Skip to main content

Askep Kanker Rongga Mulut

Asuhan Keperawtaan pada Pasien dengan Kanker Rongga Mulut


BAB 1
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Kanker adalah penyakit yang menyerang proses dasar kehidupan sel, mengubah genom sel (komplemen genetik total sel) dan menyebabkan penyebaran liar dan pertumbuhan sel-sel.
Kanker adalah istilah umum untuk petumbuhan sel tidak normal (yaitu, tumbuh sangat cepat, tidak terkontrol, dan tidak berirama) yang dapat menyusup ke jaringan tubuh normal sehingga mempengaruhi fungsi tubuh. Kanker bukan merupakan penyakit menular.
Kanker merupakan penyakit atau kelainan pada tubuh sebagai akibat dari sel-sel tubuh yang tumbuh dan berkembang abnormal, di luar batas dan sangat liar.
 Kanker didefinisikan sebagai pertumbuhan tidak terkontrol sel-sel yang menyerang dan menyebabkan kerusakan pada jaringan sekitarnya. Kanker mulut muncul akibat pertumbuhan atau luka pada mulut yang tidak hilang. Kanker mulut meliputi kanker  bibir, lidah, pipi, dasar mulut, langit-langit lunak dan keras, sinus, dan faring (tenggorokan), dapat mengancam kehidupan jika tidak didiagnosis dan diobati dini.
Kanker rongga mulut adalah tumor ganas dalam rongga mulut yang tumbuh secara cepat dan menginvasi jaringan sekitar, berkembang sampai daerah endontel, dan dapat bermetastasis ke bagian tubuh yang lain dan sering asimtomatik pada tahap awal.







BAB II
PEMBAHASAN

A.    Definisi
Kanker rongga mulut ialag keganasan yang terjadi di dalam rongga yang dibatasi oleh vermilion bibir dibagian depan dan arkus faringeus anterior di bagian belakang. Kanker rongga mulut meliputi kanker bibir, lidah, gusi, mukosa pipi dan palatum. (Arif Muttaqin, 2011). 
Tempat – Tempat Terjadinya Kanker Pada Mulut Sebagai Berikut :
a.       Kanker pada lidah
Hampir 80% kanker lidah terletak pada 2/3 lidah anterior lidah (umunya pada tepi lateral dan bawah lidah) dan dalam jumlah sedikit pada posteror lidah (daftar 1992 Tambunan 1993 Pinborg 1986) gejala pada penderita tergantung pada lokasi kanker tersebut bila terletak pada bagian 2/3 anterior lidah biasanya timbul suatu massa yang sering kali terasa tidak sakit bila timbul pada seprtiga posterior kanker tersebut selalu tidak di ketahui oleh penderita dan rasa sakit yang di alami yang biasanya di hubungkan dengan rasa sakit tenggorokan. Kanker yang terletak 2/3 anterior lidah lebih dapat di deteksi dini dari pada yang terletak pada 1/3 posterior
b.   Kanker pada bibir
Kanker bibir selalu di hubungkan dengan orang – orang yang memilki aktifitas di luar seperti nelayan dan petani. Sinar matahari mungkin terlibat dalam faktor terjadinya kanker bibir. Umumnya lebih banyak terjadi pada bibir bawah dari pada bibir atas (daftar 1992 Pinborg 1986 smith 1989). pada awal pertumbuhan lesi dapat berupa modul kecil atau ulkus yang tidak sembuh sembuh deteksi tumor pada keadaa ini memberikan kesempatan untuk menemukan karsinoma dini.
c.   Kanker gusi
Kanker pada gusi biasanya dihubungkan dengan riwayat pasien mengisap pipa tembakau. Daerah yang terlibat biasanya lebih sering pada gusi bawah/mandibular dari pada gusi atas/maksila.
Pada pemeriksaan fisik, lesi awal terlihat sebagai ulkus, granuloma yang kecil atau sebagai nodul. Sekilas lesi terlihat sama dengan lesi yang dihasilkan oleh trauma kronis atau hyperplasia inlamatori. Lesi yang lebih lanjut berupa pertumbuhan infiltrative yang lebih dalam. Pertumbuhan eksofitik terlihat seperti bunga kol dan mudah berdarah. Pertumbuhan infiltrative biasanya tumbuh invasive pada tulang mandibular dan menimbulkan destruktif. (Arif Muttaqin, 2011)
d.   Kanker pada mukosa pipi
Di negara yang sedang berkambang kanker pada mukosa pipi di hubungkan dengan kebiasaan mengunyah campuran pinang, daun sirih, kapur dan tembakau. Hal tersebut berkontak dengan mukosa pipi kiri dan kanan selama beberapa jam.
e.    Kanker pada palatum
Pada daerah yang masyarakatnya mempunyai kebiasaan menghisap rokok secara terbali kanker pada palatum merupakan kanker rongga mulut yang umum terjadi dari semua kanker rongga mulut. Perubahan yang terjadi pada mukosa mulut yang di hubungkan dengan menghisap rokok secara terbalik adalah adanya ulser, erosi,daerah modul dan bercak.

B.  Etiologi
Kanker rongga mulut memiliki penyebab yang multifaktorial dan suatu proses yang terdiri dari beberapa langkah yang melibatkan inisiasi, promosi dan perkembangan tumor :
Secara garis besar, etiologi kanker rongga mulut dapat dikelompokkan atas :
1.   Faktor lokal, meliputi kebersihan rongga mulut yang jelek, iritasi kronis dari restorasi, gigi-gigi karies/akar gigi, gigi palsu.
2.   Faktor luar, antara lain radiasi ion pada terapi radiasi, paparan radiasi matahari secara kronis, merokok, pengguna alcohol kronis, agen infeksi, malnutrisi dan radiasi elektromagnetik.
3.   Faktor host, meliputi usia, jenis kelamin, nutrisi imunologi dan genetic.
Kanker mulut biasa juga terjadi karena kekurangan vitamin C, kurangnya penjaggan pada mulut sehingga mulut menjadi kotor. 

B.     Patofisiologi
Sel kanker muncul setelah terjadi mutasi-mutasi pada sel normal yang disebabkan oleh zat-zat karsinogenm tadi. zat karsinogen dari asap rokok tersebut memicu terjadinya Karsinogenesis (transformasi sel normal menjadi sel kanker). Karsinogenesisnya terbagi menjadi 3 tahap :
1.  Tahap pertama merupakan Inisiaasi yatu kontak pertama sel normal dengan zat Karsinogen yang memancing sel normal tersebut menjadi ganas.
2.   Tahap kedua yaitu Promosi, sel yang terpancing tersebut membentuk klon melalui pembelahan (poliferasi).
3.   Tahap terakhir yaitu Progresi, sel yang telah mengalami poliferasi mendapatkan satu atau lebih karakteristik neoplasma ganas.
Karsinoma sel mukosa yang makroskopik bersifat tukak → lesi yang terus menetap → menginflamasi jaringan tulang terutama mandibula sampai endotel → bermetastasis ke bagian tubuh yang lain.

C.    Klasifikasi

Menurut American Joint Committec on Cancer (AJCC) klasifikasi kanker rongga mulut menggunakan system TNM. System  TNM ini terdiri dari atas T (Tumor) atau gambaran dari level pembesaran tumor, N (Nodus) atau sejauh mana keterlibatan nodus limfe sebagai system imun tubuh, dan M (Metastasis) yaitu kondisi metastasis menggambarkan keterlibatan organ lain pada bagian distal. (Arif Muttaqin, 2011)
Stadium T
Stadium N
Stadium M
T0
Tidak ada tampilan tumor
N0
Tidak ada keterlibatan nodus limfe
M0
Tidak ada penyebaran.
Tis
Carcinoma in situ.terdapat massa pada jaringan
N1
Terdapat keterlibatan limfatik regional, tetapi ukuran nodus ≤ 3cm
T1
Ukuran tumor ≤ 2 cm
N2
Keterlibatan pembesaran nodus limfe satu atau lebih dengan ukuran ≤ 6 cm
T2
Ukuran tumor ≤ 4cm
M1
Kanker menyebar ke organ bagian distal
T3
Ukuran tumor lebih dari 4cm
T4
Ukuran tumor lebih dari 4 cm, dan tertanam kuat pada otot atau struktur lainnya.
N3
Keterlibatan homolateral atau bilateral nodus limfe dengan ukuran lebih dari 6 cm.


Stadium Kanker Rongga Mulut
Stadium
TNM
Keterangan
Stage I
T1, N0, M0
Pada stadium ini pembesaran pada jaringan masih belum dianggap kanker dan tumor tidak melebihi 2 cm.
Stage II
T2, N0, M0
Pada stadium ini tumor tidak melebihi 4 cm.
Stage IIIA
T3, N0, M0
Pada stadium ini pembesaran melebihi 4 cm, tetapi tidak didapatkan pembesaran limfe dan tidak ada metastasis ke organ lain.
Stage IIIB
T1, T2, T3, N1, M0
Pada stadium ini tumor dapat berukuran kurang 2 cm, dibawah 4 cm atau lebih, tetapi kanker belum memengaruhi nodus homolateral limfatik.
Stage IVA
T4, N0, M0
Pada stadium ini tumor melebihi 4 cm, dan tertanam dalam pada otot, tulang, atau struktur jaringan dibawahnya.
Stage IVB
Any T, N2 or N3, M0
Pada stadium ini tumor bias berbagai ukuran, tetapi tertanam dalam pada otot, tulang atau struktur jaringan dibawahnya, serta terdapat keterlibatan dari nodus homolateral atau bilateral limfatik.
Stage IVC
Any T, any N, any M
Pada stadium ini, terjadi berbagai situasi berat baik ukuran tumor, keterlibatan nodus limfatik dan metastasis ke organ lain.

E.     Manifestasi klinis
Banyak kanker oral tidak menunjukkan gejala pada tahap awal. Keluhan pasien yang paling sering adalah luka yang tidak nyeri atau massa yang tidak sembuh. Lesi khas pada kanker oral adalah ulkus keras (mengeras) dengan tepi menonjol. Adanya ulkus rongga mulut yang tidak sembuh dalam 2 minggu harus diperiksa dengan biopsy. Bila kanker berlanjut, pasien dapat mengeluh nyeri tekan ; sulit mengunyah, menelan, atau bicara; batuk disertai sputum mengandung darah; atau pembesaran nodus limfe servikal.

F.   Pemeriksaan Diagnostik
1.   Sitologi mulut.
Sitologi mulut merupakan suatu teknik yang sederhana dan efektif untuk mendeteksi dini lesi-lesi mulut yang mencurigakan. Secara defenisi, pemeriksaan sitologi mulut merupakan suatu pemeriksaan mikroskopik sel-sel yang dikerok/dikikis dari permukaan suatu lesi didalam mulut (Coleman dan Nelson,1993). Untuk aplikasi klinisnya, seorang dokter gigi harus memiliki pengetahuan yang cukup mengenai kapan pemeriksaan ini dilakukan dan kapan tidak dilakukan, peralatan yang digunakan, prosedur kerja, data klinis yang disertakan sampai pengirimannya ke bagian Patologi anatomi.
2.   Biopsi
Jika hasil pemeriksaan sitologi meragukan, segera lakukan biopsi. Biopsi merupakan pengambilan spesimen baik total maupun sebagian untuk pemeriksaan mikroskopis dan diagnosis. Cara ini merupakan cara yang penting dan dapat dipercaya untuk menegakkan diagnosa defenitif dari lesi-lesi mulut yang dicurigai.
Teknik biopsi memerlukan bagian dari lesi yang mewakili dan tepi jaringan yang normal. Biopsi dapat dilakukan dengan cara insisional atau eksisional. Biopsi insisional dipilih apabila lesi permukaan besar (lebih dari 1 cm) dan biopsi eksisional yaitu insisi secara intoto dilakukan apabila lesi kecil.
G.    Pencegahan Kanker Rongga Mulut
  1. Hindari kontak berlebihan dengan matahari, pada bibir
  2. kurangi merokok atau mengunyah tembakau
  3. pertahankan oral hygiene dan perawatan gigi yang baik
  4. segera konsultasikan ke dokter bila ada lesi pada mulut yang tidak sembuh dalam waktu 2- 3 minggu.
H.  Penatalaksanaan
1.   Tindakan Bedah
Terapi umum untuk kanker rongga mulut adalah bedah untuk mengangkat sel-sel kanker hingga jaringan mulut dan leher.
2.   Terapi Radiasi
Terapi radiasi atau radioterapi jenis terapi kecil untuk pasien yang tidak di bedah. Terapi dilakukan untuk membunuh sel kanker dan menyusutkan tumor. Terapi juga dilakukan post operasi untuk membunuh sisa-sisa sel kanker yang mungkin tertinggal didaerah tersebut.
3.   Kemoterapi
Kemoterapi adalah terapi yang menggunakan obat anti kanker untuk membunuh sel kanker.



BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN


A.  Pengkajian
a.   Riwayat kesehatan
Dengan mendapatkan riwayat kesehatan memungkinkan perawat menentukan kebutuhan penyuluhan dan pembelajaran pasien mengenai higiene oral prefentif, serta untuk mengidentifikasi gejala yang memelukanevaluasi medis
Riwayat mencakup pertanyaan tentang:
1.    Memar dan rutinitas clossing
2.    frekwensi kunjungan dokter gigi
3.    kesadaran akan adanya lesi atau area iritasi pada mulu, lidah atau tengorok.
4.    kebutuhan menggunakan gigi palsu dan lempeng parsiel
5.    riwayat baru sakit tenggorok atau sputum berdarah
6.    katidaknyamanan yang disebabkan oleh makanan tertentu
7.    masukan makanan setiap hari
8.    penggunaan alkohol, tembakau, termasuk mengunyah tembakau
b.   Pemeriksaan fisik
Inspeksi dan palpasi struktur internal maupun eksternal dari mulut dan tenggorok, periksa terhadap kelembaban, warna, tekstur, simetri, dan adannya lesi, periksa leher terhadap pembesaran nodus limfe.

B.  Diagnosa Keperawatan
1.   Nyeri berhubungan dengan lesi oral.
2.   Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak mampuan mencerna nutrien yang tidak adekuat akibat kondisi oral atau gigi.
3.   Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan fisik pada penampilan dan pengobatannya.
4.   Resiko jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi secret, efek sekunder pemasangan trakeostomi.
5.  Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan ketidak mampuan menyampaikan    informasi verbal sekunder dan terpasang trakeostomi pascabedah.

C. Intervensi Keperawatan 

1.   Nyeri b/d lesi oral
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 4 x 24 jam klien mengatakan nyeri berkurang
Kriteria Hasil   : Ekspresi wajah dan tubuh klien lebih releks masukan oral meningkat
Intervensi
Rasional
1.      Kaji tingkat nyeri
1. Mengetahui tingkat nyeri yang dirasakan dan memudahkan untuk intervensi selanjutnya

2.      Mempertahankan tirah baring selama fase aktif
2. Meminimalkan stimulasi dan meningkatkan relaksasi
3.      Beri perawatan orang tiak 2 jam
3. Untuk menghilangkan sakit tenggorokan dan mengontrol bernapas
4.      Berikan obat analgetik sesuai anjuran jika perlu
4. Obat analgatik bisa menurunkan persepsi nyeri

2.  Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d ketidak mampuan mencerna nutrien yang tidak adekuat akibat kondisi oral atau gigi.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam klien memperlihatkan masukan nutrisi adekuat
Kriteria Hasil   : BB stabil, masukan makanan oral meningkat.
Intervensi
Rasional
1.      Pantau berat badan tiap minggu presentase makanan yang dikonsumsi setiap kali makan, jika makanan per oral dimunkinkan
1. Untuk mengidentifikasi kemajuan-kemajuan atau penyimpangan dari sasaran yang diharapkan.

2.      Berikan makanan melalui selang NGT sesuai dengan jadwal pemberiannya. Ajarkan kepada pasien cara memberikan makanan sendiri melalui selang
2. Tambahan makanan melalui jalan alternatif diperlukan untuk memberikan nutrisi yang adekuat untuk penyembuhan luka sampai makanan tier oral dapat dimulai
3.      Jika dimulai pemberian makanan per oral, berikan makanan yang lembut, mudah dicerna seperti kentang, nasi, dsb. Konsultasi pada ahli diet untuk memilih makanan yang tepat
3. Untuk mengurangi nyeri pada saat menelan. Ahli diet ialah spesialis nutrisi yang dapat mengevaluasi kebutuhan nutrisi dan bersama merencanakan kebutuhan dan kondisi pasien
4.      Berikan makanan sedikit tapi sering
4. Untuk merangsang nafsu makan pasien
   
 3.  Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan fisik pada penampilan dan pengobatannya
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam Gangguan harga diri klien teratasi
Kriteria Hasil    : Klien tidak menarik diri dan kepercayaan diri klien kembali.
Intervensi
Rasional
1.      Tinjau ulang efek samping yang diantisipasi berkenaan dengan pengobatan tertentu
1. Agar mengetahui efek dari terapi yang dilakukan, sehingga dapat diketahui kemungkinan resiko yang terjadi
2.      Dorong diskusi tentang/pecahan masalah tentang efek kanker
2. Dengan memberikan HE kanker diharapkan klien mengerti akan semua proses terapi yang dilakukan dan efeknya akan terjadi sehingga klien merasa lebih kuat dalam menjalani proses penyembuhannya




4.   Resiko jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi secret, efek sekunder pemasangan trakeostomi.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam tidak terjadi ketidakefektifan bersihan jalan nafas.
Kriteria Hasil :
·  Pasien berkomunikasi dengan orang terdekat tentang perubahan peran yang terjadi
·  Mulai mengembangkan rencana untuk perubahan pola hidup.
·  Mengidentifikasi atau merencanakan pilihan metode bicara yang tepat setelah sembuh.
Intervensi
Rasional
1.   Kaji Kondisi trakeostomi, kemampuan batuk dan produksi secret setiap ganti sif
1. monitoring terus – menerus membantu perawat dalam mendeteksi kondisi jalan nafas dan dapat menurunkan resiko akumulasi secret pada jalan nafas
2.   Lakukan pengisapan pada kanal trakeostomi
2. membuang secret yang menumpuk pada jalan nafas pasien
3.   Anjurkan pasien untuk memberitahu perawat bila ada keluhan dengan adanya pemasangan trakeostomi
3. sebagai evaluasi dari intervensi dan dapat mengetahui dengan cepat setiap kondisi yang mengganggu jalan nafas akibat pemasangan trakeostomi

5.   Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan ketidak mampuan menyampaikan informasi verbal sekunder dan terpasang trakeostomi pascabedah.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3\2 x 24 jam komunikasi pasien akan efektif.
Kritaria Hasil :
·    Berkomunikasi dengan orang terdekat tentang perubahan peran yang terjadi.
·    Mulai mengembangkan rencana untuk perubahan pola hidup.
·    Mengidentifikasi pilihan metode berbicara yang tepat setelah sembuh.




Intervensi
Rasional
1.   Kaji atau diskusikan praoperasi mengapa bicara dan berbafas terganggu, gunakan gambaran anatomic atau model untuk membantu penjelasan
1.pengetahuan yang rasional dapat mengurangi   rasa takut pada pasien
2.   Tentukan apakah pasien mempunyai gangguan komunikasi lain seperti pendengaran dan penglihatan
2. adanya masalah lain memengaruhi rencana untuk pilihan komunikasi
3.   Berikan pilihan cara komunikasi yang tepat bagi kebutuhan pasien misalnya papan alphabet, dan bahasa isyarat
3. alternative komunikasi dan memungkinkan pasien untuk menyatakan kebutuhan atau masalah


BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Kanker rongga mulut ialag keganasan yang terjadi di dalam rongga yang dibatasi oleh vermilion bibir dibagian depan dan arkus faringeus anterior di bagian belakang. Kanker rongga mulut meliputi kanker bibir, lidah, gusi, mukosa pipi dan palatum. (Arif Muttaqin, 2011). 
Kanker rongga mulut memiliki penyebab yang multifaktorial dan suatu proses yang terdiri dari beberapa langkah yang melibatkan inisiasi, promosi dan perkembangan tumor :
Secara garis besar, etiologi kanker rongga mulut dapat dikelompokkan atas :
1.   aktor lokal, meliputi kebersihan rongga mulut yang jelek, iritasi kronis dari restorasi, gigi-gigi karies/akar gigi, gigi palsu.
2.   Faktor luar, antara lain radiasi ion pada terapi radiasi, paparan radiasi matahari secara kronis, merokok, pengguna alcohol kronis, agen infeksi, malnutrisi dan radiasi elektromagnetik.
3.   Faktor host, meliputi usia, jenis kelamin, nutrisi imunologi dan genetic.

B.     Saran
Setelah membaca dan memahami makalah ini, dapat menambah wawasan mahasiswa tentang Sistem Integrumen khususnya pada penyakit Kanker Rongga mulut.



DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, Arif | Kumala Sari. (2012). Gangguan Gastrointestinal. Jakarta : Salemba Medika.

Smaltzer, Suzanne. (2002). Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta : EGC.

Widya. (2012). Kanker Rongga Mulut. http://windyakaze.wordpress.com/2012/03/20/kanker-    rongga-mulut/#more-100. Diakses pada tanggal 27 Februari 2013 pukul 17.56 WIB.

Pinborg, J.J. 1991. Kanker dan Prakanker Rongga Mulut, Penerjemah : drg. Lilian Yuwono. Edisi 1. Jakarta : EGC


Subita. G.P. 1997. “ Kemoprevantif sebagai satu Modalitas Pengendalian Kanker Mulut Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Edisi khusus KPPIKG XI. 582-585

Comments

Popular posts from this blog

Dialog dengan Pasien Isolasi Sosial (Menarik Diri)

Contoh dialog sesuai Satuan Pelaksana pada pasien gangguan jiwa dengan isolasi diri atau menarik diri : Menarik  D iri   (Isolasi Sosial) Prolog Disebuah ruang arjuna terdapat terdapat pasien gangguan jiwa bernama Ny. S. Pasien masuk rumah sakit jiwa karena pasien asyik dengan pikirannya sendiri, tidak memiliki teman dekat, tidak adanya kontak mata, tampak sedih, efek tumpul serta melakukan tindakan berulang yang tidak bermakna sama sekali. Pasien juga merasa ditolak oleh keluarganya sendiri sehingga membuatnya kesepian. Diagnosa keperawatan untuk pasien yaitu isolasi sosial. SP 1 : Pasien membina hubungan saling percaya,membantu pasien mengenal penyebab isolasi sosial, membantu pasien mengenal keuntungan hubungan dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain dan mengajarkan pasien berkenalan. Perawat           : “ Assallamualaikum wr,wb ” Pasien              : (pasien hanya diam) Perawat           : “ Saya H saya senang dipanggil ibu Her… Saya perawat diruang maw

Dialog dengan Pasien Gangguan Jiwa Susaide SP 1

STRATEGI PELAKSANAAN SUSAIDE SP 1 A.       Kondisi klien Data Subjektif: 1.       Mengungkapkan keinginan bunuh diri 2.       Mengungkapkan keinginan untuk mati 3.       Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan 4.       Ada riwayat berulang percobaan bunuh diri sebelumnya dari keluarga 5.       Berbicara tentang kematian, menanyakan tentang dosis obat yang mematikan 6.       Mengungkapkan adanya konflik interpersonal 7.       Mengungkapkan telah terjadi korban perilaku kekerasan saat kecil Data Objektif: 1.       Impulsif 2.       Menunjukkan perilaku yang mencurigakan ( biasanya menjadi sangat patuh) 3.       Ada riwayat penyakit mental (depresi, psikosis, dan penyalahgunaan alkohol) 4.       Ada riwayat penyakit fisik (penyakit kronis atau penyakit terminal) 5.       Pengangguran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau kegagalan dalam karier) 6.       Status perkawinan yang tidak harmonis B.        Diagnosa keperawatan Risiko bunuh diri

Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) A.   LATAR BELAKANG Terapi kelompok merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan sekelompok pasien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau diarahkan oleh seorang therapist atau petugas kesehatan jiwa yang telah terlatih (Pedoman Rehabilitasi Pasien Mental Rumah Sakit Jiwa di Indonesia dalam Yosep, 2007). Sedangkan jumlah minimum 4 dan maksimum 10. Kriteria anggota yang memenuhi syarat untuk mengikuti TAK adalah : sudah punya diagnosa yang jelas, tidak terlalu gelisah, tidak agresif, waham tidak terlalu berat (Yosep, 2007). Terapi aktivitas kelompok (TAK) dibagi empat, yaitu terapi aktivitas kelompok stimulasi kognitif/persepsi, terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori, terapi aktivitas orientasi realita , dan terapi aktivitas kelompok sosialisasi (Keliat, 2006). Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah terapi yang menggunakan aktivitas sebagai stimulus terkait dengan pengalaman dan atau kehidup