Skip to main content

Askep Kanker Laring

Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Kanker Laring

BAB I
A.  LATAR BELAKANG
Kanker laring merupakan keganasan yang terjadi pada sel skuamosa laring. Keganasan dilaring bukanlah hal yang jarang ditemukan dan masih merupakan masalah, karena penanggulannnya mencakup berbagai segi. Sebagai gambaran perbandingan, diluar negerikarsinoma laring menempati urutan pertama dalam urutan keganasan dibidang THT,sedangkan di RS Cipto Mangunkusuma Jakarta karsinoma laring menduduki urutan ketigasetelah karsinoma nasofaring dan tumor ganas hidung dan sinus paranasal.
Menurut data statistik WHO tahun 1961 yang meliputi 35 negara seperti dikutip olehBatsakis tahun 1979 rata-rata 1,2 orang /100000 penduduk meninggal oleh karsinomalaring.Penyebab karsinoma laring belum diketahui dengan pasti. Pengumpulan data yangdilakukan di RSCM menunjukkan bahwa karsinoma laring jarang ditemukan pada orangyang tidak merokok, sedangkan risiko untuk mendapatkan karsinoma laring naik, sesuaidengan kenaikan jumlah rokok yang dihisap, kanker laring mewakilil dari 1 % yangmewaklili kasus kanker dan terjadi sekitar 8 kali lebih sering pada laki-laki dibandingwanita dan paling sering pada individu dengan usia 50-70 tahun.
Setiap tahun di Amerika Serikat sekitar 11 sampai 600 kasus baru ditemukan dari 4030individu menderita kanker laring akan mati. (American Canser Society 995).Beberapa karsinogen : tembakau (berasap atau tidak), alkkohol dan efek kombinasinya, pemajanan terhadap asbestos, gas mustab, kayu, kulit, dan logam.Faktor penunjang lainnya : berteriak keras, laringitis kronis, defisiensi nutrisi(riboflavin), dan predisposisi.Diruang perawatan kelas III RC III THT dan Bedah Mulut RS hasan Sadikin kanker laring merupakan penyakit yang paling sering ditemukan diruangan.Berdasarkan data diatas penulis tertarik untuk menyususn Asuhan KeperawatanDengan Gangguan Sistem Pernafasan : Suspect Karsinoma Laring +Post Trakheostomi
  
B.  TUJUAN
1.    Tujuan Umum
a.       Mahasiswa mampu menjelaskan Ca Laring
2.    Tujuan Khusus
a.       Mahasiswa mampu mendeskripsikan pengertian Ca Laring
b.      Mahasiswa mampu mendeskripsikan patofisiologi Ca Laring
c.       Mahasiswa mampu mendeskripsikan manifestasi klinis Ca Laring
d.      Mahasiswa mampu mendeskripsikan evaluasi diagnostik Ca Laring
e.       Mahasiswa mampu mendeskripsikan penatalaksanaan medis Ca Laring
f.       Mahasiswa mampu mendeskripsikan terapi radiasi Ca Laring
g.      Mahasiswa mampu mendeskripsikan operasi:laringektomi Ca Laring
h.      Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan pada Ca Laring


BAB II
A.  TINJAUAN PUSTAKA
1.    Pengertian
Kanker laring secara potensial dapat disembuhkan jika terdeteksi lebih dini. Kanker ini mewakili 1% dari semua kasus kanker dan terjadi sekitar delapan kali lebih sering pada pria dibandingkan wanita dan paling sering pada individu dengan usia 50 sampai 70 tahun. Setiap tahun di Amerika Serikat, sekitar 11.600 kasus baru ditemukan dan 4090 individu menderita kanker laring akan mati ( Amerika Cancer Society, 1995). Beberapa karsinogen yang telah terbukti berkaitan dengan terjadinya kanker laring termasuk: tembakau (berasap dan tidak) dan alkohol serta efek kombinasinya; prmajanan terhadap asbestos; gas mustard; kayu; kulit dan logam. Faktor penunjang lainnya termasuk: berteriak keras, laringitis kronis, defisiensi nutrisi (riboflavin), dan predisposisi keluarga.
Pertumbuhan malignan dapat terjadi dalam tiga bidang laring yang berbeda: area glotuis (pita suara), area supraglotis (area di atas glotis, termasuk epiglotis dan pita suara palsu), dan subglotis (area di bawah glotis). Dua pertiga kanker laring terjadi pada area glotis. Kanker supraglotis terjadi pada hampir sepertiga dari kasus kanker laring dan tumor subglotis terjadi kurang dari 1%.
Kanker laring merupakan keganasan yang terjadi pada sel skuamosa laring. Keganasan dilaring bukanlah hal yang jarang ditemukan dan masih merupakan masalah, karena penanggulannnya mencakup berbagai segi. Sebagai gambaran perbandingan, diluar negerikarsinoma laring menempati urutan pertama dalam urutan keganasan dibidang THT,sedangkan di RS Cipto Mangunkusuma Jakarta karsinoma laring menduduki urutan ketigasetelah karsinoma nasofaring dan tumor ganas hidung dan sinus paranasal.
Menurut data statistik WHO tahun 1961 yang meliputi 35 negara seperti dikutip olehBatsakis tahun 1979 rata-rata 1,2 orang /100000 penduduk meninggal oleh karsinomalaring.Penyebab karsinoma laring belum diketahui dengan pasti. Pengumpulan data yangdilakukan di RSCM menunjukkan bahwa karsinoma laring jarang ditemukan pada orangyang tidak merokok, sedangkan risiko untuk mendapatkan karsinoma laring naik, sesuaidengan kenaikan jumlah rokok yang dihisap, kanker laring mewakilil dari 1 % yangmewaklili kasus kanker dan terjadi sekitar 8 kali lebih sering pada laki-laki dibandingwanita dan paling sering pada individu dengan usia 50-70 tahun.

2.    Patofisiolgi
Karsinoma laring banyak dijumpai pada usia lanjut diatas 40 tahun. Kebanyakan pada orang laki-laki.Hal ini mungkin berkaitan dengan kebiasaan merokok, bekerja dengan debu serbuk kayu, kimia toksik atau serbuk, logam berat. Bagaimana terjadinya belum diketahui secara pasti oleh para ahli.Kanker kepala dan leher menyebabkan 5,5% dari semua penyakit keganasan.Terutama neoplasma laringeal 95% adalah karsinoma sel skuamosa.Bila kanker terbatas pada pita suara (intrinsik) menyebar dengan lambat.Pita suara miskin akan pembuluh limfe sehingga tidak terjadi metastase kearah kelenjar limfe.Bila kanker melibatkan epiglotis (ekstrinsik) metastase lebih umum terjadi.Tumor supraglotis dan subglotis harus cukup besar, sebelum mengenai pita suara sehingga mengakibatkan suara serak.Tumor pita suara yang sejati terjadi lebih dini biasanya pada waktu pita suara masih dapat digerakan.

3.    Manifestasi Klinis Kanker Laring
            Suara serak adalah hal pertama yang akan tampak pada pasien dengan kanker pada daerah glotis karena tumor mengganggu kerja pita suara selama berbicara. Suara mungkin terdengar parau dan puncak suara rendah. Bunyi suara yang terganggu bukan merupakan tanda dini kanker subglotis atau supraglotis; namun, pasien mungkin mengeluhkan nyeri dan rasa terbakar pada tenggorok ketika minum cairan hangat atau jus jeruk. Suatu gumpalan mungkin teraba di belakang  leher. Gelaja lanjut termasuk kesulitan menelan (disfagia) atau kesulitan bernafas (dipsnea), suara serak, dan nafas bau. Perbesaran nodus limfe servikal, penurunan berat badan, dan status kelemahan umum, dan nyeri yang menjalar ke telinga dapat terjadi bersama metastasis.

4.    Evaluasi Diagnostik
            Pengkajian awal termasuk pengumpulan riwayat kesehatan yang lengkap, dan pemeriksaan kepala dan leher. Laringoskopi tidak langsung dilakukan untuk mengevaluasi secara visual keluasan tumor. Uji diagnostik, termasuk pemeriksaan sinar-x jaringan lunak, tomogram, xerogram, pemeriksaan kontras, dan pencitraan resonansi magnetik (MRI), dilakukan sebagai bagian dari pemeriksaan diagnostik untuk menentukan keluasan pertumbuhan tumor. Bagaimanapun, pemeriksaaan laringoskopi langsung dibawah anestesi umum, adalah metoda primer untuk mengevaluasi laring. Pertumbuhan tumor dapat mengenai ketiga area dan penampilannya dapat beragam.
            Sebagian besar tumor adalah tumor sel skuamosa. Tumor ini dikelompokkan berdasarkan keluasan tumor primer (T), yang mencakup ukuran dan invasi ke dalam tempat lain; letak dan keluasan nodus yang terkena (N), dan tingkat metastasis (M). Klasifikasi tumor menentukan modalitas pengobatan yang akan diberikan. Karena banyak dari lesi tumor ini adalah submukosa, mungkin diperlukan biopsi yang dilakukan dengan insisi menggunakan teknik mikrolaringeal atau laser untuk memotong mukosa dan mencapai tumor.
            Mobilitas pita suara dikaji; jika gerakan normalnya terbatas, maka pertumbuhan tumor mungkin sudah mengenai otot, jaringan lain, dan bahkan jalan nafas. Nodus limfe leher dan kelenjar tiroid dipalpasi untuk menentukan penyebaran keganasan.

5.    Penatalaksanaan Medis
            Pengobatan untuk kondisi ini bervariasi sejalan dengan keluasan malignansi. Pengobatan pilihan termasuk terapi radiasi dan pembedahan. Pemeriksaan gigi dilakukan untuk menyingkirkan setiap penyakit mulut. Semua masalah yang berkaitan dengan gigi diatasi, jika mungkin, sebelum dilakukan pembedahan.
            Jika pembedahan akan dilakukan, tim yang terdiri atas multidisiplin ilmu mengevaluasi kebutuhan psaien dan keluarga untuk mengembangkan suatu rencana perawatan yang berhasil.

6.    Terapi Radiasi
            Hasil yang sangat memuaskan dapat dicapai dengan terapi radiasi pada pasien yang hanya mengalami satu pita suara yang sakit dan normalnya dapat bergerak (y.i.,bergerak saat fonasi). Selain itu, pasien ini masih memiliki suara yang hampir normal. Beberapa mungkin mengalami kodritis (inflamasi kartilage) atau stenosis; sejumlah kecil dari mereka yang mengalami stenosis nantinya membutuhkan laringektomi. Terapi radiasi juga dapat digunakan secara praoperatif untuk mengurangi ukuran tumor.

7.    Operasi: Laringektomi
            Laringektomi Parsial (Laringofisura-Tirotomi). Laringektomi parsial (laringofisura-tirotomi) direkomendasikan kanker area glotis tahap dini ketika hanya satu pita suara yang terkena. Tindakan ini mempunyai angka penyembuhan yang sangat tinggi. Dalam operasi ini, satu pita suara diangkat dan semua struktur lainnya tetap utuh. Suara pasien kemungkinan akan menjadi parau. Jalan nafas akan tetap utuh dan pasien seharusnya tidak memiliki kesulitan menalan.
            Laringektomi Supraglotis (Horizontal). Laringektomi supraglotis digunakan dalam penataklaksanaan tumor supraglotis. Tulang hiod, glotis, dan pita suara palsu diangkat. Pita suara, kartilago krikoid, dan trakea tetap utuh. Selama operasi, dilakukan diseksi leher radikal pada tempat yang sakit. Selang trakeostomi dipasang dalam trakea sampai jalan nafas glotis pulih. Selang trekeostomi ini biasanya diangkat setelah beberapa hari dan stoma dibiarkan menutup. Nutrisi diberikan melalui selang nasogastrik sampai terdapat penyembuhan dan tidak ada lagi bahaya aspirasi. Pasca operastif, klien kemungkinan akan mengalami kesulitan untuk menelan selama 2 minggu pertama. Keuntungan utama dari operasi ini adalah bahwa suara akan kembali pulih seperti biasa. Masalah utamanya adalah bahwa kanker tersebut akan kambuh. Karenanya, pasien harus dengan sangat cermat dipilih untuk menjalani tindakan ini.
            Laringektomi Hemivertikal. Laringektomi hemivertikal dilakukan jika tumor meluas diluar pita suara, tetapi perluasan tersebut kurang dari 1 cm dan terbatas pada area subglotis. Dalam prosedur ini, kartilago tiroid laring dipisahkan dalam garis tengah leher dan bagian pita suara (satu pita suara sejati dan satu pita suara palsu) dengan pertumbuhan tumor diangkat. Kartilago aritenoid dan setengah kartilago tiroid diangkat. Pasien akan mempunyai selang trakeostomi dan selang nasogastrik setelah operasi. Pasien berisiko mengalami aspirasi pascaoperatif. Beberapa perubahan dapat terjadi pada kualitas suara (sakit tenggorok) dan proyeksi. Namun demikan jalan nafas dan fungsi menelan tetap utuh.
            Laringektomi Total. Laringektomi total dilakukan ketika kanker meluar diluar pita suara. Lebih jauh ke tulang hiod, epiglotis, kartilago krikoid, dan dua atau tiga cincin trakea diangkat. Lidah, dinding faringeal, dan trakea ditinggalkan. Banyak ahli bedah yang menganjurkan dilakukannya diseksi leher pada sisi yang sama dengan lesi bahkan jika tidak teraba nodus limfe sekali pun. Rasional untuk tindakan ini bahwa metastasis ke nodus limfe servikal sering terjadi. Masalahnya akan lebih rumit jika lesi mengenai struktur garis tengah atau kedua pita suara. Dengan atau tanpa diseksi leher, laringektomi total membutuhkan stoma trakeal permanen. Stoma ini mencegah aspirasi makanan dan cairan ke dalam saluran pernafasan bawah, karena laring yang memberikan perlindungan sfringter tidak ada lagi. Pasien tidak akan mempunyai suara lagi tetapi fungsi menelan akan normal. Laringektomi total mengubah cara dimana aliran udara digunakan untuk bernafas dan berbicara.

B.  ASUHAN KEPERAWATAN
1.    Pengkajian
Perawat mengkaji pasien terhadap gejala berikut: suara serak, sakit tenggorok, dipsnea, disfagia, atau nyeri dan rasa terbakar dalam tenggorok. Leher pasien dipalpasi terhadap bengkak.
Jika pengobatan mencakup pembedahan, penting artinya jika perawat mengetahui sifat  dari pembedahan sehingga dapat merencanakan asuhan yang sesuai. Jika pasien diperkirakan akan tidak mempunyai suara lagi, evaluasi pascaoperatif oleh terapist wicara diperlukan. Kemampuan pasien untuk mendengarkan, melihat, membaca, dan menulis dikaji. Kerusakan visual dan buta huruf fungsional dapat menimbulkan masalah tambahan dengan komunikasi dan membutuhkan pendekatan yang kreatif untuk memastikan pasien dapat mengkomunikasikan semua kebutuhan.
Selain itu, perawat juga harus menentukan kesiapan psikologis pasien. Kabar tentang kanker menakutkan bagi kebanyakan orang. Ketakutan disertai dengan kemungkinan akan kehilangan suara secara permanen dan , pada beberapa kasus, mengalami suatu tingkat kecacatan. Perawat mengevaluasi metoda koping pasien dan keluarga untuk mengembangkan suatu pendekatan efektif untuk mendukung mereka baik praoperatif maupun pascaoperatif.

2.    Diagnosa Keperawatan
Masalah atau diagnosi yang ditemukan pada pasien dengan kanker yaitu:
a.       Defisit pengetahuan b.d prosedur pembedahan dan perjalanan pascaoperatif
b.      Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d perubahan jalan nafas
c.       Kerusakan komunikasi verbal b.d pengangkatan laring dan terhadap edema
d.      Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d kesulitan menelan
e.       Gangguan citra tubuh, konsep diri dan harga diri b.d operasi leher mayor

3.    Intervensi
a.       Defisit pengetahuan b.d prosedur pembedahan dan perjalanan pascaoperatif
Tujuan : Pasien mendapatkan tingkat pengetahuan yang memadai
KH        : Pasien mengungkapkan pengertian tentang prosedur pembedahan dan melakukan perawatan diri secara adekuat
No
Intervensi
Rasional
1
Informasikan pada klien obat nyeri tersedia bila diperlukan untuk mengontrol nyeri
Pengetahuan tentang apa yang diperkirakan membantu mengurangi kecemasan dan meningkatkan kerjasama pasien
2
Kolaborasi dengan dokter pemberian analgetik
Meningkatkan kerjasama tim
3
Berikan penkes tentang tehnik pengurangan nyeri
Pasien lebih tahu lagi tentang tehnik pengurangan nyeri
4
Monitoring KU
Mengetahui keadaan pasien

b.      Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d perubahan jalan nafas
Tujuan : Pasien dapat mempertahankan jalan nafas yang bersih
KH        : Pasien memperagakan teknik yang tepat dan praktis yang mencakup pembersihan dan penanganan selang laringektomi
No
Intervensi
Rasional
1
Tinggikan kepala 30-45 derajat
Memudahkan drainase sekret, kerja pernapasan dan ekspansi paru
2
Observasi jaringan sekitar selang terhadap adanya perdarahan
Sedikit jumlah perembesan mungkin terjadi
3
Berikan humidifikasi tambahan, contoh tekanan udara atau oksigen dan peningkatan masukan cairan
Tambahan kelembaban menurunkan mengerasnya mukosa dan memudahkan batuk atau penghisapan sekret melalui stoma
4
Awasi seri GDA atau nadi oksimetri, foto dada
Pengumpulan sekret atau adanya ateletaksis dapat menimbulkan pneumonia yang memerlukan tindakan terapi lebih agresif

c.       Kerusakan komunikasi verbal b.d pengangkatan laring dan terhadap edema
Tujuan : Pasien dapat mendapatkan teknik komukasi yang efektif
KH      : Pasien mempraktekkan arahan yang diberikan oleh ahli wicara bahasa
No
Intervensi
Rasional
1
Kaji atau diskusikan praoperasi mengapa bicara dan bernapas terganggu
Mengurangi rasa takut pada klien
2
Dorong komunikasi terus-menerus dengan dunia luar contoh koran,TV, radio dan kalender
Mempertahankan kontak dengan pola hidup normal dan melanjutkan komunikasi dengan cara lain
3
Konsul dengan anggota tim kesehatan yang tepat atau terapis atau agen rehabilitasi
Kemampuan untuk menggunakan pilihan suara dan metode bicara sangat bervariasi, tergantung pada luasnya prosedur pembedahan, usia pasien, dan motivasi untuk kembali ke hidup aktif
4
Beritahu kehilangan bicara sementara setelah laringektomi sebagian dan atau tergantung pada tersedianya alat bantu suara
Memberikan dorongan dan harapan untuk masa depan dengan memikirkan pilihan arti komunikasi dan bicara tersedia dmungkin

d.      Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d kesulitan menelan
Tujuan : Pasien dapat mempertahankan asupan nutrisi yang seimbang dan adekuat
KH      : Pasien makan 3 kali sehari dengan porsi sedang yaitu 12 sendok makan
No
Intervensi
Rasional
1
Ajarkan pasien atau orang terdekat teknik makan sendiri
Membantu meningkatkan keberhasilan nutrisi dan mempertahankannya
2
Pertahankan selang makan
Dorongan air untuk mempertahankan kepatenan selang
3
Berikan diet nutrisi seimbang atau makanan selang
Macam-macam jenis makanan dapat dibuat untuk tambahan atau batasan faktor tertentu
4
Mulai dengan makanan kecil dan tingkatkan sesuai dengan toleransi
Kandungan makanan dapat mengakibatkan ketidaktoleransian GI, memerlukan perubahan pada kecepatan atau tipe formula

e.       Gangguan citra tubuh, konsep diri dan harga diri b.d operasi leher mayor
Tujuan : Pasien menunjukkan perbaikan citra diri, konsep diri dan harga diri
KH      : Pasien mengekspresikan perasaan dan kekhawatiran
No
Intervensi
Rasional
1
Diskusikan arti kehilangan atau perubahan dengan pasien, identifikasi persepsi situasi atau harapan yang akan datang
Alat dalam mengidentifikasi atau mengartikan masalah untuk memfokuskan perhatian dan intervensi secara konstruktif
2
Catat reaksi emosi
Penerimaan perubahan tidak dapat dipaksakan dan proses kehilangan membutuhkan waktu untuk membaik
3
Kolaboratif dengan merujuk pasien atau orang terdekat ke sumber pendukung
Pendekatan menyeluruh diperlukan untuk membantu pasien menghadapi rehabilitasi dan kesehatan
4
Bantu pasien untuk mengidentifikasi perilaku positip yang akan membaik
Penolakan dapat mengakibatkan penurunan harga diri dan mempengaruhi penerimaan gambaran diri yang baru



BAB III

A.  KESIMPULAN
1.    Kanker laring secara potensial dapat disembuhkan jika terdeteksi lebih dini. Beberapa karsinogen yang telah terbukti berkaitan dengan terjadinya kanker laring termasuk: tembakau (berasap dan tidak) dan alkohol serta efek kombinasinya; prmajanan terhadap asbestos; gas mustard; kayu; kulit dan logam.
2.    Karsinoma laring banyak dijumpai pada usia lanjut diatas 40 tahun. Kebanyakan pada orang laki-laki.Hal ini mungkin berkaitan dengan kebiasaan merokok, bekerja dengan debu serbuk kayu, kimia toksik atau serbuk, logam berat.
3.    Suara serak adalah hal pertama yang akan tampak pada pasien dengan kanker pada daerah glotis karena tumor mengganggu kerja pita suara selama berbicara.
4.    Pengkajian awal termasuk pengumpulan riwayat kesehatan yang lengkap, dan pemeriksaan kepala dan leher. Laringoskopi tidak langsung dilakukan untuk mengevaluasi secara visual keluasan tumor.
5.    Pengobatan untuk kondisi ini bervariasi sejalan dengan keluasan malignansi. Pengobatan pilihan termasuk terapi radiasi dan pembedahan.
6.    Hasil yang sangat memuaskan dapat dicapai dengan terapi radiasi pada pasien yang hanya mengalami satu pita suara yang sakit dan normalnya dapat bergerak
7.    Laringektomi Parsial (Laringofisura-Tirotomi). Laringektomi parsial (laringofisura-tirotomi) direkomendasikan kanker area glotis tahap dini ketika hanya satu pita suara yang terkena.
  
B.  SARAN
1.      Perawat harus memberikan rasa nyaman pada pasien agar pasien tidak mengalami nyeri.
2.      Perawat harus membantu pasien dalam memenuhi aktifitas kebutuhan sehari-hari
3.      Perawat harus memotivasi pasien agar pasien cepat sembuh dan tidak terpuruk dengan penyakitnya
4.      Perawat harus memjelaskan terkait dengan penyakit yang diderita oleh pasien pada pasien/keluarga




DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Askep Ca Laring. m2nkners.indonesiandeveloper.com/wp-content/.../Askep-Ca.-Laring.doc Diakses Sabtu, 21 September 2013
Anonim. 2011. Askep Ca Laring. http://id.scribd.com/doc/56849615/Askep-Ca-Laring Diakses Sabtu, 21 September 2013
Smeltzer dan Bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Penerbit EGC

Comments

Popular posts from this blog

Dialog dengan Pasien Isolasi Sosial (Menarik Diri)

Contoh dialog sesuai Satuan Pelaksana pada pasien gangguan jiwa dengan isolasi diri atau menarik diri : Menarik  D iri   (Isolasi Sosial) Prolog Disebuah ruang arjuna terdapat terdapat pasien gangguan jiwa bernama Ny. S. Pasien masuk rumah sakit jiwa karena pasien asyik dengan pikirannya sendiri, tidak memiliki teman dekat, tidak adanya kontak mata, tampak sedih, efek tumpul serta melakukan tindakan berulang yang tidak bermakna sama sekali. Pasien juga merasa ditolak oleh keluarganya sendiri sehingga membuatnya kesepian. Diagnosa keperawatan untuk pasien yaitu isolasi sosial. SP 1 : Pasien membina hubungan saling percaya,membantu pasien mengenal penyebab isolasi sosial, membantu pasien mengenal keuntungan hubungan dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain dan mengajarkan pasien berkenalan. Perawat           : “ Assallamualaikum wr,wb ” Pasien              : (pasien hanya diam) Perawat           : “ Saya H saya senang dipanggil ibu Her… Saya perawat diruang maw

Dialog dengan Pasien Gangguan Jiwa Susaide SP 1

STRATEGI PELAKSANAAN SUSAIDE SP 1 A.       Kondisi klien Data Subjektif: 1.       Mengungkapkan keinginan bunuh diri 2.       Mengungkapkan keinginan untuk mati 3.       Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan 4.       Ada riwayat berulang percobaan bunuh diri sebelumnya dari keluarga 5.       Berbicara tentang kematian, menanyakan tentang dosis obat yang mematikan 6.       Mengungkapkan adanya konflik interpersonal 7.       Mengungkapkan telah terjadi korban perilaku kekerasan saat kecil Data Objektif: 1.       Impulsif 2.       Menunjukkan perilaku yang mencurigakan ( biasanya menjadi sangat patuh) 3.       Ada riwayat penyakit mental (depresi, psikosis, dan penyalahgunaan alkohol) 4.       Ada riwayat penyakit fisik (penyakit kronis atau penyakit terminal) 5.       Pengangguran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau kegagalan dalam karier) 6.       Status perkawinan yang tidak harmonis B.        Diagnosa keperawatan Risiko bunuh diri

Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) A.   LATAR BELAKANG Terapi kelompok merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan sekelompok pasien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau diarahkan oleh seorang therapist atau petugas kesehatan jiwa yang telah terlatih (Pedoman Rehabilitasi Pasien Mental Rumah Sakit Jiwa di Indonesia dalam Yosep, 2007). Sedangkan jumlah minimum 4 dan maksimum 10. Kriteria anggota yang memenuhi syarat untuk mengikuti TAK adalah : sudah punya diagnosa yang jelas, tidak terlalu gelisah, tidak agresif, waham tidak terlalu berat (Yosep, 2007). Terapi aktivitas kelompok (TAK) dibagi empat, yaitu terapi aktivitas kelompok stimulasi kognitif/persepsi, terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori, terapi aktivitas orientasi realita , dan terapi aktivitas kelompok sosialisasi (Keliat, 2006). Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah terapi yang menggunakan aktivitas sebagai stimulus terkait dengan pengalaman dan atau kehidup