MAKALAH KONSEP DIRI
BAB I
A. LATAR BELAKANG
Konsep Diri merupakan
salah satu penentu keberhasilan dalam suatu perkembangan. Konsep diri
berkembang secara bertahap dari mulai
bayi sampai dengan meninggal (Budi Anna Keliat, 1992, hlm. 2). Nama dan
panggilan merupakan aspek bahasa yang utama dalam membantu perkembangan
identitas terutama pada anak. Dengan memanggil nama, anak akan mengartikan
bahwa dirinya istimewa, unik dan mandiri. Konsep diri dipelajari melalui kontak
sosial dan pengalaman berhubungan dengan orang lain. Pandangan individu tentang
dirinya dipengaruhi oleh bagaimana individu tersebut mengartikan pandangan
orang lain tentang dirinya.
Dengan
kata lain konsep diri merupakan suatu gagasan komplek yang mempengaruhi cara
seseorang berpikir, berbicara, dan bertindak, cara seseorang dalam memandang
dan memperlakukan orang lain (Wahid & Nurul, 2007, hlm.233). Individu
dengan konsep diri yang positif akan terlihat efektif dari kemampuan
interpersonal, intelektual dan penugasan lingkungan. Apabila individu dengan
konsep diri yang negatif maka dapat dilihat dari hubungan individu dan sosial
yang maladaptif (Budi Anna Keliat, 1992, hlm. 2).
B. TUJUAN
1. Tujuan
Umum
a. Mahasiswa
mampu menjelaskan konsep diri
2. Tujuan
Khusus
a. Mahasiswa
mampu mendeskripsikan pengertian konsep diri
b. Mahasiswa
mampu mendeskripsikan komponen konsep diri
c. Mahasiswa
mampu mendeskripsikan tahap perkembangan konsep diri
d. Mahasiswa
mampu mendeskripsikan faktor yang mempengaruhi konsep diri
e. Mahasiswa
mampu mendeskripsikan kepribadian yang sehat
f. Mahasiswa
mampu mendeskripsikan karakteristik konsep diri rendah
BAB II
A. TINJAUAN PUSTAKA
1.
Pengertian
Konsep Diri
Konsep Diri
merupakan semua pikiran, keyakinan, dan kepercayaan yang membuat seseorang
mengetahui siapa dirinya dan memengaruhi hubungannya dengan orang lain (Stuart
& Sundeen, 1998). Cara individu melihat pribadinya secara utuh, menyangkut
aspek fisik, emosi, intelektual, sosial, dan spiritual. Termasuk di dalamnya
persepsi individu tentang sikap dan potensi yang dimilikinya, interaksinya
dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman
dan obyek tertentu, serta tujuan, harapan, dan keinginan individu itu sendiri
(Sunaryo, 2004).
Konsep diri
merupakan bagian dari masalah kebutuhan psikososial yang tidak didapat dari
sejak lahir, akan tetapi dipelajari sebagai hasil dari pengalaman seseorang
terhadap dirinya (A. Aziz Alimul H., 2006, hlm. 238). Konsep diri berkembang
secara bertahap sesuai dengan tahapan perkembangan psikososial seseorang.
Pembentukan konsep diri ini sangat dipengaruhi oleh asuhan orang tua dan
lingkungan. Individu dengan konsep diri yang positif dapat berfungsi lebih
efektif yang terlihat dari kemampuan interpersonal, kemampuan intelektual dan
penguasaan lingkungan. Sedangkan konsep diri yang negatif dapat dilihat dari
hubungan individu dan sosial yang maladaptif. Konsep diri merupakan suatu gagasan
kompleks yang mempengaruhi (Wahid & Nurul, 2007, hlm. 233) :
a) Cara
seseorang dalam berpikir, berbicara, dan bertindak.
b) Cara
seseorang dalam memandang dan memperlakukan orang lain.
c) Pilihan
yang harus diambil seseorang.
d) Kemampuan
untuk memberi dan menerima cinta.
e) Kemampuan
untuk bertindak dan mengubah sesuatu.
Rentang
respon konsep diri
Sumber
: Stuart dan Sundeen (1991, hlm. 374)
2.
Komponen
Konsep Diri
Konsep diri terdiri atas lima komponen, yakni citra tubuh,
ideal diri, harga diri, penampilan peran, dan identitas personal (Sunaryo,
2004). Konsep diri menurut Budi Anna Keliat (1992, hlm. 4) terdiri dari 5
komponen yaitu gambaran diri (body image), ideal diri, harga diri, peran, dan
identitas diri.
a) Citra
Tubuh
Citra tubuh adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara
sadar dan tidak sadar (Stuart dan Sundeen, 1991, hlm. 374). Sikap ini mencakup
sikap individu terhadap tubuhnya sendiri, termasuk penampilan fisik, struktur,
dan fungsinya. Perasaan mengenai citra diri meliputi hal-hal yang terkait
dengan seksualitas, femininitas dan maskulinitas, keremajaan, kesehatan, dan
kekuatan. Beberapa hal terkait dengan citra diri antara lain (Wahid &
Nurul, 2007, hlm.234) :
1) Fokus
individu terhadap bentuk fisiknya lebih terasa pada usia remaja.
2) Bentuk
tubuh, tinggi badan, berat badan, serta tanda-tanda kelamin sekunder (mammae,
menstruasi, perubahan suara, pertumbuhan bulu) menjadi citra tubuh.
3) Cara
individu memandang dirinya berdampak penting terhadap aspek psikologis individu
tersebut.
4) Citra
tubuh seseorang sebagian dipengaruhi oleh sikap respons orang lain terhadap
dirinya, dan sebagian lagi oleh eksplorasi individu terhadap dirinya.
5) Gambaran
yang realistis tentang menerima dan menyukai bagian tubuh akan memberi rasa
aman serta mencegah kecemasan dan meningkatkan harga diri.
6) Individu
yang stabil, realistis, dan konsisten terhadap citra tubuhnya dapat mencapai
kesuksesan hidup.
b) Ideal
Diri
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia
harus berperilaku sesuai standar pribadi (Stuart dan Sundeen, 1991, hlm. 375). Ideal
diri akan mewujudkan cita-cita dan harapan pribadi. Beberapa hal yang berkaitan
dengan ideal diri diantaranya (Wahit & Nurul, 2007, hlm. 235) :
1) Pembentukan
ideal diri pertama kali terjadi pada masa kanak-kanak.
2) Masa
remaja terbentuk melalui proses identifikasi terhadap orang tua, guru, dan
teman.
3) Ideal
diri dipengaruhi oleh orang-orang yang dianggap penting dalam memberikan
tuntunan dan harapan.
4) Ideal
diri mewujudkan cita-cita dan harapan pribadi berdasarkan norma keluarga dan
sosial.
Faktor yang mempengaruhi ideal diri (Budi Anna Keliat, 1992,
hlm. 6) :
1) Kecenderungan
individu menetapkan ideal diri pada batas kemampuannya.
2) Faktor
budaya akan mempengaruhi individu menetapkan ideal diri. Kemudian standar ini
dibandingkan dengan standar kelompok teman.
3) Ambisi
dan keinginan untuk melebihi dan berhasil, kebutuhan yang realistis, keinginan
untuk menghindari kegagalan, perasaan cemas dan rendah diri.
c) Harga
Diri
Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang
dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri (Stuart
dan Sundeen, 1991, hlm 376). Jika individu selalu sukses maka cenderung harga
dirinya akan tinggi dan jika mengalami gagal maka cenderung harga diri akan
menjadi rendah. Harga diri dapat diperoleh melalui penghargaan dari diri
sendiri maupun dari orang lain.
Coopersmith (dikutip oleh Stuart dan Sundeen, 1991, hlm. 376)
menguraikan empat cara meningkatkan harga diri pada anak :
1) Memberi
kesempatan berhasil.
Beri tugas yang kemungkinan dapat
diselesaikan, kemudian beri pengakuan dan pujian akan keberhasilannya. Jangan
memberi tugas yang sudah diketahui tidak akan dapat diselesaikan.
2) Menanamkan
gagasan.
Berikan gagasan yang dapat memotivasi
kreatifitas anak untuk berkembang.
3) Mendorong
aspirasi
Pertanyaan dan pendapat anak perlu
ditanggapi dengan memberi penjelasan yang sesuai. Berikan pengakuan dan
sokongan untuk aspirasi yang positif sehingga anak memandang dirinya diterima
dan bermakna.
4) Membantu
membentuk koping
Pada tiap tahap perkembangan, individu
mempunyai tugas perkambangan yang harus diselesaikan. Individu perlu
mengembangkan koping untuk menghadapi kemungkinan yang terjadi dalam
penyelesaian tugas.
Harga diri yang rendah berhubungan dengan hubungan
interpersonal yang buruk dan terutama menonjol pada klien skizofrenia dan
depresi (Stuart dan Sundeen, 1991, hlm. 377).
d) Penampilan
Peran
Penampilan peran adalah pola sikap, perilaku, nilai dan
tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya dimasyarakat (Beck,
dkk, 1984, hlm 302). Setiap orang disibukkan oleh beberapa peran yang
berhubungan dengan posisi pada tiap waktu, sepanjang daur kehidupan. Misalnya,
sebagai anak, istri, suami, mahasiswa, perawat dan teman. Posisi dibutuhkan
oleh individu sebagai aktualisasi diri. Strees peran terdiri dari beberapa
peran yaitu (Budi Anna Keliat, 1992, hlm. 9) :
1) Konflik
peran
Dialami jika peran yang diminta konflik
dengan sistem individu atau dua peran yang konflik satu sama lain.
2) Peran
yang tidak jelas
Terjadi jika individu diberi peran yang
tidak jelas dalam hal perilaku dan penampilan yang diharapkan.
3) Peran
yang tidak sesuai
Terjadi jika individu dalam proses
transisi merubah nilai dan sikap. Misalnya seseorang yang masuk dalam satu
profesi, dimana terdapat konflik antara nilai individu dan profesi.
4) Peran
berlebih
Terjadi jika seseorang individu menerima
banyka peran misalnya sebagai istri, mahasiswa, perawat, ibu. Individu dituntut
melakukan banyak hal teteapi tidak tersedia waktu untuk menyelesaikannya.
Banyak faktor yang mempengaruhi dalam menyesuaikan diri
dengan peran yang harus dilakukan (Stuart dan Sundeen, 1991, hlm. 377) :
1) Kejelasan
perilaku dan pengetahuan yang sesuai dengan peran.
2) Konsistensi
respon orang yang berarti terhadap peran yang dilakukan.
3) Kesesuaian
dan keseimbangan antar peran yang diemban.
4) Keselarasan
budaya dan harapan individu terhadap perilaku peran.
5) Pemisahan
situasi yang akan menciptakan ketidaksesuaian perilaku peran.
e) Identitas
Personal
Identitas adalah kesadaran akan diri sendiri yang bersumber
dari observasi dan penilaian, yang merupakan sintesa dari semua aspek konsep
diri sebagai suatu kesatuan yang utuh (Stuart dan Sundeen, 1991, hlm. 378).
Beberapa hal yang penting terkait dengan identitas personal antara lain (Wahid
& Nurul, 2007, hlm. 237) :
1) Identitas
personal terbentuk sejak masa kanak-kanak bersamaan dengan pembentukan konsep
diri.
2) Individu
yang memiliki identitas pesonal yang kuat akan memandang dirinya tidak sama
dengan orang lain, unik, dan tidak ada duanya.
3) Identitas
kelamin berkembang secara bertahap sejak bayi.
4) Identitas
kelamin dimulai dengan konsep laki-laki dan perempuan, dan banyak dipengaruhi
oleh pandangan maupun perlakuan masyarakat.
5) Kemampuan
timbul dari perasaan berharga, sikap menghargai diri sendiri, kemampuan, dan
penugasan diri.
6) Individu
yang mandiri dapat mengatur dan menerima dirinya.
Meier (dikutip oleh Stuart dan Sundeen, 1991, hlm. 389) mengidentifikasi
6 ciri identitas ego :
1)
Mengenal diri sendiri sebagai organisme yang utuh
dan terpisah dari orang lain.
2)
Mengakui jenis kelamin sendiri.
3)
Memandang berbagai aspek dalam dirinya sebagai
suatu keselarasan.
4)
Menilai diri sendiri sesuai dengan penilaian
masyarakat.
5)
Menyadari hubungan masa lalu, sekarang, dan yang
akan datang.
6)
Mempunyai tujuan yang bernilai dan yang dapat
direalisasikan.
3.
Tahap
Perkembangan Konsep Diri
Konsep diri ini dapat dipelajari. Sebagai contoh konsep diri
seorang anak merupakan suatu hasil atas perubahan-perubahan yang terjadi selama
masa-masa perkembangan awal (Whiling, 1986). Peningkatan harga diri pada
seorang anak akan mengembangkan hubungan-hubungan sosial yang bermakna dan akan
menguasai peran/tugas-tugasnya (Capernito, 2000, hlm. 840). Anak yang baru
menginjak remaja berada pada saat tumbuhnya rasa percaya diri sebagaimana orang
dewasa, mereka berjuang untuk menetapkan suatu identitas dan perasaan dirinya
dan teman-teman sebayanya. Menurut teori psikososial perkembangan Erik H.
Erikson (dikutip oleh A. Aziz Alimul H, 2006, hlm. 239) konsep diri dapat dibagi
ke dalam beberapa tahap, yaitu :
Usia
0-1 tahun
a) Menumbuhkan
rasa percaya dari konsistensi dalam interaksi pengasuhan dan pemeliharaan yang
dilakukan oleh orang tua atau orang lain.
b) Membedakan
dirinya dari lingkungan.
Usia
1-3 tahun
a) Mulai
menyatakan apa yang disukai dan yang tidak disukai.
b) Meningkatnya
kemandirian dalam berpikir dan bertindak.
c) Menghargai
penampilan dan fungsi tubuh.
d) Mengembangkan
diri dengan mencontoh orang yang dikagumi, meniru, dan bersosialisasi.
Usia
3-6 tahun
a) Memiliki
inisiatif.
b) Mengenali
jenis kelamin.
c) Meningkatnya
kesadaran diri.
d) Meningkatnya
keterampilan berbahasa, termasuk pengenalan akan perasaan seperti senang,
kecewa, dan sebagainya.
e) Sensitif
terhadap umpan balik dari keluarga.
Usia 6-12 tahun
a) Menggabungkan
umpan balik dari teman sebaya dan guru, keluarga tidak lagi dominan.
b) Meningkatnya
harga diri dengan penguasaan keterampilan baru (misalnya membaca, matematika,
olahraga, musik)
c) Menguatnya
identitas seksual.
d) Menyadari
kekuatan dan kelemahan.
Usia 12-20 tahun
a) Menerima
perubahan tubuh/kedewasaan.
b) Belajar
tentang sikap, nilai, dan keyakinan, menentukan tujuan masa depan.
c) Merasa
positif atas berkembangnya konsep diri.
d) Berinteraksi
dengan orang-orang yang menurutnya menarik secara seksual atau intelektual.
Usia 20-40 tahun
a) Memiliki
hubungan yang intim dengan keluarga dan orang-orang lain.
b) Memiliki
perasaan yang stabil dan positif mengenai diri.
c) Mengalami
keberhasilan transisi peran dan meningkatnya tanggung jawab.
Usia 40-60 tahun
a) Dapat
menerima perubahan penampilan dan ketahanan fisik.
b) Mengevaluasi
ulang tujuan hidup.
c) Merasa
nyaman dengan proses penuaan.
Usia diatas 60 tahun
a) Merasa
positif mengenai hidup dan makna kehidupan.
b) Berkeinginan
untuk meninggalkan warisan bagi generasi berikutnya.
4.
Faktor
yang Mempengaruhi Konsep Diri
Menurut Wahid dan Nurul (2007, hlm.238-239) faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi konsep diri yaitu :
a) Tingkat
perkembangan dan kematangan
Perkembangan anak seperti dukungan mental,
perlakuan, dan pertumbuhan anak akan memengaruhi konsep dirinya. Seiring
perkembangannya, faktor-faktor yang memengaruhi konsep diri individu akan
mengalami perubahan. Sebagai contoh, bayi membutuhkan lingkungan yang mendukung
dan penuh kasih sayang, sedangkan anak membutuhkan kebebasan untuk belajar dan
menggali hal-hal baru.
b) Keluarga
dan budaya
Individu cenderung mengadopsi berbagai
nilai yang terkait dengan konsep diri dari orang-orang yang terdekat dari
dirinya. Dalam konteks ini, anak-anak banyak mendapat pengaruh nilai dari
budaya dan keluarga tempat ia tinggal. Selanjutnya, perasaan akan diri mereka
akan banyak dipengaruhi oleh teman sebayanya. Hal ini akan terganggu saat anak
harus membedakan antara harapan orang tua, budaya, dan harapan teman sebaya.
c) Faktor
eksternal dan internal
Kekuatan dan perkembangan individu sangat
berpengaruh terhadap konsep diri mereka. Pada dasarnya, individu memiliki dua
sumber kekuatan, yakni sumber eksternal dan sumber internal. Sumber eksternal
meliputi dukungan masyarakat yang ditunjang dengan kekuatan ekonomi yang
memadai. Sedangkan sumber internal meliputi kepercayaan diri dan nilai-nilai
yang dimiliki.
d) Pengalaman
Ada kecenderungan bahwa konsep diri yang
tinggi berasal dari pengalaman masa laluyang sukses. Demikian pula sebaliknya,
riwayat kegagalan masa lalu akan membuat konsep diri menjadi rendah.
e) Penyakit
Kondisi sakit juga dapat mempengaruhi
konsep diri seseorang. Seorang wanita yang menjalani operasi mastektomi mungkin
akan menganggap dirinya kurang menarik, dan ini akan memengaruhi caranya dalam
bertindak dan menilai diri sendiri.
f) Stresor
Streesor dapat memperkuat konsep diri
seseorang apabila ia mampu mengatasinya dengan sukses. Di sisi lain, stresor
juga dapat menyebabkan respons maladptif, seperti menarikdiri, ansietas, bahkan
penyalahgunaan zat. Mekanisme koping yang gagal dapat menyebabkan seseorang
merasa cemas, menarik diri, depresi, mudah tersinggung, rasa bersalah, dan
marah, hal ini akan memengaruhi konsep diri mereka.
5.
Kepribadian
Yang Sehat
Berikut adalah uraian
pengalaman yang akan dialami oleh individu yang mempunyai kepribadian yang
sehat (Stuart dan Sundeen, 1991, hlm. 379)
a) Gambaran
diri positif dan akurat
Kesadaran akan diri berdasarkan atas
observasi mandiri dan perhatian yang sesuai akan kesehatan diri. Termasuk
persepsi saat ini dan yang lalu, akan diri sendiri, dan perasaan tentang
ukuran,fungsi, penampilan, dan potensi tubuh.
b) Ideal
diri realistis
Individu yang mempunyai ideal diri yang
realistis akan mempunyai tujuan hidup yang dapat dicapai.
c) Konsep
diri positif
Konsep diri positif menunjukkan bahwa individu
akan sukses di dalam hidupnya.
d) Harga
diri tinggi
Seseorang yang mempunyai harga diri yang
tinggi akan memandang dirinya sebagai seorang yang berarti dan bermanfaat. Ia
memandang dirinya sangat sama dengan apa yang ia inginkan.
e) Kepuasan
penampilan peran
Individu yang mempunyai kepribadian yang
sehat akan dapat berhubungan dengan orang lain secara intim dan mendapat
kepuasan. Ia dapat mempercayai dan terbuka pada orang lain dan membina hubungan
interdependen.
f) Identitas
jelas
Individu merasakan keunikan dirinya, yang
memberi arah kehidupan dalam mencapai tujuan.
6.
Karakteristik
Konsep Diri Rendah
Berikut
karakteristik konsep diri rendah (Carpenito, 1995 dalam Taylor) :
a) Menghindari
sentuhan atau melihat bagian tubuh tertentu.
b) Tidak
mau berkaca.
c) Menghindari
diskusi tentang topik dirinya.
d) Menolak
usaha rehabilitasi.
e) Melakukan
usaha sendiri dengan tidak tepat.
f) Mengingkari
perubahan pada dirinya.
g) Peningkatan
ketergantungan pada yang lain.
h) Tanda
dari keresahan seperti marah, keputusasaan, dan menangis.
i)
Menolak berpartisipasi dalam perawatan dirinya.
j)
Tingkah laku yang merusak seperti penggunaan
obat-obatan dan alkohol.
k) Menghindari
konrak sosial.
l)
Kurang bertanggung jawab.
BAB III
A. KESIMPULAN
1. Konsep
diri merupakan semua pikiran, keyakinan, dan kepercayaan yang membuat seseorang
mengetahui siapa dirinya dan memengaruhi hubungannya dengan orang lain (Stuart
& Sundeen, 1998).
2. Komponen
konsep diri terdiri dari 5 komponen yaitu (Budi Anna Keliat, 1992) :
a. Gambaran
diri
b. Ideal
diri
c. Harga
diri
d. Peran
e. Identitas
diri
3. Tahap
perkembangan konsep diri
Pengingkatan
harga diri pada seorang anak akan mengembangkan hubungan-hubungan sosial yang
bermakna dan akan menguasai peran/tugas-tuganya. Anak yang baru menginjak
remaja berada pada saat tumbuhnya rasa percaya diri sebagaimana orang dewasa,
mereka berjuang untuk menetapkan suatu identitas dan perasaan dirinya dan
teman-teman sebayanya.
4. Faktor-faktor
yang mempengaruhi konsep diri (Wahit & Nurul, 2007, hlm. 238-239) :
a. Tingkat
perkembangan dan kematangan
b. Keluarga
dan budaya
c. Faktor
eksternal dan internal
d. Pengalaman
e. Penyakit
f. Stresor
5. Kepribadian
yang sehat (Stuart & Sundeen, 1991, hlm. 379) :
a. Gambaran
diri
Kesadaran akan diri berdasarkan atas
observasi mandiri dan perhatian yang sesuai akan kesehatan diri.
b. Ideal
diri realistis
Individu yang mempunyai ideal diri yang
realistis akan mempunyai tujuan hidup yang dapat dicapai.
c. Konsep
diri positif
Konsep diri positif menunjukkan bahwa
individu akan sukses di dalam hidupnya.
d. Harga
diri tinggi
Seseorang yang mempunyai harga diri yang
tinggi akan memandang dirinya sebagai seorang yang berarti dan bermanfaat.
e. Kepuasan
penampilan peran
Individu yang mempunyai kepribadian yang
sehat akan dapat berhubungan dengan orang lain secara intim dan mendapat
kepuasan
f. Identitas
peran
Individu merasakan keunikan dirinya, yang
memberi arah kehidupan dalam mencapai tujuan.
6. Karakteristik
konsep rendah diri (Capernito, 1995 dalam Taylor)
a. Menghindari
sentuhan atau melihat bagian tubuh tertentu
b. Tidak
mau berkaca
c. Menghindari
diskusi topik dirinya
d. Menolak
usaha rehabilitasi
e. Melakukan
usaha sendiri dengan tidak tepat
f. Mengingkari
perubahan pada dirinya
g. Peningkatan
ketergantungan pada yang lain
h. Tanda
dari keresahan seperti marah, keputusasaan, dan menangis
i.
Menolak berpartisipasi dalam perawatan dirinya
j.
Tingkah laku yang merusak seperti penggunaan
obat-obatan dan alkohol
k. Menghindari
kontrak sosial
l.
Kurang bertanggung jawab
B. SARAN
1. Perawat
harus menjalin hubungan yang baik dengan klien untuk terwujudnya asuhan
keperawatan yang dilakukan.
2. Perawat
harus mendengarkan dan mendorong pasien untuk mendiskusikan pikiran dan
perasaan klien.
3. Perawat
harus memberikan asuhan keperawatan yang tepat pada pasien dengan gangguan
konsep diri.
4. Perawat
harus menggunakan komunikais teraupetik dan respon empati.
DAFTAR
PUSTAKA
Carpenito, J.L. 2000.
Diagnosa Keperawatan: Aplikasi pada Praktik Klinis Edisi 6. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
H. Aziz Alimul, A. (2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dam Proses
Keperawatan. Jakarta: Penerbit Salemba Medika.
Keliat Anna Budi. (1992). Gangguan
Konsep Diri. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Mubarak, W.I. & Chayatin Nurul. (2007). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan
Aplikasi dalam Praktik. Jakarta: penerbit Buku Kedokteran EGC.
NANDA Internasional. (2009). Diagnosis Keperawatan NANDA 2009-2011. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Potter &
Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental
Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik Edisi 4. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Stuart, G.W., dan Sundeen, S.J. 1991. Principles and Practice of Psychiatric Nursing 4th ed. St. Louis:
Mosby Year Book.
Stuart, G.W. & Sundeen S.J. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Sunaryo. 2004. Psikologi
untuk Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Wartonah & Tarwoto. (2006). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan Edisi 3. Jakarta:
Penerbit Salemba Medika.
Wilkinson, M. Judith
& Ahern ,R. Nancy. (2012). Buku Saku
Diagnosis Keperawatan Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, & Kriteria Hasil NOC
Edisi 9 Edisi Revisi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Comments
Post a Comment