MAKALAH ABORSI
BAB
I
A.
LATAR
BELAKANG
Saat ini Aborsi menjadi salah satu
masalah yang cukup serius, dilihat dari tingginya angka aborsi yang kian
meningkat dari tahun ke tahun. Di Indonesia sendiri, angka pembunuhan janin per
tahun sudah mencapai 3 juta. Angka yang tidak sedikit mengingat besarnya
tingkat kehamilan di Indonesia. Selain itu, ada yg mengkategorikan aborsi itu
pembunuhan. Ada yang melarang atas nama agama. Ada yang menyatakan bahwa jabang
bayi juga punya hak hidup sehingga harus dipertahankan, dan lain-lain.
Aborsi merupakan masalah kesehatan
masyarakat karena memberikan dampak pada kesakitan dan kematian ibu.
Sebagaimana diketahui penyebab utama kematian ibu hamil dan melahirkan adalah
perdarahan, infeksi dan eklampsia.
Namun sebenarnya aborsi juga
merupakan penyebab kematian ibu, hanya saja muncul dalam bentuk komplikasi
perdarahan dan sepsis. Akan tetapi, kematian ibu yang disebabkan komplikasi
aborsi sering tidak muncul dalam laporan kematian, tetapi dilaporkan sebagai
perdarahan atau sepsis. Hal itu terjadi karena hingga saat ini aborsi masih
merupakan masalah kontroversial di masyarakat. Di satu pihak aborsi dianggap
ilegal dan dilarang oleh agama sehingga masyarakat cenderung menyembunyikan
kejadian aborsi, di lain pihak aborsi terjadi di masyarakat. Ini terbukti dari
berita yang ditulis di surat kabar tentang terjadinya aborsi di masyarakat,
selain dengan mudahnya didapatkan jamu dan obat-obatan peluntur serta dukun
pijat untuk mereka yang terlambat datang bulan.
B.
Tujuan
1.
Tujuan Umum
a.
Mahasiswa mampu menjelaskan aborsi
2.
Tujuan Khusus
a.
Mahasiswa mampu mendeskripsikan pengertian
aborsi
b.
Mahasiswa mampu mendeskripsikan penyebab aborsi
c.
Mahasiswa mampu mendeskripsikan alasan abortus
provokatus
d.
Mahasiswa mampu mendeskripsikan aborsi dari segi
medis
e.
Mahasiswa mampu mendeskripsikan metode-metode
aborsi
f.
Mahasiswa mampu mendeskripsikan efek aborsi
g.
Mahasiswa mampu mendeskripsikan resiko aborsi
BAB
II
PEMBAHASAN
Pengertian Aborsi
Aborsi adalah keluar prematur dari
hasil konsepsi (janin, membran janin, dan plasenta) dari rahim. Ini adalah
hilangnya kehamilan dan tidak mengacu pada mengapa kehamilan yang hilang.Sebuah
aborsi spontan adalah sama dengan keguguran. Keguguran 3 atau lebih kehamilan
berturut-turut disebut aborsi kebiasaan.
Aborsi menurut definisi adalah
tidak baru dalam masyarakat manusia. Aborsi adalah mengakhiri kehidupan dalam
rahim ibu. Definisi medis yang diberikan di atas. Definisi Alkitab hanyalah
pembunuhan seorang bayi di dalam rahim ibu, dan pelanggaran Jangan membunuh.
Aborsi adalah salah satu mata pelajaran
yang paling sulit, kontroversial, dan menyakitkan dalam masyarakat modern.
Kontroversi utama berkisar pada pertanyaan-pertanyaan yang membuat keputusan
tentang aborsi, individu atau negara; dalam keadaan apa mungkin dilakukan, dan
yang mampu membuat keputusan. Pertanyaan medis seperti teknik aborsi kurang
kontroversial tapi kadang-kadang bagian dari perdebatan yang lebih besar.
Aborsi bukanlah hal baru dalam
masyarakat manusia, sebuah studi oleh antropolog George Devereux, menunjukkan
bahwa lebih dari 300 kontemporer masyarakat nonindustrial manusia dipraktekkan
aborsi. Perempuan telah melakukan aborsi pada diri mereka sendiri atau aborsi
yang berpengalaman di tangan orang lain selama ribuan tahun dan aborsi terus
terjadi hari ini dalam pengembangan wilayah di bawah kondisi medis primitif.
Namun, teknologi modern dan perubahan sosial telah membuat aborsi sebuah bagian
dari perawatan kesehatan modern. Pada saat yang sama, aborsi telah menjadi isu
politik di beberapa masyarakat dan titik nyala untuk perbedaan pendapat tentang
peran perempuan dan otonomi individu dalam keputusan-keputusan hidup.
Penyebab Abortus
Secara garis besar ada 2 hal penyebab Abortus, yaitu
:
Maternal.
Penyebab secara umum
1.
Infeksi akut
a. virus,
misalnya cacar, rubella, hepatitis
b. Infeksi
bakteri, misalnya streptokokus
c. Parasit,
misalnya malaria
2.
Infeksi kronis
a. Sifilis,
biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua.
b. Tuberkulosis
paru aktif.
c. Keracunan,
misalnya keracunan tembaga, timah, air raksa, dll
Janin
Penyebab paling sering terjadinya
abortus dini adalah kelainan pertumbuhan hasil konsepsi (pembuahan), baik dalam
bentuk Zygote, embrio, janin maupun placenta.
ALASAN ABORTUS PROVOKATUS
Abortus Provokatus ialah tindakan
memperbolehkan pengaborsian dengan syarat-syarat sebagai berrikut:
a.
Abortus yang mengancam (threatened abortion)
disertai dengan perdarahan yang terus menerus, atau jika janin telah meninggal
(missed abortion).
b.
Mola Hidatidosa atau hidramnion akut.
c.
Infeksi uterus akibat tindakan abortus
kriminalis.
Penyakit keganasan pada saluran
jalan lahir, misalnya kanker serviks atau jika dengan adanya kehamilan akan
menghalangi pengobatan untuk penyakit keganasan lainnya pada tubuh seperti
kanker payudara.
a.
Prolaps uterus gravid yang tidak bisa diatasi.
b.
Telah berulang kali mengalami operasi caesar.
c.
Penyakit-penyakit dari ibu yang sedang
mengandung, misalnya penyakit jantung organik dengan kegagalan jantung,
hipertensi, nephritis, tuberkulosis paru aktif, toksemia gravidarum yang berat.
d.
Penyakit-penyakit metabolik, misalnya diabetes
yang tidak terkontrol yang disertai komplikasi vaskuler, hipertiroid, dll.
e.
Epilepsi, sklerosis yang luas dan berat.
f.
Hiperemesis gravidarum yang berat, dan chorea
gravidarum.
g.
Gangguan jiwa, disertai dengan kecenderungan
untuk bunuh diri. Pada kasus seperti ini sebelum melakukan tindakan abortus
harus berkonsultasi dengan psikiater.
ABORSI DARI SUDUT MEDIS
Menurut batasan atau definisi,
aborsi adalah pengeluaran buah kehamilan dimana buah kehamilan itu tidak
mempunyai kemungkinan hidup di luar kandungan. Sedangkan dunia kedokteran
berpendapat bahwa janin yang lahir dengan berat badan yang sama atau kurang
dari 500 gram tidak mungkin hidup di luar kandungan, meskipun ada laporan
kedokteran yang menyatakan bahwa ada janin di bawah 500 gram yang dapat hidup.
Karena janin dengan berat badan 500 gram sama dengan usia kehamilan 20 minggu,
maka kelahiran janin dibawah 20 minggu tersebut sebagai aborsi.
Ada negara tertentu yang memakai
batas 1000 gram sebagai aborsi, menurut Undang-Undang di Indonesia, kematian
janin di bawah 1000 gram tidak perlu dilaporkan dan dapat dikuburkan di luar
Tempat Pemakaman Umum.
Dari cara terjadinya aborsi, ada
dua macam aborsi, aborsi spontan (abortus spontaneus) dan aborsi buatan
(abortus provocatus). Aborsi spontan terjadi sendiri tanpa campur tangan
manusia, sedang aborsi buatan adalah hasil dari perbuatan manusia yang dengan
sengaja melakukan perbuatan pengguguran. Abortus yang terjadi pada usia
kehamilan di bawah 12 minggu disebut abortus dini.
Abortus Spontaneus
Insiden abortus spontan
diperkirakan 10% dari seluruh kehamilan. Namun angka ini mempunyai dua
kelemahan, yaitu kegagalan untuk menghitung abortus dini yang tidak terdeteksi,
serta aborsi ilegal yang dinyatakan sebagai abortus spontan.
Insiden abortus spontan sulit untuk
ditentukan secara tepat, karena sampai sekarang belum diterapkan kapan
sebenarnya dimulainya kehamilan? Apakah penetrasi sperma kedalam sel telur
sudah merupakan kehamilan? Apakah pembelahan sel telur yang telah dibuahi
berarti mulainya kehamilan? Atau kehamilan dimulai setelah blastocyst
membenamkan diri kedalam decidua? Atau setelah janin “bernyawa”?
Dengan pemeriksaan tes yang dapat
mendeteksi Human Chorionic Gonadotropin maka frekuensi abortus akan menjadi
lebih tinggi (20% – 62%).
1. Penyebab abortus spontan
Lebih dari 80% abortus terjadi pada usia kehamilan 12
minggu. Setengah di antaranya disebabkan karena kelainan kromosom. Resiko
terjadinya abortus meningkat dengan makin tingginya usia ibu serta makin
banyaknya kehamilan. Selain itu kemungkinan terjadinya abortus bertambah pada
wanita yang hamil dalam waktu tiga bulan setelah melahirkan.
Pada abortus dini, pengeluaran janin/embrio biasanya
didahului dengan kematian janin/embrio. Sedangkan abortus pada usia yang lebih
lanjut, biasanya janin masih hidup sebelum dikeluarkan.
a.
Kelainan Pertumbuhan Zygote.
Penyebab paling sering terjadinya abortus dini adalah kelainan
pertumbuhan hasil konsepsi (pembuahan), baik dalam bentuk Zygote, embrio, janin
maupun placenta. Ternyata 50% – 60% dari abortus ini berhubungan dengan
kelainan kromosom.
b.
Faktor Ibu.
Penyakit
pada ibu biasanya terjadi pada janin dengan kromosom yang normal, paling banyak
pada usia kehamilan 13 minggu. Beberapa macam infeksi bakteria atau virus dapat
menyebabkan abortus. Penyakit ibu yang kronis biasanya tidak menyebabkan
abortus, meskipun dapat menyebabkan kematian janin pada usia yang lebih lanjut
atau menyebabkan persalinan prematur. Kelainan pada uterus (rahim) dapat
menyebabkan abortus spontan.
2. Pembagian abortus spontan
Abortus Imminens (threatened abortion), yaitu adanya
gejala-gejala yang mengancam akan terjadi aborsi. Dalam hal demikian
kadang-kadang kehamilan masih dapat diselamatkan.
a.
Abortus Incipiens (inevitable abortion), artinya
terdapat gejala akan terjadinya aborsi, namun buah kehamilan masih berada di
dalam rahim. Dalam hal demikian kehamilan tidak dapat dipertahankan lagi.
b.
Abortus Incompletus, apabila sebagian dari buah
kehamilan sudah keluar dan sisanya masih berada dalam rahim. Pendarahan yang
terjadi biasanya cukup banyak namun tidak fatal, untuk pengobatan perlu
dilakukan pengosongan rahim secepatnya.
c.
Abortus Completus, yaitu pengeluaran keseluruhan
buah kehamilan dari rahim. Keadaan demikian biasanya tidak memerlukan
pengobatan.
d.
Missed Abortion. Istilah ini dipakai untuk
keadaan dimana hasil pembuahan yang telah mati tertahan dalam rahim selama 8
minggu atau lebih. Penderitanya biasanya tidak menderita gejala, kecuali tidak
mendapat haid. Kebanyakan akan berakhir dengan pengeluaran buah kehamilan
secara spontan dengan gejala yang sama dengan abortus yang lain.
Abortus Therapeuticus
Abortus therapeuticus adalah
pengakhiran kehamilan pada saat dimana janin belum dapat hidup demi kepentingan
mempertahankan kesehatan ibu. Menurut Undang-Undang di Indonesia tindakan ini dapat
dibenarkan. Keadaan kesehatan ibu yang membahayakan nyawa ibu dengan adanya
kehamilan adalah penyakit jantung yang berat, hypertensi berat, serta beberapa
penyakit kanker.
Di beberapa negara, termasuk dalam
kategori ini adalah kehamilan akibat perkosaan atau insect, dan pada keadaan
dimana bayi yang dikandungnya mempunyai cacat fisik atau mental yang berat. Di
negara-negara Eropa, aborsi diperbolehkan apabila ibu menderita campak Jerman
(German Measles) pada trimester pertama.
Elective Abortion
Aborsi sukarela adalah pengakhiran
kehamilan pada saat janin belum dapat hidup namun bukan karena alasan kesehatan
ibu atau janin. Pada masa kini, aborsi jenis inilah yang paling sering
dilakukan. Di Amerika Serikat, terjadi satu aborsi sukarela untuk tiap 3 janin
lahir hidup.
Eugenic Abortion: pengguguran yang dilakukan terhadap
janin yang cacat
METODE-METODE ABORSI
Urea
Karena bahaya penggunaan saline,
maka suntikan lain yang biasa dipakai adalah hipersomolar urea, walau metode
ini kurang efektif dan biasanya harus dibarengi dengan asupan hormon oxytocin
atau prostaglandin agar dapat mencapai hasil maksimal. Gagal aborsi atau tidak
tuntasnya aborsi sering terjadi dalam menggunakan metode ini, sehingga operasi
pengangkatan janin dilakukan. Seperti teknik suntikan aborsi lainnya, efek
samping yang sering ditemui adalah pusing-pusing atau muntah-muntah. Masalah
umum dalam aborsi pada trimester kedua adalah perlukaan rahim, yang berkisar
dari perlukaan kecil hingga perobekan rahim. Antara 1-2% dari pasien pengguna metode
ini terkena endometriosis/peradangan dinding rahim.
Prostaglandin
Prostaglandin merupakan hormon yang
diproduksi secara alami oleh tubuh dalam proses melahirkan. Injeksi dari
konsentrasi buatan hormon ini ke dalam air ketuban memaksa proses kelahiran
berlangsung, mengakibatkan janin keluar sebelum waktunya dan tidak mempunyai
kemungkinan untuk hidup sama sekali. Sering juga garam atau racun lainnya
diinjeksi terlebih dahulu ke cairan ketuban untuk memastikan bahwa janin akan
lahir dalam keadaan mati, karena tak jarang terjadi janin lolos dari trauma
melahirkan secara paksa ini dan keluar dalam keadaan hidup. Efek samping
penggunaan prostaglandin tiruan ini adalah bagian dari ari-ari yang tertinggal
karena tidak luruh dengan sempurna, trauma rahim karena dipaksa melahirkan,
infeksi, pendarahan, gagal pernafasan, gagal jantung, perobekan rahim.
Partial Birth Abortion
Metode ini sama seperti melahirkan
secara normal, karena janin dikeluarkan lewat jalan lahir. Aborsi ini dilakukan
pada wanita dengan usia kehamilan 20-32 minggu, mungkin juga lebih tua dari
itu. Dengan bantuan alat USG, forsep (tang penjepit) dimasukkan ke dalam rahim,
lalu janin ditangkap dengan forsep itu. Tubuh janin ditarik keluar dari jalan
lahir (kecuali kepalanya). Pada saat ini, janin masih dalam keadaan hidup.
Lalu, gunting dimasukkan ke dalam jalan lahir untuk menusuk kepala bayi itu
agar terjadi lubang yang cukup besar. Setelah itu, kateter penyedot dimasukkan
untuk menyedot keluar otak bayi. Kepala yang hancur lalu dikeluarkan dari dalam
rahim bersamaan dengan tubuh janin yang lebih dahulu ditarik keluar.
Histerotomy
Sejenis dengan metode operasi
caesar, metode ini digunakan jika cairan kimia yang digunakan/disuntikkan tidak
memberikan hasil memuaskan. Sayatan dibuat di perut dan rahim. Bayi beserta
ari-ari serta cairan ketuban dikeluarkan. Terkadang, bayi dikeluarkan dalam
keadaan hidup, yang membuat satu pertanyaan bergulir: bagaimana, kapan dan
siapa yang membunuh bayi ini? Metode ini memiliki resiko tertinggi untuk
kesehatan wanita, karena ada kemungkinan terjadi perobekan rahim.
Metode Penyedotan (Suction Curettage)
Pada 1-3 bulan pertama dalam
kehidupan janin, aborsi dilakukan dengan metode penyedotan. Teknik inilah yang
paling banyak dilakukan untuk kehamilan usia dini. Mesin penyedot bertenaga
kuat dengan ujung tajam dimasukkan ke dalam rahim lewat mulut rahim yang
sengaja dimekarkan. Penyedotan ini mengakibatkan tubuh bayi berantakan dan
menarik ari-ari (plasenta) dari dinding rahim. Hasil penyedotan berupa darah,
cairan ketuban, bagian-bagian plasenta dan tubuh janin terkumpul dalam botol
yang dihubungkan dengan alat penyedot ini. Ketelitian dan kehati-hatian dalam
menjalani metode ini sangat perlu dijaga guna menghindari robeknya rahim akibat
salah sedot yang dapat mengakibatkan pendarahan hebat yang terkadang berakhir
pada operasi pengangkatan rahim. Peradangan dapat terjadi dengan mudahnya jika
masih ada sisa-sisa plasenta atau bagian dari janin yang tertinggal di dalam
rahim. Hal inilah yang paling sering terjadi yang dikenal dengan komplikasi
paska-aborsi.
Metode D&C – Dilatasi dan Kerokan
Dalam teknik ini, mulut rahim
dibuka atau dimekarkan dengan paksa untuk memasukkan pisau baja yang tajam.
Bagian tubuh janin dipotong berkeping-keping dan diangkat, sedangkan plasenta
dikerok dari dinding rahim. Darah yang hilang selama dilakukannya metode ini
lebih banyak dibandingkan dengan metode penyedotan. Begitu juga dengan
perobekan rahim dan radang paling sering terjadi. Metode ini tidak sama dengan
metode D&C yang dilakukan pada wanita-wanita dengan keluhan penyakit rahim
(seperti pendarahan rahim, tidak terjadinya menstruasi, dsb). Komplikasi yang
sering terjadi antara lain robeknya dinding rahim yang dapat menjurus hingga ke
kandung kencing.
Pil RU 486
Masyarakat menamakannya “Pil Aborsi
Perancis”. Teknik ini menggunakan 2 hormon sintetik yaitu mifepristone dan
misoprostol untuk secara kimiawi menginduksi kehamilan usia 5-9 minggu. Di
Amerika Serikat, prosedur ini dijalani dengan pengawasan ketat dari klinik
aborsi yang mengharuskan kunjungan sedikitnya 3 kali ke klinik tersebut. Pada
kunjungan pertama, wanita hamil tersebut diperiksa dengan seksama. Jika tidak
ditemukan kontra-indikasi (seperti perokok berat, penyakit asma, darah tinggi,
kegemukan, dll) yang malah dapat mengakibatkan kematian pada wanita hamil itu,
maka ia diberikan pil RU 486.
Kerja RU 486 adalah untuk memblokir hormon
progesteron yang berfungsi vital untuk menjaga jalur nutrisi ke plasenta tetap
lancar. Karena pemblokiran ini, maka janin tidak mendapatkan makanannya lagi
dan menjadi kelaparan. Pada kunjungan kedua, yaitu 36-48 jam setelah kunjungan
pertama, wanita hamil ini diberikan suntikan hormon prostaglandin, biasanya
misoprostol, yang mengakibatkan terjadinya kontraksi rahim dan membuat janin
terlepas dari rahim. Kebanyakan wanita mengeluarkan isi rahimnya itu dalam 4
jam saat menunggu di klinik, tetapi 30% dari mereka mengalami hal ini di rumah,
di tempat kerja, di kendaraan umum, atau di tempat-tempat lainnya, ada juga
yang perlu menunggu hingga 5 hari kemudian. Kunjungan ketiga dilakukan
kira-kira 2 minggu setelah pengguguran kandungan, untuk mengetahui apakah
aborsi telah berlangsung. Jika belum, maka operasi perlu dilakukan (5-10 persen
dari seluruh kasus). Ada beberapa kasus serius dari penggunaan RU 486, seperti
aborsi yang tidak terjadi hingga 44 hari kemudian, pendarahan hebat,
pusing-pusing, muntah-muntah, rasa sakit hingga kematian. Sedikitnya seorang
wanita Perancis meninggal sedangkan beberapa lainnya mengalami serangan
jantung.
Suntikan Methotrexate (MTX)
Prosedur dengan MTX sama dengan RU
486, hanya saja obat ini disuntikkan ke dalam badan. MTX pada mulanya digunakan
untuk menekan pertumbuhan pesat sel-sel, seperti pada kasus kanker, dengan
menetralisir asam folat yang berguna untuk pemecahan sel. MTX ternyata juga
menekan pertumbuhan pesat trophoblastoid – selaput yang menyelubungi embrio
yang juga merupakan cikal bakal plasenta. Trophoblastoid tidak saja berfungsi
sebagai ‘sistim penyanggah hidup’ untuk janin yang sedang berkembang, mengambil
oksigen dan nutrisi dari darah calon ibu serta membuang karbondioksida dan
produk-produk buangan lainnya, tetapi juga memproduksi hormon hCG (human
chorionic gonadotropin), yang memberikan tanda pada corpus luteum untuk terus
memproduksi hormon progesteron yang berguna untuk mencegah gagal rahim dan
keguguran.
MTX menghancurkan integrasi dari
lingkungan yang menopang, melindungi dan menyuburkan pertumbuhan janin, dan
karena kekurangan nutrisi, maka janin menjadi mati. 3-7 hari kemudian, tablet
misoprostol dimasukkan ke dalam kelamin wanita hamil itu untuk memicu
terlepasnya janin dari rahim. Terkadang, hal ini terjadi beberapa jam setelah
masuknya misoprostol, tetapi sering juga terjadi perlunya penambahan dosis
misoprostol. Hal ini membuat cara aborsi dengan menggunakan suntikan MTX dapat
berlangsung berminggu-minggu. Si wanita hamil itu akan mendapatkan pendarahan
selama berminggu-minggu (42 hari dalam sebuah studi kasus), bahkan terjadi
pendarahan hebat. Sedangkan janin dapat gugur kapan saja – di rumah, di dalam
bis umum, di tempat kerja, di supermarket, dsb. Wanita yang kedapatan masih
mengandung pada kunjungan ke klinik aborsi selanjutnya, mau tak mau harus
menjalani operasi untuk mengeluarkan janin itu. Bahkan dokter-dokter yang
bekerja di klinik aborsi seringkali enggan untuk memberikan suntikan MTX karena
MTX sebenarnya adalah racun dan efek samping yang terjadi terkadang tak dapat
diprediksi.
Efek samping yang tercatat dalam
studi kasus adalah sakit kepala, rasa sakit, diare, penglihatan yang menjadi
kabur, dan yang lebih serius adalah depresi sumsum tulang belakang, kekuragan
darah, kerusakan fungsi hati, dan sakit paru-paru. Dalam bungkus MTX, pabrik
pembuat menuliskan peringatan keras bahwa MTX memang berguna untuk pengobatan
kanker, beberapa kasus artritis dan psoriasis, “kematian pernah dilaporkan pada
orang yang menggunakan MTX”, dan pabrik itu menyarankan agar hanya para dokter
yang berpengalaman dan memiliki pengetahuan tentang terapi antimetabolik saja
yang boleh menggunakan MTX. Meski para dokter aborsi yang menggunakan MTX
menepis efek-efek samping MTX dan mengatakan MTX dosis rendah baik untuk
digunakan dalam proses aborsi, dokter-dokter aborsi lainnya tidak setuju,
karena pada paket injeksi yang digunakan untuk aborsi juga tertera peringatan bahaya
racun walau MTX digunakan dalam dosis rendah
EFEK ABORSI
1. Efek
Jangka Pendek
a.
Rasa sakit yang intens
b.
Terjadi kebocoran uterus
c.
Pendarahan yang banyak
d.
Infeksi
e.
Bagian bayi yang tertinggal di dalam
f.
Shock/Koma
g.
Merusak organ tubuh lain
h.
Kematian
2. Efek
Jangka Panjang
a.
Tidak dapat hamil kembali
b.
Keguguran Kandungan
c.
Kehamilan Tubal
d.
Kelahiran Prematur
e.
Gejala peradangan di bagian pelvis
f.
Hysterectom
RESIKO ABORSI
Aborsi memiliki risiko penderitaan
yang berkepanjangan terhadap kesehatan maupun keselamatan hidup seorang wanita.
Tidak benar jika dikatakan bahwa seseorang yang melakukan aborsi ia ” tidak
merasakan apa-apa dan langsung boleh pulang “.
Resiko kesehatan terhadap wanita yang melakukan
aborsi berisiko kesehatan dan keselamatan secara fisik dan gangguan psikologis.
Risiko kesehatan dan keselamatan fisik yang akan dihadapi seorang wanita pada
saat melakukan aborsi dan setelah melakukan aborsi adalah ;
a.
Kematian mendadak karena pendarahan hebat.
b.
Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal.
c.
Kematian secara lambat akibat infeksi serius
disekitar kandungan.
d.
Rahim yang sobek (Uterine Perforation).
e.
Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations)
yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya.
f.
Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon
estrogen pada wanita).
g.
Kanker indung telur (Ovarian Cancer).
h.
Kanker leher rahim (Cervical Cancer).
i.
Kanker hati (Liver Cancer).
j.
Kelainan pada ari-ari (Placenta Previa) yang
akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya dan pendarahan hebat pada kehamilan
berikutnya.
k.
Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan
lagi ( Ectopic Pregnancy).
l.
Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory
Disease).
m.
Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis)
Proses aborsi bukan saja suatu
proses yang memiliki resiko tinggi dari segi kesehatan dan keselamatan seorang
wanita secara fisik, tetapi juga memiliki dampak yang sangat hebat terhadap
keadaan mental seorang wanita. Gejala ini dikenal dalam dunia psikologi sebagai
“Post-Abortion Syndrome” (Sindrom Paska-Aborsi) atau PAS. Gejala-gejala ini
dicatat dalam ” Psychological Reactions Reported After Abortion ” di dalam
penerbitan The Post-Abortion Review. Oleh sebab itu yang sangat penting untuk
diperhatikan dalam hal ini adanya perhatian khusus dari orang tua remaja
tersebut untuk dapat memberikan pendidikan seks yang baik dan benar.
BAB
III
KESIMPULAN
1.
Aborsi adalah keluar prematur dari hasil
konsepsi (janin, membran janin, dan plasenta) dari rahim. Ini adalah hilangnya
kehamilan dan tidak mengacu pada mengapa kehamilan yang hilang.Sebuah aborsi
spontan adalah sama dengan keguguran. Keguguran 3 atau lebih kehamilan
berturut-turut disebut aborsi kebiasaan.
2.
Penyebab Abortus secara garis besar ada 2 hal
penyebab Abortus, yaitu : Maternal dan Janin
3.
Abortus Provokatus ialah tindakan memperbolehkan
pengaborsian dengan syarat-syarat sebagai berrikut:
a. Abortus
yang mengancam (threatened abortion) disertai dengan perdarahan yang terus
menerus, atau jika janin telah meninggal (missed abortion).
b. Mola
Hidatidosa atau hidramnion akut.
c. Infeksi
uterus akibat tindakan abortus kriminalis.
4.
Aborsi adalah pengeluaran buah kehamilan dimana
buah kehamilan itu tidak mempunyai kemungkinan hidup di luar kandungan.
Sedangkan dunia kedokteran berpendapat bahwa janin yang lahir dengan berat
badan yang sama atau kurang dari 500 gram tidak mungkin hidup di luar
kandungan, meskipun ada laporan kedokteran yang menyatakan bahwa ada janin di
bawah 500 gram yang dapat hidup. Karena janin dengan berat badan 500 gram sama
dengan usia kehamilan 20 minggu, maka kelahiran janin dibawah 20 minggu
tersebut sebagai aborsi.
5.
METODE-METODE ABORSI
a. Urea
b. Prostaglandin
c. Partial
Birth Abortion
d. Histerotomy
e. Metode
Penyedotan (Suction Curettage)
f. Metode
D&C – Dilatasi dan Kerokan
g. Pil
RU 486
h. Suntikan
Methotrexate (MTX)
6.
Efek aborsi: rasa sakit yang intens, terjadi
kebocoran uterus, pendarahan yang banyak, tidak dapat hamil kembali, keguguran
kandungan, dan kehamilan Tubal
7.
Resiko aborsi
a. Kematian
mendadak karena pendarahan hebat.
b. Kematian
mendadak karena pembiusan yang gagal.
c. Kematian
secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan.
d. Rahim
yang sobek (Uterine Perforation).
DAFTAR
PUSTAKA
anonim. 2012. Pengertian
definisi aborsi.
http://pengertiandefinisiarti.blogspot.com/2012/03/pengertian-definisi-aborsi.html
Diakses hari jumat 14 Desember 2012
anonim. 2007. Metode-metode
aborsi. http://abortus.blogspot.com/2007/11/metode-metode-aborsi.html
Diakses hari jumat 14 Desember 2012
anonim. 2007. Abortus.
http://abortus.blogspot.com/search/label/Abortus Diakses hari jumat 14 Desember
2012
anonim. 2007. Resiko.
http://abortus.blogspot.com/search/label/Resiko Diakses hari jumat 14 Desember
2012
Comments
Post a Comment