Skip to main content

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI

Pengkajian
Hal-hal yang perlu untuk dikaji dalam konsep diri yaitu :
1.      Menurut Judith dan Ahern (2012, hlm. 73) Citra tubuh yang perlu dikaji yaitu :
a)    Kaji dan dokumentasikan respons verbal dan nonverbal pasien terhadap tubuh pasien.
b)    Kaji mekanisme koping yang biasa digunakan pasien.
c)    Peningkatan citra tubuh:
Kaji harapan pasien tentang citra tubuh berdasarkan tahap perkembangan
Kaji apakah persepsi ketidaksukaan terhadap karakteristik fisik tertentu membuat disfungsi paralisis sosial bagi remaja dan pada kelompok risiko tinggi lainnya.
Kaji apakah perubahan fisik saat ini telah dikaitkan ke dalam citra tubuh pasien.
Kaji pengaruh budaya, agama, ras, jenis kelamin, dan usia pasien menyangkut citra tubuh.
Kaji frekuensi pernyataan kritik diri.

2.      Menurut Judith dan Ahern (2012, hlm. 401) identitas diri yang dikaji yaitu :
a)    Kaji kebutuhan untuk memperoleh bantuan dari departemen sosial dalam rencana asuhan bersama pasien dan keluarga.
b)   Peningkatan harga diri
Pantau pernyataan pasien tentang harga dirinya.
Kaji nilai apakah pasien percaya diri terhadap penilaiannya.
Pantau frekuensi ungkapan verbal yang negatif terhadap diri sendiri

3.      Menurut Judith dan Ahern (2012, hlm. 667) harga diri yang dikaji yaitu :
a)    Peningkatan harga diri :
Pantauan pernyataan pasien tentang harga diri
Tentukan rasa percaya diri pasien dalam penilaian diri
Pantau frekuensi ucapan peniadaan diri

4.      Menurut Judith dan Ahern (2012, hlm. 639) Penampilan peran
a)    Kaji durasi kesulitan yang diantisipasi dalam menjalankan peran.
b)   Kaji kebutuhan terhadap bantuan dari Lembaga Sosial untuk perencanaan perawatan dengan pasien atau keluarga.

5.      Menurut Capernito (2000, hlm.835-837)  pengkajian Ideal diri meliputi, yaitu :
a)    Kaji pandangan-pandangan diri pasien.
b)   Kaji identitas pasien.
c)    Kaji tanggung jawab terhadap peran/tugas yang dipikul pasien.
d)   Kaji masalah somatik pasien.
e)    Kaji afektif dan suasana batin pasien.
f)    Kaji penamampilan umum pasien.
g)   Kaji proses atau isi pikiran pasien.
h)   Kaji perilaku pasien.
i)     Kaji komunikasi pasien.
j)     Kaji kemampuan untuk membuat keputusan pasien.
k)   Kaji masalah nutrisi pasien.
l)     Kaji pola istirahat-tidur pasien.

Diagnosa keperawatan
Menurut NANDA Internasional (2012) Kemungkinan diagnosa keperawatan yang muncul untuk konsep diri yaitu :
a.       Gangguan citra tubuh
Batasan karakteristik
i.           Perilaku mengenai tubuh individu
ii.         Perilaku menghindari tubuh individu
iii.       Perilaku memantau tubuh individu
iv.       Respons nonverbal terhadap perubahan aktual pada tubuh (mis., penampilan, struktur, fungsi)
v.         Respons nonverbal terhadap persepsi perubahan pada tubuh (mis., penampilan, struktur, fungsi)
vi.       Verbalisasi perasaan yang mencerminkan perubahan pandangan tentang tubuh individu (mis., penampilan, struktur, fungsi)
vii.     Verbalisasi persepsi yang mencerminkan perubahan pandangan tentang tubuh (mis,. Penampilan, struktur, fungsi)

Faktor yang berhubungan
i.          Biofisik (misalnya, penyakit kronis, defek kongenital, dan kehamilan)
ii.        Kognitif/ persepsi (misalnya, nyeri kronis)
iii.      Kultural atau spiritual
iv.      Perubahan perkembangan
v.        Penyakit
vi.      Perseptual
vii.    Psikososial (misalnya, gangguan makan)
viii.  Krisis situasi (sebutkan)
ix.      Trauma atau cedera
Penanganan (misalnya, pembedahan, kemoterapi, dan radiasi)

b.      Gangguan identitas pribadi
Batasan karakteristik
i.          Sifat personal yang kontradiksi
ii.        Deskripsi faham tentang diri sendiri
iii.      Gangguan citra tubuh
iv.      Gangguan hubungan
v.        Merasa kosong
vi.      Merasa aneh
vii.    Perasaan yang berfluktuasi tentang diri sendiri
viii.  Kebingungan gender
ix.      Ketidakefektifan koping
x.        Ketidakefektifan performa peran
xi.      Ketidakmampuan membedakan stimulus internal dan eksternal
xii.    Ketidakpastian tentang tujuan
xiii.  Ketidakpatian tentang nilai (mis., mempertanyakan kepercayaan, agama, dan moral)

Faktor yang berhubungan
i.          Indoktrinasi cara beribadah
ii.        Diskontinuitas budaya
iii.      Diskriminasi prasangka
iv.      Disfungsi proses keluarga
v.        Ingesti zat kimia toksik
vi.      Inhalasi zat kimia toksik
vii.    Harga diri rendah
viii.  Kondisi manik
ix.      Gangguan kepribadian ganda
x.        Sindrom otak organik
xi.      Gangguan psikiatrik (mis., psikosis, depresi, gangguan disosiatif)
xii.    Krisis situasional
xiii.  Perubahan peran sosial
xiv.  Tahap pertumbuhan
xv.    Tahap perkembangan
xvi.  Penggunaan obat psikoaktif

c.       Harga diri rendah kronis
Batasan karakteristik
i.          Bergantung pada pendapat orang lain
ii.        Evaluasi diri bahwa individu tidak mampu menghadapi peristiwa
iii.      Melebih-lebihkan umpan balik negatif tentang diri sendiri
iv.      Secara berlebih mencari penguatan
v.        Ekspresi rasa bersalah
vi.      Ekspresi rasa malu
vii.    Sering kali kurang berhasil dalam peristiwa hidup
viii.  Enggan mencoba situasi baru
ix.      Enggan mencoba hal baru
x.        Perilaku bimbang
xi.      Kontak mata kurang
xii.    Perilaku tidak asertif
xiii.  Sering kali mencari penegasan
xiv.  Pasif
xv.    Menolak umpan balik positif tentang diri sendiri

Faktor yang berhubungan
i.          Ketidakefektifan adaptasi terhadap kehilangan
ii.        Kurang kasih sayang
iii.      Kurang persetujuan
iv.      Kurang keanggotaan dalam kelompok
v.        Persepsi ketidaksesuaian antara norma budaya dan diri
vi.      Persepsi ketidaksesuaian antara norma spiritual dan diri
vii.    Persepsi kurang rasa memiliki
viii.  Persepsi kurang dihargai oleh orang lain
ix.      Gangguan psikiatrik
x.        Kegagalan berulang
xi.      Penguatan negatif berulang
xii.    Peristiwa traumatik
xiii.  Situasi traumatik

d.      Harga diri rendah situasional
Batasan karakteristik
i.           Evaluasi diri bahwa individu tidak mampu menghadapi peristiwa
ii.         Evaluasi diri bahwa individu tidak mampu menghadapi situasi
iii.       Ekspresi ketidakberdayaan
iv.       Ekspresi ketidak-bergunaan
v.         Perilaku bimbang
vi.       Perilaku tidak asertif
vii.     Verbalisasi meniadakan diri
viii.   Secara verbal melaporkan tantangan situasional saat ini terhadap harga diri

Faktor yang berhubungan
i.           Perilaku tidak selaras dengan nilai
ii.         Perubahan perkembangan
iii.       Gangguan citra tubuh
iv.       Kegagalan
v.         Gangguan fungsional
vi.       Kurang penghargaan
vii.     Kehilangan
viii.   Penolakan
ix.       Perubahan peran social

e.       Ketidakefektifan perencanaan aktifitas
Batasan karakteristik
i.           Mengatakan ketakutan terhadap tugas yang akan dilakukan
ii.         Mengatakan kekhawatiran terhadap tugas yang akan dilakukan
iii.       Ansietas berlebihan terhadap tugas yang akan dilakukan
iv.       Kegagalan pola perilaku
v.         Kurang rencana
vi.       Kurang sumber
vii.     Kurang pengaturan
viii.   Sering menunda
ix.       Tujuan untuk aktivitas yang dipilih tidak tercapai

Faktor yang berhubungan
i.          Hambatan kemampuan memproses informasi
ii.        Perilaku berkelahi defensive dengan solusi terarah
iii.      Hedonism
iv.      Kurang dukungan keluarga
v.        Kurang dukungan teman
vi.      Persepsi tidak realistis terhadap peristiwa
vii.    Persepsi tidak realistis terhadap kompetensi pribadi

f.       Defisiensi pengetahuan
Batasan karakteristik
i.           Perilaku hiperbola
ii.         Ketidakakuratan mengikuti perintah
iii.       Ketidakakuratan performa uji
iv.       Perilaku tidak tepat (mis., hysteria, bermusuhan, agitasi, apatis)
v.         Pengungkapan masalah

Faktor yang berhubungan
i.           Keterbatasan kognitif
ii.         Salah interpretasi informasi
iii.       Kurang pajanan
iv.       Kurang minat dalam belajar
v.         Kurang dapat mengingat
vi.       Tidak familier dengan sumber informasi

Perencanaan
Tujuan asuhan keperawatan untuk klien dengan gangguan konsep diri meningkatkan konsep diri yang positif meliputi upaya membantu klien mengidentifikasi area kekuatan mereka dan mengevaluasi diri serta mengubah perilaku mereka.
1.    Gangguan citra tubuh
Yang berhubungan dengan :
a.    Biofisik (misalnya, penyakit kronis, defek congenital, dan kehamilan)
b.    Kognitif atau presepsi (misalnya, nyeri kronis)
c.    Kultural atau spiritual
d.   Perubahan perkembangan
e.    Penyakit
f.     Perseptual
g.    Psikososial (misalnya, gangguan makan)
h.    Krisis situasi
i.      Trauma atau cedera
j.      Penanganan (misalnya, pembedahan, kemotrapi ,dan radiasi)

Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4x24 jam diharapkan citra tubuh positif

Kriteria Hasil
a.    Klien dapat mengimplementasikan pola koping yang baru.
b.    Klien menyampaikan serta menunjukan penerimaan atas penampilannya (berhias, pakaian, postur, pola makan, penampilan diri).
c.    Gangguan citra tubuh berkurang yang dibuktikan oleh selalu menunjukkan adaptasi dengan ketunadayaan fisik, penyesuaian pfikososial : perubahan hidup, citra tubuh positif, tidak mengalami keterlambatan dalam perkembangan anak, harga diri positif.

Intervensi
a.    Bina hubungan saling percaya antara perawat dan klien.
b.    Dorong klien untuk meningkatkan interaksi sosial.
c.    Berikan intervensi khusus sesuai dengan situasi yang dihadapi klien.

Rasional
a.    Kontak sering yang dilakukan oleh pemberi asuhan menunjukkan penerimaan dan dapat meningkatkan rasa percaya klien. Klien mungkin ragu-ragu untuk mendekati staf karena konsep diri yang negatif.
b.    Interaksi sosial yang memperkuat kesan bahwa klien diterima dan bahwa sistem pendukung sebelumnya masih ada.
c.    Mengekspresikan perasaan dan persepsi yang dimiliki akan mengingkatkan kewaspadaan diri klien serta membantu perawat merencanakan intervensi yang efektif guna memenuhi klien.

2.    Gangguan Identitas Pribadi
Yang berhubungan dengan :
a)      Penyakit kronis
b)      Nyeri kronis
c)      Kelainan kongenital
d)     Gangguan psikologis (sebutkan)
e)      Krisis situasional (sebutkan)

Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4x24 jam diharapkan pasien mampu untuk menahan diri dari mencederai diri sendiri secara disengaja dan dapat mengetahui identitas diri sendiri.

Kriteria Hasil
a)     Pasien mengungkapkan secara verbal kejelasan tentang identitas personal selama
b)     Pasien mengungkapkan secara verbal penguatan tentang identitas personal selama
c)     Pasien memperlihatkan kesesuaian perilaku verbal dan nonverbal mengenai dirinya sendiri
d)    Pasien dapat membedakan diri sendiri dari lingkungannya
e)     Pasien dapat membedakan diri sendiri dari manusia lainnya
f)      Pasien dapat membangun batasan personal.

Intervensi
a.       Membantu pasien untuk menurunkan atau menghilangkan perilaku melukai diri sendiri atau menganiaya diri sendiri.
b.       Memberikan informasi dan dukungan kepada pasien yang membuat keputusan mengenai perawatan kesehatannya.
c.       Memberikan kenyamanan, keamanan, dan orientasi realitas kepada pasien yang mengalami kepercayaan yang salah dan kuat dan tidak atau hanya sedikit berdasar pada realitas.
d.      Melakukan pemantauan dan manipulasi lingkungan fisik untuk menurunkan potensial perilaku kekerasan terhadap diri sendiri, orang lain, atau lingkungan.
e.       Meningkatkan keamanan, kenyamanan, dan orientasi realitas pada pasien yang mengalami halusinasi.
f.        Membantu pasien untuk menggali dan memahami isi pikir, perasaan, motivasi, dan perilakunya.
g.       Membantu pasien untuk meningkatkan penilaian personalnya terhadap harga diri.

Rasional
a.       Pasien dapat menurunkan atau menghilangkan perilaku melukai diri sendiri atau menganiaya diri sendiri.
b.      Kebersamaan perlu untuk klien melakukan tanggung jawab tertinggi untuk perilaku dan respons koping.
c.       Pasien dapat memantau dan memanipulasi lingkungan fisik untuk menurunkan potensi perilaku kekerasan.
d.      Pasien aman ,nyaman, dan orientasi untuk pasien yang berhalusinasi.
e.       Lebih percaya diri dengan dirinya sendiri.

3.   Harga diri rendah kronis
Yang berhubungan dengan :
a)      Perubahan penampilan, gaya hidup, peran, dan respons orang lain, sekunder akibat penyakit kronis, kehilangan anggota tubuh, kehilangan fungsi tubuh, dan trauma berat.
b)      Perasaan terabaikan atau gagal, sekunder akibat perceraian, perpisahan, dan kehilangan pekerjaan.
c)      Hubungan yang tidak memuaskan
d)     Kehamilan remaja
e)      Pembedaan gender pada pola membesarkan anak
f)       Pengalaman menghadapi tindak kekerasan orang tua
g)      Kehilangan peran dan tanggung jawab

Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4x24 jam diharapkan pasien dapat mengidentifikasi aspek positif tentang dirinya dan mengaku bebas dari berbagai gejala depresi

Kriteria Hasil
a)        Pasien dapat mengungkapkan penerimaan diri secara verbal
b)        Pasien dapat mempertahankan kontak mata
c)        Pasien dapat mempertahankan higiene dan riasan
d)       Pasien dapaat menerima kritik dari orang lain
e)        Pasien dapat menceritakan keberhasilan dalam pekerjaan, sekolah, atau kelompok sosial

Intervensi
a.       Bantu individu mengurangi ketergantungan yang kuat
b.      Pertahankan kontak mata pasien
c.       Pertahankan hygiene dan riasan pasien
d.      Bantu individu mengekspresikan pikiran dan perasaannya
e.       Beri kesempatan untuk melakukan aktivitas sosial positif
f.       Berikan kesempatan mengembangkan keterampilan sosial dan vokasional
g.      Bantu dalam penggalian diri bila ansietas dan memungkinkan rasa percaya
h.      Ajarkan keterampilan untuk bersikap positif melalui bermain peran, model peran, diskusi, dsb.

Rasional
a.       Pasien tidak terlalu bergantung lagi pada orang lain
b.      Strategi yang diberikan berfokus pada upaya membantu klien menilai kembali perasaan negatif tentang dirinya dan mengidentifikasi berbagai atribut yang positif.
c.       Harga diri pasien menjadi harga diri yang positif
d.      Upaya melibatkan pasien dalam berbagai kegiatan penting untuk membantunya mengemban tanggung jawab utama bagi perilakunya sendiri.

Evaluasi
Evaluasi dilakukan pada setiap tahap proses keperawatan. Khusunya untuk menilai keberhasilan tindakan keperawatan, evaluasi ditujukan pada pencapaian tujuan.Hasil sukses dapat dilihat dari berkembangnya persepsi klien akan pertumbuhan dan perbandingan perilakunya dengan kepribadian yang sehat.

Comments

Popular posts from this blog

Dialog dengan Pasien Isolasi Sosial (Menarik Diri)

Contoh dialog sesuai Satuan Pelaksana pada pasien gangguan jiwa dengan isolasi diri atau menarik diri : Menarik  D iri   (Isolasi Sosial) Prolog Disebuah ruang arjuna terdapat terdapat pasien gangguan jiwa bernama Ny. S. Pasien masuk rumah sakit jiwa karena pasien asyik dengan pikirannya sendiri, tidak memiliki teman dekat, tidak adanya kontak mata, tampak sedih, efek tumpul serta melakukan tindakan berulang yang tidak bermakna sama sekali. Pasien juga merasa ditolak oleh keluarganya sendiri sehingga membuatnya kesepian. Diagnosa keperawatan untuk pasien yaitu isolasi sosial. SP 1 : Pasien membina hubungan saling percaya,membantu pasien mengenal penyebab isolasi sosial, membantu pasien mengenal keuntungan hubungan dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain dan mengajarkan pasien berkenalan. Perawat           : “ Assallamualaikum wr,wb ” Pasien              : (pasien hanya diam) Perawat           : “ Saya H saya senang dipanggil ibu Her… Saya perawat diruang maw

Dialog dengan Pasien Gangguan Jiwa Susaide SP 1

STRATEGI PELAKSANAAN SUSAIDE SP 1 A.       Kondisi klien Data Subjektif: 1.       Mengungkapkan keinginan bunuh diri 2.       Mengungkapkan keinginan untuk mati 3.       Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan 4.       Ada riwayat berulang percobaan bunuh diri sebelumnya dari keluarga 5.       Berbicara tentang kematian, menanyakan tentang dosis obat yang mematikan 6.       Mengungkapkan adanya konflik interpersonal 7.       Mengungkapkan telah terjadi korban perilaku kekerasan saat kecil Data Objektif: 1.       Impulsif 2.       Menunjukkan perilaku yang mencurigakan ( biasanya menjadi sangat patuh) 3.       Ada riwayat penyakit mental (depresi, psikosis, dan penyalahgunaan alkohol) 4.       Ada riwayat penyakit fisik (penyakit kronis atau penyakit terminal) 5.       Pengangguran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau kegagalan dalam karier) 6.       Status perkawinan yang tidak harmonis B.        Diagnosa keperawatan Risiko bunuh diri

Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) A.   LATAR BELAKANG Terapi kelompok merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan sekelompok pasien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau diarahkan oleh seorang therapist atau petugas kesehatan jiwa yang telah terlatih (Pedoman Rehabilitasi Pasien Mental Rumah Sakit Jiwa di Indonesia dalam Yosep, 2007). Sedangkan jumlah minimum 4 dan maksimum 10. Kriteria anggota yang memenuhi syarat untuk mengikuti TAK adalah : sudah punya diagnosa yang jelas, tidak terlalu gelisah, tidak agresif, waham tidak terlalu berat (Yosep, 2007). Terapi aktivitas kelompok (TAK) dibagi empat, yaitu terapi aktivitas kelompok stimulasi kognitif/persepsi, terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori, terapi aktivitas orientasi realita , dan terapi aktivitas kelompok sosialisasi (Keliat, 2006). Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah terapi yang menggunakan aktivitas sebagai stimulus terkait dengan pengalaman dan atau kehidup