Skip to main content
MAKALAH ANATOMI FISIOLOGI
FARING DAN LARING
Dosen Pengampu:
Wahyu Purwaningsih ,Ns, M.Sc


Disusun Oleh :
1.      Novita R.                                            C20110
2.      Oktavy Budi Kusumawardhani          C2011045
3.      Rizky Amin S.                                    C20110
4.      Tulus P.                                               C20110
5.      Yulia Handayani                                 C20110


S1 Ilmu Kepewatan
STIKES AISYIYAH SURAKARTA
2011/2012

BAB I
PENDAHULUAN
Hubungan faring dengan  proses respirasi. Faring yang sering disebut-sebut adalah bagian dari sistem pencernaan dan juga bagian dari sistem pernafasan. Hal ini merupakan jalan dari udara dan makanan. Udara masuk ke dalam rongga mulut atau hidung melalui faring dan masuk ke dalam laring. Nasofaring terletak di bagian posterior rongga hidung yang menghubungkannya melalui nares posterior. Udara masuk ke bagian faring ini turun melewati dasar dari faring dan selanjutnya memasuki laring. Kontrol membukanya faring, dengan pengecualian dari esofagus dan membukanya tuba auditiva, semua pasase pembuka masuk ke dalam faring dapat ditutup secara volunter. Kontrol ini sangat penting dalam pernafasan dan waktu makan, selama membukanya saluran nafas maka jalannya pencernaan harus ditutup sewaktu makan dan menelan atau makanan akan masuk ke dalam laring dan rongga hidung posterior.
Laring. Organ ini (kadang-kadang disebut sebagai Adam’s Apple) terletak di antara akar lidah dan trakhea. Laring terdiri dari 9 kartilago melingkari bersama dengan ligamentum dan sejumlah otot yang mengontrol pergerakannya. Kartilago yang kaku pada dinding laring membentuk suatu lubang berongga yang dapat menjaga agar tidak mengalami kolaps. Dalam kaitan ini, maka laring membentuk trakea dan berbeda dari bangunan berlubang lainnya. Laring masih terbuka kecuali bila pada saat tertentu seperti adduksi pita suara saat berbicara atau menelan. Pita suara terletak di dalam laring, oleh karena itu ia sebagai organ pengeluaran suara yang merupakan jalannya udara antara faring danlaring. 


Tujuan
1.     Mendeskripsikan  faring
2.     Mendeskripsikan  laring


BAB II
FARING
Adalah organ yang menghubungkan rongga mulut dengan kerongkongan, panjangnya ± 12 cm. Letaknya terbentang tegak lurus antara basis kranii setinggi vertebra servikalis IV ke bawah setinggi tulang rawan krikoidea. Faring dibentuk oleh jaringan yang kuat dan jaringan otot melingkar. Organ yang terpenting di dalam faring adalah tonsil yaitu kumpulan kelenjar limfe yang banyak mengandung limfosit untuk mempertahankan tubuh terhadap infeksi, menyaring, dan mematikan bakteri/mikroorganisme yang masuk melalui jalan pencernaan dan pernapasan. Faring berlanjut ke esofagus untuk pencernaan makanan.
Faring terdiri atas 3 bagian yaitu nasofaring, orofaring, dan laringo faring.

Nasofaring ( pars nasalis )
Adalah  nasofaring merupakan bagian superior yang menghubungkan hidung dengan faring. Bagian sampingnya terhadap muara apartura tuba auditorius eustakii yang menghubungkan nasofaring dengan telinga tengah. Bagian belakang atap dibentuk oleh lengkungan tulang basis oksipitalis dan pada lapisan mukosa dinding belakang yang berlipat-lipat banyka ditemukan limfoid yang disebut tonsila faringeal
.           Bagian faring yang terdapat di dorsal kavum nasi dan berhubungan dengan kavum nasi melalui konka dinding lateral yang dibentuk oleh:
1        M. Tensor palatini
2        M. Levator vili palatini membentuk palatum mole
3        M. Konstruktor faringis superior
Bagian lateral dinding nasofaring memiliki dua lubang.
a.         Osteum faring. Terletak di antara nasofaring dengan orofaring yang dibatasi oleh istmus faringis yaitu suatu penyempitan faring yang dibentuk oleh permukaan kranial palatum mole, arkus faringo palatinus, dan dinding belakang nasofaring ke bawah dengan orofaring. Di dalam nasofaring, orofaring dilapisi oleh mukosa sehingga permukaannya memiliki tonjolan otot dan tulang. Dengan terdapatnya palatum molle dapat mencegah makanan dan minuman masuk ke dalam rongga hidung ketika menela.
b.        Lubang medial (tuba faringeo timpani eustaki). Pada dinding lateral terdapat penonjolan, melalui penonjolan ini terlihat suaru lipatan ke dalam lumen faring. Otot ini dianggap sebagai bagian dorsal M. Farongeo palatinus. Pembesaran tonsil akan memperkecil konka sehingga mengganggu pernapasan melalui hidung dan dapat menyebabkan kehilangan pendengaran.

Orofaring (pars oralis)
            Adalah bagian media yang menghubungkan rongga mulut dengan faring. Pada bagian samping ditemukan jaringan limfoid (tonsila palatina) yang tersembunyi dalam lekuk fossa tonsilaris. Tonsila palatine adalah jaringan limfoid berbentuk gepeng yang dapat dilihat dengan mudah melalui mulut terbuka pada dinding samping. Dilapisi oleh kapsul dan melekat secara longgar pada otot konstruktor superior faring. Tonsila palatini, tonsila faringeal, dan tonsila langualis membentuk lingkaran jaringan limfoid yang disebut cincin waldeyer yang berfungsi untuk mekanisme pertahanan tubuh terhadap infeksi kuman dari luar dengan cara membunuh kuman.
            Orofaring mempunyai dua hubungan sebagai berikut:
a.         Ventral dengan kavum oris. Batas istmus fausin terdiri ats palatum molle arkus glasopatinus dekstra dan sinintra dorsum lingua. Di antara kedua arkus ini terdapat jaaringan limpoid disebut tonsi palatina (mandel) yang terdapat dalam lekukan yang disebut fossa tonsilaris. Fossa ini seluruhnya ditempati oleh tonsil untuk mencegah masuknya kuman melalui rongga mulut ke faring. Radiks lingua merupakan lanjutan dari dorsum lingua yang merupakan dinding ventral orofaring. Kaudal radiks lingua terletak pada tulang rawan, dihubungkan dengan epiglotis oleh tiga lipatan (2 plika glasso epiglotika lateralis dan 1 plika glasso epiglotika mediana). Di antara kedua lipatan ini terdapat bagian yang cekung disebut valecula epiglotika.
b.        Kaudal pada radius lingua. Memiliki lubang merupakan batas antara laring dan faring, selain itu juga terdapat lipatan antara faring disebut epiglotis yang merupakan batas antara oral dan laring.
  
Laringo faring (pars laringis)
            Laringo faring merupakan bagian interior yang menghubungkan laring dengan faring. Bagian paling bawah berhubungan dengan laring dan terbentang antara hyoid dengan esofagus. Laringo faring berhubungan dengan laring melalui mulut yaitu auditus laringeus. Dinding depan laringo faring memiliki plika laringisi epiglotika. Lekuk ini mempunyai dinding medial dan lateral. Kedua dinding tersebut bersatu di daerah ventral yang dapat dilihat sebagai tonjolan yang disebut sublingual dan submaksilaris. Antara arkus glassopalatinus dan arkus faringeo palatinus terdapat tonsil palatine, sedangkan atap nasofaring berhadapan dengan tonsil faringeal. Pada radiks lingua terdapat bangunan seperti lingkaran, apabila tonsil palatine membesar maka akan memperkecil istmus fausim.

Lapisan dinding faring :
1        Tunika mukosa, sifatnya kuat dan elastis, berhubungan longgar dengan tunika muskularis dan letaknya melebar ke arah bawah.
2        Tunika muskularis: terdiri dari otot berlapis muskulus konstriktor laringis (superior, medius, dan inferior)
3        Tunika adventisia.

Faring pada Proses Menelan
            Proses menelan (deglutition) merupakan mekanisme kompleks. Pada saat terjadi proses menelan, faring melakukan gerakan untuk mencegah masuknya makanan ke jalan pernapasan dengan cara menutup sementara selama beberapa detik dan mendorong makanan masuk ke dalam esofagus agar tidak membahayakan pernapasan. Dalam hal ini terjadi penyilangan antara jalan makanan dengan jalan pernapasan, jalan makanan masuk ke belakang  jalan pernapasan melewati epiglotis lateral melalui filiformis masuk ke esofagus. Proses menelan dibagi dalam 3 tahap yaitu stadium volunter, stadium faringeal, dan stadium esofageal.
1        Stadium volunter: bolus melalui tiang depan istmus fausium, makanan siap untuk ditelan dan secara sadar makanan didorong ke belakang mulut oleh tekanan lidah ke atas dan belakang terhadap palatum. Lidah memaksa bolus masuk ke dalam faring dan berjalan secara otomatis dan tidak dapat dihentikan,
2        Stadium faringeal: apabila bolus telah didorong ke belakang mulut, bolus akan merangsang reseptor menelan yang terletak di sekitar pintu faring melalui serrangkaian kontraksi otot faring otomatis. Palatum molle didorong ke atas menutup faring posterior gunu mencegah refleks makanan ke dalam rongga mulut. Arkus palatofaringeal tertarik ke tengah dan saling berdekatan dengan arkus-arkus untuk membentuk celah  lewat faring posterior. Epiglotis mengayun ke belakang dan ke atas pintu superior laring untuk mencegah masuknya makanan ke dalam trakea. Saluran laring ditarik ke atas dan ke depan oleh otot lidah dengan merengankan pintu esofagus sehingga makanan masuk dengan mudah. Kontraksi ini mencegah udara masuk ke dalam esofagus ketika bernapas. Pada saat laring terangkat sfingter esofagus relaksasi, muskulus konstruktor faring superior berkontraksi sehingga menimbulkan gelombang makanan ke dalam esofagus. Proses ini berlangsung 1-2 detik.
3        Stadium esofageal: pada stadium ini faring menghantarkan makanan yang sudah ditelan dari faring ke lambung dengan pergerakan khusus yang disesuaikan dengan peristaltik dengan dua jenis pergerakan (gelombang) yaitu :
a.         Gelombang peristaltik primer: lanjutan gelombang peristaltik faring dan menyebar ke esofagus, selama stadium faringeal bila gagal timbul gelombang peristaltik sekunder.
b.         Gelombang peristaltik sekunder: terjadi akibat rangsangan esofagus oleh makanan yang tertinggal. Gelombang ini terus terbentuk sampai semua makanan masuk ke dalam lambung. Gelombang ini dikontrol oleh refleks esofagus dihantarkan melalui saraf aferens vagus dari esofagus ke medulla oblongata kembali ke esofagus melalui serat eferans vagus.

Laring (Pangkal Tenggorok)
            Laring atau pangkal tenggorok merupakan jalinan tulang rawan yang dilengkapi dengan otot, membran jaringan ikat, dan ligamentum. Bagian atas laring membentuk tepi epiglotis. Lipatan dari epiglotis aritenoid dan pita interaritenoid dari sebelah bawah tepi kartilago krikoid. Tepi tulang dari pita suara asli kiri dan kanan membatasi daerah epiglotis disebut supraglotis dan bagian bawah disebut subglotis.

Rangka Laring
            Rangka laring terdiri atas bagian-bagian sebagai berikut:
1      Kartilago tiroidea: terdiri atas dua lamina yang membuat sudut tepi dorsal. Tiap lamina sebagai kornu superior dan kornu inferior ke kaudal.
2      Kartilago krikoidea: berbentuk cincin, memiliki bagian ventral yang sempit disebut arkus, sedangkan bagian yang lebar disebut lamina.
3      Kartilago aritenoidea: sepasang tulang rawan berbentuk segitiga dengan apeks di kranial. Pada  bagian ini terdapat kartilago kornikuulata dan kartilago epiglotika.
4      Kartilago epiglotika: berbentuk sebagai kaudal meruncing disebut peptiolus.
5      Os hioid dan kartilagines: laring (tulang) lidah bentuknya seperti tapak kuda terdiri atas:
a.    Korpus ossis hioid (bagian tengah),
b.    Kornu minus (tiga tonjolan tulang kecil) yang mengecil ke kranialis di pertengahan tulang,
c.    Kornu mayus: bagian belakang tulang mulai dari bagian lateral korpus hioid.

Artikulasi Laring
1.    Artikulasi krikoitiroidea: suatu sumbu yang hampir tegak lurus pada fasia artikularis yang terletak di dalam bidang frontal.
2.    Artikulasi krikoaritenoidea: pergerakan artikulasi ke medioventro kaudal dan latero dorsokranial, pergerakan ke arah yang sama.

Ligamen Pada Laring
1.    Ligamen krikoisdeum medium/vebtral: terletak antara kartilago tiroid dengan krikoid. Garis tengah merupakan bagian yang kuat disebut konus klastikus.
2.    Ligamen kriko aritenoideum: terletak antara permukaan dorsal kartilago aritenoidea dan pinggir dorsal kartilago tiroidea.
3.    Ligamen kornikulo faringikum: terletak antara puncak kartilago aritenoidea dan doral kartilago aritenoidea.
4.    Ligamen hiotiroideum lateral: terletak antara kornu superior kartilago tiroidea dan kornu mayus ossis hioid.
5.    Membran hiotiroideum: terletak antara korpus ossis hiodeus dan insisura kartilaginis tiroidea.
6.    Ligamen hioepiglotikum: terletak antara korpus ossis hioidea dan puncak epiglotis.
7.    Membran quadrangularis: terletak antara tepi lateral kartilago epiglotis dan tepi ventral kartilago aritenoidea.
Potongan posterior ligamen-ligamen pada laring.

Vokalis
            Berbicara melibatkan sistem respiratori yang meliputi bagian-bagian berikut ini:
1.      Pusat khusus pengaturan bicara
2.      Pusat respirasi di dalam batang otak
3.      Artikulasi dan struktur resonansi
Berbicara mempunyai dua fungsi mekanisme yang terpisah yaitu:
Fonasi
            Fonasi disesuaikan dengan vibrator atau pita suara yang bentuknya seperti lipatan sepanjang dinding lateral laring yang diatur posisinya oleh otot khusus dalam batas laring. Struktur dasar laring memperlihatkan bahwa setiap pita suara diregangkan antara kartilago tiroidea dan kartilago aritoidea. Otot-otot yang khusus ini mengatur tingkat posisi dan tingkat peregangan pita suara yang diperlihatkan.
            Getaran pita suara bergetar ke arah lateral. Getaran ini terjadi apabila pita suara satu sama lain berdekatan dan dihembuskan udara. Tekanan udara dari bawah mendorong pita suara sampai terpisah satu sama lain. Kemudian aliran udara dengan cepat masuk di antara tepi-tepi pita suara sehingga menciptakan suatu ruangan hampa. Parsial di antara pita suara yang menarik mendekati satu sama lain dan menghentikan aliran udara. Pita suara terbuka sekali lagi dan meneruskan suatu pola getaran.
            Tinggi nada diciptakan oleh laring yang dapat diubah dalam dua cara:
1.      Peregangan atau pengendoran pita suara.
2.      Mengubah bentuk massa tepi-tepi pita suara.
Bila dipancarkan suara yang berfrekuensi sangat tinggi, M.Tiroaritenoidus berkontraksi sedemikian rupa sehingga tepi pita suara meruncing dan menipis. Sewaktu frekuensi rendah dipancarkan, otot aritenoideus berkontraksi dengan pola berbeda yaitu posisi menebal dan agak tumpul. Bentuk pita suara bisa diubah dengan berbagai jenis fonasi.

Artikulasi dan resonansi
            Dalam hal ini ada 3 organ utama yang berfungsi dalam artikulasi yaitu bibir, lidah, dan palatum. Organ yang berfungsi dalam resonansi yaitu mulut, hidung(paranasalis), faring, dan rongga dada. Sifar resonansi berbagai struktur dilukiskan oleh perubahan kualitas.

Teori fibrasi pita suara
1.      Aerodinamik: fibrasi pita suara palsu bergantung pada tinggi tekanan udara subglotik.
2.      Neuromuskular: variasi pita suara terjadi akibat kontraksi otot intrinsik meskipun kemungkinannya kecil.

Gangguan bicara
1.      Disfasia: kesukaran untuk mengerti suatu pembicaraan atau berbicara karena kerusakan sebagian besar hemisfer serebri. Gangguan ini dapat disebabkan penyakit serebro vaskuler atau tumor.
2.      Disartri: kerusakan artikulasi ataumengucapkan kata dengan tidak benar disebabkan kelainan kontrol neuromuskular dari otot artikulasi.
3.      Dislalia: kelainan lidah, bibir, dan palatum, atau alat bicara perifer.
4.      Disritmi (gagap): kerusakan ritme dengan interupsi tiba-tiba. Kecepatan bicara dan pengeluaran suara jarang dapat ditemukan. Kelainan neurologik kadang-kadang merupakan tanda disfasi ringan. Lesi serebal dapat mempengaruhi otot pernapasan dan otot artikulasi sehingga mengacaukan irama bicara.
5.      Disfoni: kelainan tinggi nada. Kualitas dan tingginya suara disebabkan oleh kelainan dalam laring, persarafan, dan kelainan psikogenik termasuk suara parau. Kalau tidak ada suara sama sekali disebut afoni dan dapat menimbulkan batuk.



BAB III
Kesimpulan
1.                 Faring merupakan saluran yang memiliki panjang kurang lebih 13 cm yang menghubungkan nasal dan rongga mulut kepada larynx pada dasar tengkorak. Faring terdiri atas:  Nasopharinx, Oropharynx, dan Laringopharynx
2.                 Laring tersusun atas 9 Cartilago ( 6 Cartilago kecil dan 3 Cartilago besar ). Fungsi utama laring adalah untuk memungkinkan terjadinya vokalisasi. Laring juga melindungi jalan napas bawah dari obstruksi benda asing dan memudahkan batuk. Laring sering disebut sebagai kotak suara dan terdiri atas: Epiglotis, Glotis, Kartilago Thyroid, Kartilago Krikoid, Kartilago Aritenoid, Pita suara. Ada 2 fungsi lebih penting selain sebagai produksi suara, yaitu :  Laring sebagai katup, menutup selama menelan untuk mencegah aspirasi cairan atau benda padat masuk ke dalam tracheobroncial dan Laring sebagai katup selama batuk.












DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2009.Laring.  http://id.wikipedia.org/wiki/Laring. Diakses Senin, 1 Mei 2012
Anonim.2009.Faring.  http://id.wikipedia.org/wiki/Faring. Diakses Senin, 1 Mei 2012

Syaifudin.2009. Anatomi Tubuh manusia untuk Mahasiswa Keperawatan Edisi 2. Jakarta: Penerbit Salemba Medika

Comments

Popular posts from this blog

Dialog dengan Pasien Isolasi Sosial (Menarik Diri)

Contoh dialog sesuai Satuan Pelaksana pada pasien gangguan jiwa dengan isolasi diri atau menarik diri : Menarik  D iri   (Isolasi Sosial) Prolog Disebuah ruang arjuna terdapat terdapat pasien gangguan jiwa bernama Ny. S. Pasien masuk rumah sakit jiwa karena pasien asyik dengan pikirannya sendiri, tidak memiliki teman dekat, tidak adanya kontak mata, tampak sedih, efek tumpul serta melakukan tindakan berulang yang tidak bermakna sama sekali. Pasien juga merasa ditolak oleh keluarganya sendiri sehingga membuatnya kesepian. Diagnosa keperawatan untuk pasien yaitu isolasi sosial. SP 1 : Pasien membina hubungan saling percaya,membantu pasien mengenal penyebab isolasi sosial, membantu pasien mengenal keuntungan hubungan dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain dan mengajarkan pasien berkenalan. Perawat           : “ Assallamualaikum wr,wb ” Pasien              : (pasien hanya diam) Perawat           : “ Saya H saya senang dipanggil ibu Her… Saya perawat diruang maw

Dialog dengan Pasien Gangguan Jiwa Susaide SP 1

STRATEGI PELAKSANAAN SUSAIDE SP 1 A.       Kondisi klien Data Subjektif: 1.       Mengungkapkan keinginan bunuh diri 2.       Mengungkapkan keinginan untuk mati 3.       Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan 4.       Ada riwayat berulang percobaan bunuh diri sebelumnya dari keluarga 5.       Berbicara tentang kematian, menanyakan tentang dosis obat yang mematikan 6.       Mengungkapkan adanya konflik interpersonal 7.       Mengungkapkan telah terjadi korban perilaku kekerasan saat kecil Data Objektif: 1.       Impulsif 2.       Menunjukkan perilaku yang mencurigakan ( biasanya menjadi sangat patuh) 3.       Ada riwayat penyakit mental (depresi, psikosis, dan penyalahgunaan alkohol) 4.       Ada riwayat penyakit fisik (penyakit kronis atau penyakit terminal) 5.       Pengangguran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau kegagalan dalam karier) 6.       Status perkawinan yang tidak harmonis B.        Diagnosa keperawatan Risiko bunuh diri

Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) A.   LATAR BELAKANG Terapi kelompok merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan sekelompok pasien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau diarahkan oleh seorang therapist atau petugas kesehatan jiwa yang telah terlatih (Pedoman Rehabilitasi Pasien Mental Rumah Sakit Jiwa di Indonesia dalam Yosep, 2007). Sedangkan jumlah minimum 4 dan maksimum 10. Kriteria anggota yang memenuhi syarat untuk mengikuti TAK adalah : sudah punya diagnosa yang jelas, tidak terlalu gelisah, tidak agresif, waham tidak terlalu berat (Yosep, 2007). Terapi aktivitas kelompok (TAK) dibagi empat, yaitu terapi aktivitas kelompok stimulasi kognitif/persepsi, terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori, terapi aktivitas orientasi realita , dan terapi aktivitas kelompok sosialisasi (Keliat, 2006). Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah terapi yang menggunakan aktivitas sebagai stimulus terkait dengan pengalaman dan atau kehidup