karena sifat cidera berlangsung lama dan terancam psikologi pribadi.
Stres karena luka.
Eritrosit
Terjadi karena panas, pecah menjadi fragil.
Luka bakar termal.
Tidak terjadi pada hari-hari pertama.
Hemokonsentrasi.
Lambung.
Curling ulcer (ulkus pada gaster), perdarahan lambung, nyeri.
Rangsangan central di hipotalamus dan peingkatan jumlah cortison.
Akut dilatasi dan paralise usus.
Peningkatan jumlah cortison.
Jantung.
MDF meningkat 2x lipat, merupakan glikoprotein yang toxic yang dihasilkan oleh kulit yang terbakar.
Disfungsi jantung.
Peningkatan zat MDF (miokard depresant factor) sampai 26 unit, bertanggung jawab terhadap syok spetic.
CO menurun.

G.    Indikasi Rawat Inap Luka Bakar
i.      Luka bakar grade II:
1.      Dewasa > 20%
2.      Anak/orang tua > 15%
ii.      Luka bakar grade III.
iii.      Luka bakar dengan komplikasi: jantung, otak dll.
H.    Penatalaksanaan
Seperti menangani kasus emergency umum yaitu:
    i.      Resusitasi A, B, C

1.      Pernafasan:
a.       Udara panas à mukosa rusak à oedem à obstruksi.
b.      Efek toksik dari asap: HCN, NO2, HCL, Bensin à iritasi à Bronkhokontriksi à obstruksi à gagal nafas.
2.      Sirkulasi:
a.       gangguan permeabilitas kapiler: cairan dari intra vaskuler pindah ke ekstra vaskuler à hipovolemi relatif à syok à ATN à gagal ginjal.
                        ii.      Infus, kateter, CVP, oksigen, Laboratorium, kultur luka.
                      iii.      Resusitasi cairan  à  Baxter.
1.      Dewasa : Baxter.
RL 4 cc x BB x % LB/24 jam.
2.      Anak: jumlah resusitasi + kebutuhan faal:
RL : Dextran = 17 : 3
2 cc x BB x % LB.
3.      Kebutuhan faal:
< 1 tahun         : BB x 100 cc
1 – 3 tahun      : BB x 75 cc
3 – 5 tahun      : BB x 50 cc
½ à diberikan  8 jam pertama
½ à diberikan  16 jam berikutnya.
Hari kedua:
Dewasa           : Dextran 500 – 2000 + D5% / albumin.
( 3-x) x 80 x BB gr/hr
          100
(Albumin 25% = gram x 4 cc) à 1 cc/mnt.
Anak               : Diberi sesuai kebutuhan faal.
                       iv.      Monitor urine dan CVP.
                         v.      Topikal dan tutup  luka
-       Cuci luka dengan savlon : NaCl 0,9% ( 1 : 30 ) + buang jaringan nekrotik.
-       Tulle.
-       Silver sulfa diazin tebal.
-       Tutup kassa tebal.
-       Evaluasi 5 – 7 hari, kecuali balutan kotor.
                       vi.      Obat – obatan:
- Antibiotika          : tidak diberikan bila pasien datang < 6 jam sejak kejadian.
- Bila perlu berikan antibiotika sesuai dengan pola kuman dan sesuai hasil kultur.
- Analgetik            : kuat (morfin, petidine)
- Antasida             : kalau perlu


Comments

Popular posts from this blog

Dialog dengan Pasien Isolasi Sosial (Menarik Diri)

Contoh dialog sesuai Satuan Pelaksana pada pasien gangguan jiwa dengan isolasi diri atau menarik diri : Menarik  D iri   (Isolasi Sosial) Prolog Disebuah ruang arjuna terdapat terdapat pasien gangguan jiwa bernama Ny. S. Pasien masuk rumah sakit jiwa karena pasien asyik dengan pikirannya sendiri, tidak memiliki teman dekat, tidak adanya kontak mata, tampak sedih, efek tumpul serta melakukan tindakan berulang yang tidak bermakna sama sekali. Pasien juga merasa ditolak oleh keluarganya sendiri sehingga membuatnya kesepian. Diagnosa keperawatan untuk pasien yaitu isolasi sosial. SP 1 : Pasien membina hubungan saling percaya,membantu pasien mengenal penyebab isolasi sosial, membantu pasien mengenal keuntungan hubungan dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain dan mengajarkan pasien berkenalan. Perawat           : “ Assallamualaikum wr,wb ” Pasien              : (pasien hanya diam) Perawat           : “ Saya H saya senang dipanggil ibu Her… Saya perawat diruang maw

Dialog dengan Pasien Gangguan Jiwa Susaide SP 1

STRATEGI PELAKSANAAN SUSAIDE SP 1 A.       Kondisi klien Data Subjektif: 1.       Mengungkapkan keinginan bunuh diri 2.       Mengungkapkan keinginan untuk mati 3.       Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan 4.       Ada riwayat berulang percobaan bunuh diri sebelumnya dari keluarga 5.       Berbicara tentang kematian, menanyakan tentang dosis obat yang mematikan 6.       Mengungkapkan adanya konflik interpersonal 7.       Mengungkapkan telah terjadi korban perilaku kekerasan saat kecil Data Objektif: 1.       Impulsif 2.       Menunjukkan perilaku yang mencurigakan ( biasanya menjadi sangat patuh) 3.       Ada riwayat penyakit mental (depresi, psikosis, dan penyalahgunaan alkohol) 4.       Ada riwayat penyakit fisik (penyakit kronis atau penyakit terminal) 5.       Pengangguran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau kegagalan dalam karier) 6.       Status perkawinan yang tidak harmonis B.        Diagnosa keperawatan Risiko bunuh diri

Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) A.   LATAR BELAKANG Terapi kelompok merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan sekelompok pasien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau diarahkan oleh seorang therapist atau petugas kesehatan jiwa yang telah terlatih (Pedoman Rehabilitasi Pasien Mental Rumah Sakit Jiwa di Indonesia dalam Yosep, 2007). Sedangkan jumlah minimum 4 dan maksimum 10. Kriteria anggota yang memenuhi syarat untuk mengikuti TAK adalah : sudah punya diagnosa yang jelas, tidak terlalu gelisah, tidak agresif, waham tidak terlalu berat (Yosep, 2007). Terapi aktivitas kelompok (TAK) dibagi empat, yaitu terapi aktivitas kelompok stimulasi kognitif/persepsi, terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori, terapi aktivitas orientasi realita , dan terapi aktivitas kelompok sosialisasi (Keliat, 2006). Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah terapi yang menggunakan aktivitas sebagai stimulus terkait dengan pengalaman dan atau kehidup