Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Kanker Laring
BAB
I
A. LATAR BELAKANG
Kanker laring merupakan keganasan
yang terjadi pada sel skuamosa laring. Keganasan dilaring bukanlah hal yang
jarang ditemukan dan masih merupakan masalah, karena penanggulannnya mencakup
berbagai segi. Sebagai gambaran perbandingan, diluar negerikarsinoma laring
menempati urutan pertama dalam urutan keganasan dibidang THT,sedangkan di RS
Cipto Mangunkusuma Jakarta karsinoma laring menduduki urutan ketigasetelah
karsinoma nasofaring dan tumor ganas hidung dan sinus paranasal.
Menurut data statistik WHO tahun
1961 yang meliputi 35 negara seperti dikutip olehBatsakis tahun 1979 rata-rata
1,2 orang /100000 penduduk meninggal oleh karsinomalaring.Penyebab karsinoma
laring belum diketahui dengan pasti. Pengumpulan data yangdilakukan di RSCM
menunjukkan bahwa karsinoma laring jarang ditemukan pada orangyang tidak
merokok, sedangkan risiko untuk mendapatkan karsinoma laring naik, sesuaidengan
kenaikan jumlah rokok yang dihisap, kanker laring mewakilil dari 1 %
yangmewaklili kasus kanker dan terjadi sekitar 8 kali lebih sering pada
laki-laki dibandingwanita dan paling sering pada individu dengan usia 50-70
tahun.
Setiap tahun di Amerika Serikat
sekitar 11 sampai 600 kasus baru ditemukan dari 4030individu menderita kanker
laring akan mati. (American Canser Society 995).Beberapa karsinogen : tembakau
(berasap atau tidak), alkkohol dan efek kombinasinya, pemajanan terhadap
asbestos, gas mustab, kayu, kulit, dan logam.Faktor penunjang lainnya :
berteriak keras, laringitis kronis, defisiensi nutrisi(riboflavin), dan
predisposisi.Diruang perawatan kelas III RC III THT dan Bedah Mulut RS hasan
Sadikin kanker laring merupakan penyakit yang paling sering ditemukan
diruangan.Berdasarkan data diatas penulis tertarik untuk menyususn Asuhan
KeperawatanDengan Gangguan Sistem Pernafasan : Suspect Karsinoma Laring +Post
Trakheostomi
B. TUJUAN
1. Tujuan
Umum
a. Mahasiswa
mampu menjelaskan Ca Laring
2. Tujuan
Khusus
a. Mahasiswa
mampu mendeskripsikan pengertian Ca Laring
b. Mahasiswa
mampu mendeskripsikan patofisiologi Ca Laring
c. Mahasiswa
mampu mendeskripsikan manifestasi klinis Ca Laring
d. Mahasiswa
mampu mendeskripsikan evaluasi diagnostik Ca Laring
e. Mahasiswa
mampu mendeskripsikan penatalaksanaan medis Ca Laring
f. Mahasiswa
mampu mendeskripsikan terapi radiasi Ca Laring
g. Mahasiswa
mampu mendeskripsikan operasi:laringektomi Ca Laring
h. Mahasiswa
mampu melakukan asuhan keperawatan pada Ca Laring
BAB
II
A. TINJAUAN PUSTAKA
1.
Pengertian
Kanker laring secara potensial
dapat disembuhkan jika terdeteksi lebih dini. Kanker ini mewakili 1% dari semua
kasus kanker dan terjadi sekitar delapan kali lebih sering pada pria
dibandingkan wanita dan paling sering pada individu dengan usia 50 sampai 70
tahun. Setiap tahun di Amerika Serikat, sekitar 11.600 kasus baru ditemukan dan
4090 individu menderita kanker laring akan mati ( Amerika Cancer Society, 1995). Beberapa karsinogen yang telah
terbukti berkaitan dengan terjadinya kanker laring termasuk: tembakau (berasap
dan tidak) dan alkohol serta efek kombinasinya; prmajanan terhadap asbestos;
gas mustard; kayu; kulit dan logam. Faktor penunjang lainnya termasuk:
berteriak keras, laringitis kronis, defisiensi nutrisi (riboflavin), dan
predisposisi keluarga.
Pertumbuhan malignan dapat terjadi
dalam tiga bidang laring yang berbeda: area glotuis (pita suara), area
supraglotis (area di atas glotis, termasuk epiglotis dan pita suara palsu), dan
subglotis (area di bawah glotis). Dua pertiga kanker laring terjadi pada area
glotis. Kanker supraglotis terjadi pada hampir sepertiga dari kasus kanker
laring dan tumor subglotis terjadi kurang dari 1%.
Kanker laring merupakan keganasan
yang terjadi pada sel skuamosa laring. Keganasan dilaring bukanlah hal yang
jarang ditemukan dan masih merupakan masalah, karena penanggulannnya mencakup
berbagai segi. Sebagai gambaran perbandingan, diluar negerikarsinoma laring
menempati urutan pertama dalam urutan keganasan dibidang THT,sedangkan di RS
Cipto Mangunkusuma Jakarta karsinoma laring menduduki urutan ketigasetelah
karsinoma nasofaring dan tumor ganas hidung dan sinus paranasal.
Menurut data statistik WHO tahun
1961 yang meliputi 35 negara seperti dikutip olehBatsakis tahun 1979 rata-rata
1,2 orang /100000 penduduk meninggal oleh karsinomalaring.Penyebab karsinoma
laring belum diketahui dengan pasti. Pengumpulan data yangdilakukan di RSCM
menunjukkan bahwa karsinoma laring jarang ditemukan pada orangyang tidak
merokok, sedangkan risiko untuk mendapatkan karsinoma laring naik, sesuaidengan
kenaikan jumlah rokok yang dihisap, kanker laring mewakilil dari 1 %
yangmewaklili kasus kanker dan terjadi sekitar 8 kali lebih sering pada
laki-laki dibandingwanita dan paling sering pada individu dengan usia 50-70
tahun.
2.
Patofisiolgi
Karsinoma laring banyak dijumpai
pada usia lanjut diatas 40 tahun. Kebanyakan pada orang laki-laki.Hal ini
mungkin berkaitan dengan kebiasaan merokok, bekerja dengan debu serbuk kayu,
kimia toksik atau serbuk, logam berat. Bagaimana terjadinya belum diketahui secara
pasti oleh para ahli.Kanker kepala dan leher menyebabkan 5,5% dari semua
penyakit keganasan.Terutama neoplasma laringeal 95% adalah karsinoma sel
skuamosa.Bila kanker terbatas pada pita suara (intrinsik) menyebar dengan
lambat.Pita suara miskin akan pembuluh limfe sehingga tidak terjadi metastase
kearah kelenjar limfe.Bila kanker melibatkan epiglotis (ekstrinsik) metastase
lebih umum terjadi.Tumor supraglotis dan subglotis harus cukup besar, sebelum
mengenai pita suara sehingga mengakibatkan suara serak.Tumor pita suara yang
sejati terjadi lebih dini biasanya pada waktu pita suara masih dapat digerakan.
3.
Manifestasi
Klinis Kanker Laring
Suara
serak adalah hal pertama yang akan tampak pada pasien dengan kanker pada daerah
glotis karena tumor mengganggu kerja pita suara selama berbicara. Suara mungkin
terdengar parau dan puncak suara rendah. Bunyi suara yang terganggu bukan
merupakan tanda dini kanker subglotis atau supraglotis; namun, pasien mungkin
mengeluhkan nyeri dan rasa terbakar pada tenggorok ketika minum cairan hangat
atau jus jeruk. Suatu gumpalan mungkin teraba di belakang leher. Gelaja lanjut termasuk kesulitan
menelan (disfagia) atau kesulitan bernafas (dipsnea), suara serak, dan nafas
bau. Perbesaran nodus limfe servikal, penurunan berat badan, dan status
kelemahan umum, dan nyeri yang menjalar ke telinga dapat terjadi bersama
metastasis.
4.
Evaluasi
Diagnostik
Pengkajian
awal termasuk pengumpulan riwayat kesehatan yang lengkap, dan pemeriksaan
kepala dan leher. Laringoskopi tidak langsung dilakukan untuk mengevaluasi
secara visual keluasan tumor. Uji diagnostik, termasuk pemeriksaan sinar-x
jaringan lunak, tomogram, xerogram, pemeriksaan kontras, dan pencitraan
resonansi magnetik (MRI), dilakukan sebagai bagian dari pemeriksaan diagnostik
untuk menentukan keluasan pertumbuhan tumor. Bagaimanapun, pemeriksaaan
laringoskopi langsung dibawah anestesi umum, adalah metoda primer untuk
mengevaluasi laring. Pertumbuhan tumor dapat mengenai ketiga area dan
penampilannya dapat beragam.
Sebagian
besar tumor adalah tumor sel skuamosa. Tumor ini dikelompokkan berdasarkan
keluasan tumor primer (T), yang mencakup ukuran dan invasi ke dalam tempat
lain; letak dan keluasan nodus yang terkena (N), dan tingkat metastasis (M).
Klasifikasi tumor menentukan modalitas pengobatan yang akan diberikan. Karena
banyak dari lesi tumor ini adalah submukosa, mungkin diperlukan biopsi yang
dilakukan dengan insisi menggunakan teknik mikrolaringeal atau laser untuk
memotong mukosa dan mencapai tumor.
Mobilitas
pita suara dikaji; jika gerakan normalnya terbatas, maka pertumbuhan tumor
mungkin sudah mengenai otot, jaringan lain, dan bahkan jalan nafas. Nodus limfe
leher dan kelenjar tiroid dipalpasi untuk menentukan penyebaran keganasan.
5.
Penatalaksanaan
Medis
Pengobatan
untuk kondisi ini bervariasi sejalan dengan keluasan malignansi. Pengobatan
pilihan termasuk terapi radiasi dan pembedahan. Pemeriksaan gigi dilakukan
untuk menyingkirkan setiap penyakit mulut. Semua masalah yang berkaitan dengan
gigi diatasi, jika mungkin, sebelum dilakukan pembedahan.
Jika
pembedahan akan dilakukan, tim yang terdiri atas multidisiplin ilmu
mengevaluasi kebutuhan psaien dan keluarga untuk mengembangkan suatu rencana
perawatan yang berhasil.
6.
Terapi
Radiasi
Hasil
yang sangat memuaskan dapat dicapai dengan terapi radiasi pada pasien yang
hanya mengalami satu pita suara yang sakit dan normalnya dapat bergerak
(y.i.,bergerak saat fonasi). Selain itu, pasien ini masih memiliki suara yang
hampir normal. Beberapa mungkin mengalami kodritis (inflamasi kartilage) atau
stenosis; sejumlah kecil dari mereka yang mengalami stenosis nantinya
membutuhkan laringektomi. Terapi radiasi juga dapat digunakan secara
praoperatif untuk mengurangi ukuran tumor.
7.
Operasi:
Laringektomi
Laringektomi
Parsial (Laringofisura-Tirotomi). Laringektomi parsial (laringofisura-tirotomi)
direkomendasikan kanker area glotis tahap dini ketika hanya satu pita suara
yang terkena. Tindakan ini mempunyai angka penyembuhan yang sangat tinggi.
Dalam operasi ini, satu pita suara diangkat dan semua struktur lainnya tetap
utuh. Suara pasien kemungkinan akan menjadi parau. Jalan nafas akan tetap utuh
dan pasien seharusnya tidak memiliki kesulitan menalan.
Laringektomi
Supraglotis (Horizontal). Laringektomi supraglotis digunakan dalam
penataklaksanaan tumor supraglotis. Tulang hiod, glotis, dan pita suara palsu
diangkat. Pita suara, kartilago krikoid, dan trakea tetap utuh. Selama operasi,
dilakukan diseksi leher radikal pada tempat yang sakit. Selang trakeostomi
dipasang dalam trakea sampai jalan nafas glotis pulih. Selang trekeostomi ini
biasanya diangkat setelah beberapa hari dan stoma dibiarkan menutup. Nutrisi
diberikan melalui selang nasogastrik sampai terdapat penyembuhan dan tidak ada
lagi bahaya aspirasi. Pasca operastif, klien kemungkinan akan mengalami
kesulitan untuk menelan selama 2 minggu pertama. Keuntungan utama dari operasi
ini adalah bahwa suara akan kembali pulih seperti biasa. Masalah utamanya
adalah bahwa kanker tersebut akan kambuh. Karenanya, pasien harus dengan sangat
cermat dipilih untuk menjalani tindakan ini.
Laringektomi
Hemivertikal. Laringektomi hemivertikal dilakukan jika tumor meluas diluar pita
suara, tetapi perluasan tersebut kurang dari 1 cm dan terbatas pada area
subglotis. Dalam prosedur ini, kartilago tiroid laring dipisahkan dalam garis
tengah leher dan bagian pita suara (satu pita suara sejati dan satu pita suara
palsu) dengan pertumbuhan tumor diangkat. Kartilago aritenoid dan setengah
kartilago tiroid diangkat. Pasien akan mempunyai selang trakeostomi dan selang
nasogastrik setelah operasi. Pasien berisiko mengalami aspirasi pascaoperatif.
Beberapa perubahan dapat terjadi pada kualitas suara (sakit tenggorok) dan
proyeksi. Namun demikan jalan nafas dan fungsi menelan tetap utuh.
Laringektomi
Total. Laringektomi total dilakukan ketika kanker meluar diluar pita suara.
Lebih jauh ke tulang hiod, epiglotis, kartilago krikoid, dan dua atau tiga
cincin trakea diangkat. Lidah, dinding faringeal, dan trakea ditinggalkan.
Banyak ahli bedah yang menganjurkan dilakukannya diseksi leher pada sisi yang
sama dengan lesi bahkan jika tidak teraba nodus limfe sekali pun. Rasional
untuk tindakan ini bahwa metastasis ke nodus limfe servikal sering terjadi.
Masalahnya akan lebih rumit jika lesi mengenai struktur garis tengah atau kedua
pita suara. Dengan atau tanpa diseksi leher, laringektomi total membutuhkan
stoma trakeal permanen. Stoma ini mencegah aspirasi makanan dan cairan ke dalam
saluran pernafasan bawah, karena laring yang memberikan perlindungan sfringter
tidak ada lagi. Pasien tidak akan mempunyai suara lagi tetapi fungsi menelan
akan normal. Laringektomi total mengubah cara dimana aliran udara digunakan
untuk bernafas dan berbicara.
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1.
Pengkajian
Perawat mengkaji pasien
terhadap gejala berikut: suara serak, sakit tenggorok, dipsnea, disfagia, atau
nyeri dan rasa terbakar dalam tenggorok. Leher pasien dipalpasi terhadap
bengkak.
Jika pengobatan
mencakup pembedahan, penting artinya jika perawat mengetahui sifat dari pembedahan sehingga dapat merencanakan
asuhan yang sesuai. Jika pasien diperkirakan akan tidak mempunyai suara lagi,
evaluasi pascaoperatif oleh terapist wicara diperlukan. Kemampuan pasien untuk
mendengarkan, melihat, membaca, dan menulis dikaji. Kerusakan visual dan buta
huruf fungsional dapat menimbulkan masalah tambahan dengan komunikasi dan
membutuhkan pendekatan yang kreatif untuk memastikan pasien dapat
mengkomunikasikan semua kebutuhan.
Selain itu, perawat
juga harus menentukan kesiapan psikologis pasien. Kabar tentang kanker
menakutkan bagi kebanyakan orang. Ketakutan disertai dengan kemungkinan akan
kehilangan suara secara permanen dan , pada beberapa kasus, mengalami suatu
tingkat kecacatan. Perawat mengevaluasi metoda koping pasien dan keluarga untuk
mengembangkan suatu pendekatan efektif untuk mendukung mereka baik praoperatif
maupun pascaoperatif.
2.
Diagnosa
Keperawatan
Masalah atau diagnosi yang ditemukan pada
pasien dengan kanker yaitu:
a. Defisit
pengetahuan b.d prosedur pembedahan dan perjalanan pascaoperatif
b. Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas b.d perubahan jalan nafas
c. Kerusakan
komunikasi verbal b.d pengangkatan laring dan terhadap edema
d. Perubahan
nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d kesulitan menelan
e. Gangguan
citra tubuh, konsep diri dan harga diri b.d operasi leher mayor
3.
Intervensi
a.
Defisit pengetahuan b.d prosedur pembedahan dan
perjalanan pascaoperatif
Tujuan : Pasien mendapatkan tingkat pengetahuan yang
memadai
KH : Pasien mengungkapkan pengertian
tentang prosedur pembedahan dan melakukan perawatan diri secara adekuat
No
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
Informasikan pada
klien obat nyeri tersedia bila diperlukan untuk mengontrol nyeri
|
Pengetahuan tentang
apa yang diperkirakan membantu mengurangi kecemasan dan meningkatkan
kerjasama pasien
|
2
|
Kolaborasi dengan
dokter pemberian analgetik
|
Meningkatkan
kerjasama tim
|
3
|
Berikan penkes
tentang tehnik pengurangan nyeri
|
Pasien lebih tahu
lagi tentang tehnik pengurangan nyeri
|
4
|
Monitoring KU
|
Mengetahui keadaan
pasien
|
b.
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d
perubahan jalan nafas
Tujuan : Pasien dapat mempertahankan jalan nafas yang
bersih
KH : Pasien memperagakan teknik yang tepat
dan praktis yang mencakup pembersihan dan penanganan selang laringektomi
No
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
Tinggikan kepala
30-45 derajat
|
Memudahkan drainase
sekret, kerja pernapasan dan ekspansi paru
|
2
|
Observasi jaringan
sekitar selang terhadap adanya perdarahan
|
Sedikit jumlah
perembesan mungkin terjadi
|
3
|
Berikan humidifikasi
tambahan, contoh tekanan udara atau oksigen dan peningkatan masukan cairan
|
Tambahan kelembaban
menurunkan mengerasnya mukosa dan memudahkan batuk atau penghisapan sekret
melalui stoma
|
4
|
Awasi seri GDA atau
nadi oksimetri, foto dada
|
Pengumpulan sekret
atau adanya ateletaksis dapat menimbulkan pneumonia yang memerlukan tindakan
terapi lebih agresif
|
c.
Kerusakan komunikasi verbal b.d pengangkatan
laring dan terhadap edema
Tujuan : Pasien dapat mendapatkan teknik komukasi yang
efektif
KH : Pasien mempraktekkan arahan yang
diberikan oleh ahli wicara bahasa
No
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
Kaji atau diskusikan
praoperasi mengapa bicara dan bernapas terganggu
|
Mengurangi rasa takut
pada klien
|
2
|
Dorong komunikasi
terus-menerus dengan dunia luar contoh koran,TV, radio dan kalender
|
Mempertahankan kontak
dengan pola hidup normal dan melanjutkan komunikasi dengan cara lain
|
3
|
Konsul dengan anggota
tim kesehatan yang tepat atau terapis atau agen rehabilitasi
|
Kemampuan untuk
menggunakan pilihan suara dan metode bicara sangat bervariasi, tergantung
pada luasnya prosedur pembedahan, usia pasien, dan motivasi untuk kembali ke
hidup aktif
|
4
|
Beritahu kehilangan
bicara sementara setelah laringektomi sebagian dan atau tergantung pada
tersedianya alat bantu suara
|
Memberikan dorongan
dan harapan untuk masa depan dengan memikirkan pilihan arti komunikasi dan
bicara tersedia dmungkin
|
d.
Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
b.d kesulitan menelan
Tujuan : Pasien dapat mempertahankan asupan nutrisi
yang seimbang dan adekuat
KH : Pasien makan 3 kali sehari dengan porsi
sedang yaitu 12 sendok makan
No
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
Ajarkan pasien atau
orang terdekat teknik makan sendiri
|
Membantu meningkatkan
keberhasilan nutrisi dan mempertahankannya
|
2
|
Pertahankan selang
makan
|
Dorongan air untuk
mempertahankan kepatenan selang
|
3
|
Berikan diet nutrisi
seimbang atau makanan selang
|
Macam-macam jenis
makanan dapat dibuat untuk tambahan atau batasan faktor tertentu
|
4
|
Mulai dengan makanan
kecil dan tingkatkan sesuai dengan toleransi
|
Kandungan makanan
dapat mengakibatkan ketidaktoleransian GI, memerlukan perubahan pada
kecepatan atau tipe formula
|
e.
Gangguan citra tubuh, konsep diri dan harga diri
b.d operasi leher mayor
Tujuan : Pasien menunjukkan perbaikan citra diri,
konsep diri dan harga diri
KH : Pasien mengekspresikan perasaan dan
kekhawatiran
No
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
Diskusikan arti
kehilangan atau perubahan dengan pasien, identifikasi persepsi situasi atau
harapan yang akan datang
|
Alat dalam
mengidentifikasi atau mengartikan masalah untuk memfokuskan perhatian dan
intervensi secara konstruktif
|
2
|
Catat reaksi emosi
|
Penerimaan perubahan
tidak dapat dipaksakan dan proses kehilangan membutuhkan waktu untuk membaik
|
3
|
Kolaboratif dengan
merujuk pasien atau orang terdekat ke sumber pendukung
|
Pendekatan menyeluruh
diperlukan untuk membantu pasien menghadapi rehabilitasi dan kesehatan
|
4
|
Bantu pasien untuk
mengidentifikasi perilaku positip yang akan membaik
|
Penolakan dapat
mengakibatkan penurunan harga diri dan mempengaruhi penerimaan gambaran diri
yang baru
|
BAB
III
A. KESIMPULAN
1. Kanker
laring secara potensial dapat disembuhkan jika terdeteksi lebih dini. Beberapa
karsinogen yang telah terbukti berkaitan dengan terjadinya kanker laring
termasuk: tembakau (berasap dan tidak) dan alkohol serta efek kombinasinya;
prmajanan terhadap asbestos; gas mustard; kayu; kulit dan logam.
2. Karsinoma
laring banyak dijumpai pada usia lanjut diatas 40 tahun. Kebanyakan pada orang
laki-laki.Hal ini mungkin berkaitan dengan kebiasaan merokok, bekerja dengan
debu serbuk kayu, kimia toksik atau serbuk, logam berat.
3. Suara
serak adalah hal pertama yang akan tampak pada pasien dengan kanker pada daerah
glotis karena tumor mengganggu kerja pita suara selama berbicara.
4. Pengkajian
awal termasuk pengumpulan riwayat kesehatan yang lengkap, dan pemeriksaan
kepala dan leher. Laringoskopi tidak langsung dilakukan untuk mengevaluasi
secara visual keluasan tumor.
5. Pengobatan
untuk kondisi ini bervariasi sejalan dengan keluasan malignansi. Pengobatan
pilihan termasuk terapi radiasi dan pembedahan.
6. Hasil
yang sangat memuaskan dapat dicapai dengan terapi radiasi pada pasien yang
hanya mengalami satu pita suara yang sakit dan normalnya dapat bergerak
7. Laringektomi
Parsial (Laringofisura-Tirotomi). Laringektomi parsial (laringofisura-tirotomi)
direkomendasikan kanker area glotis tahap dini ketika hanya satu pita suara
yang terkena.
B. SARAN
1. Perawat
harus memberikan rasa nyaman pada pasien agar pasien tidak mengalami nyeri.
2. Perawat
harus membantu pasien dalam memenuhi aktifitas kebutuhan sehari-hari
3. Perawat
harus memotivasi pasien agar pasien cepat sembuh dan tidak terpuruk dengan
penyakitnya
4. Perawat
harus memjelaskan terkait dengan penyakit yang diderita oleh pasien pada
pasien/keluarga
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim. 2011. Askep Ca
Laring. m2nkners.indonesiandeveloper.com/wp-content/.../Askep-Ca.-Laring.doc Diakses Sabtu, 21 September 2013
Anonim. 2011. Askep Ca Laring. http://id.scribd.com/doc/56849615/Askep-Ca-Laring
Diakses Sabtu, 21 September 2013
Smeltzer dan Bare. 2001. Buku
Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Penerbit EGC
Comments
Post a Comment